Bagian 1 : Kasus Kematian

23 15 3
                                    

       Tidak ada suara hujan, tidak ada gemuruh petir, dan tidak ada udara dingin.

Aku membuka mataku saat kurasa kesadaranku mulai kembali. Namun anehnya, saat aku bangun, aku sudah berada didalam kamarku. Pikiranku masih terus berputar tentang kejadian itu, bukannya itu nyata? Tapi kenapa aku berada dikamar ku? Padahal saat itu aku seperti pingsan dikawasan sekolah. Tapi ya sudah, mungkin itu hanya mimpi, dan kuharap begitu.

Aku mengambil ponsel untuk melihat jam berapa ini, ternyata sudah jam Enam pagi, syukurlah mimpi buruk itu tidak membuat ku bangun telat. Langsung saja aku membangkitkan tubuhku dan berjalan menuju kamar mandi.

Selesai mandi, aku segera bersiap untuk sarapan bersama Kakakku. Ibuku sudah meninggal Setahun yang lalu karena kecelakaan, Ayahku tidak ada karena Empat tahun lalu dia sudah bercerai dengan ibuku dan sekarang dia pergi entah kemana.

Sejujurnya, aku tidak peduli pada ayahku. Kemana dia akan pergi, bagaimana dia hidup, dan seperti apa masalahnya, sungguh aku tidak peduli. Tanggung jawabnya sebagai seorang kepala keluarga sudah hilang, begitu dia mulai memasuki dunia malam dan mengencani wanita-wanita jalang diluar sana. Menjijikkan, dia bukan ayahku,  selamanya bukan Ayahku.

Hidupku sudah terasa cukup dengan kehadiran Kakakku, Bian. Dia yang selama ini mencari uang untuk mencukupi kehidupan kami berdua, walau dia kakak ku, tetap saja aku merasa menjadi beban untuknya.

Selesai sarapan, aku langsung berpamitan pada kakakku. Namun sesaat, aku teringat akan sesuatu, dan menghentikan langkahku.

"Kenapa?" tanya Kak Bian. Aku menengok dan mengerutkan kening.

"Gak ada Kak."

Sebenarnya, ada satu hal yang mengganjal pikiranku. Tugas Biologi! Aku 'kan seharusnya mengumpulkan tugas itu semalam, tapi aku malah tertidur. Ah sial, hari ini pasti kulitku akan merasakan panasnya sinar matahari di lapangan, atau lebih buruknya mungkin tugas ku akan bertambah.

Dengan begitu, aku langsung cepat-cepat pergi ke kamar ku dan menuju meja belajar yang terdapat di sana. Namun anehnya, tugas itu tidak ada di meja. Padahal semalam aku sudah selesai mengerjakan dan meletakkan nya di meja.

Bagaimana ini? Jika aku mengerjakan tugasku dulu, aku mungkin akan terlambat sampai ke sekolah. Tapi jika aku tidak mengerjakan nya ... apa aku kerjakan di sekolah saja? Hukuman terlambat masuk sekolah akan lebih mengerikan daripada telat mengerjakan tugas. Ya sudahlah, aku kerjakan disekolah saja.

Aku segera berjalan menghampiri pintu setelah melihat jarum jam menunjukkan pukul 6:45, waktu ku hanya Lima belas menit. Jarak sekolah dan rumahku hanya membutuhkan waktu sepuluh menit saja, aku harus cepat sampai agar bisa mengerjakan tugas.

"Aku berangkat kak," ucapku pada Kak Bian yang entah sedang apa di dapur.

"Hati-hati. Belajar yang benar," sahut Kak Bian. Setelah itu, aku segera berjalan menuju sekolah.

Tunggu, jika aku sudah mengerjakan tugas itu, lalu kenapa tugasnya tidak ada? Tidak mungkin Kakakku mengambilnya, dia tidak akan sembarangan mengambil barang orang lain, meskipun itu barangku. Lalu siapa yang mengambil nya, ah sialan! Siapapun itu aku pasti akan mengutuknya jika aku tahu siapa dia.

Kusadari, aku menggigit kuku jempol ku sendiri, jika cemas dan banyak pikiran seperti ini, aku memang selalu melakukan hal ini. Entahlah, kebiasaan yang aneh.

Apa semalam aku pergi ke sekolah dan mengumpulkan tugas? Jika iya, maka pasti kejadian itu juga terjadi bukan? Tapi bagaimana aku berada di kamarku saat pagi hari? Benar-benar membingungkan. Seharusnya tadi aku bertanya pada Kak Bian, apakah semalam aku keluar rumah atau tidak. Sungguh Tiara, kenapa tidak terpikirkan sih.

Hidden LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang