Banri mengemudi sambil berpikir, apa yang akan dijelaskan kepada semua orang, ketika mereka bertanya perihal Riku di rawat dimana.
Ketika itu, bagai melakukan telepati, Nagi menelpon dan mengatakan pada Banri, jika mereka berhenti di tengah jalan, dan pergi dengan orang-orang suruhan kakak tertua mereka.
"Baiklah, aku akan menjelaskan seperti itu" balas Banri lalu menutup sambungan telepon. Banri menghembuskan nafasnya lega.
Dan sesuai dengan perkiraan Banri, member yang lain memberondongnya dengan banyak pertanyaan.
"Bukannya aku tidak ingin memberi tahu, tapi saat dalam perjalanan, Nagi menghubungi seseorang dengan bahasa asing. Lalu kami berhenti di depan sebuah halte. Dan yang aku tahu, sesudah itu, Nagi membawa Riku masuk ke mobil yang datang dan pergi begitu saja. Bahkan mengabaikanku yang saat itu berteriak ke rumah sakit mana mereka akan pergi" jelas Banri dengan wajah sendunya.
"Kenapa Rikkun dan Nagicchi tidak memberitahu kita kemana mereka ?" ucap Tamaki kesal.
"Bahkan nomor ponsel keduanya juga tidak aktif" sambung Mitsuki yang masih berusaha menghubungi nomor ponsel Nagi dan Riku.
Disisi lain, Natsume melihat ke arah Banri, dan Banri pun menyadari tatapan Natsume. Memberi kode dengan menggaruk kepala bagian kepala dan menghempaskan tangannya ke atas. Natsume mengerti bahwa Banri mengantar Nagi dan Riku ke bandara. Itu artinya mereka kembali ke Northmarea.
Keesokan paginya, mereka bersiap untuk kembali. Suasana di penginapan benar-benar sepi. Mereka tak banyak bicara, hanya sepatah dua patah yang keluar dari mulut Shogo karena Tamakin yang susah diatur, dan malah duduk manis menonton televisi.
Saat mengganti Chanel, Tamaki melihat berita mengenai kecelakaan pesawat yang berangkat dari bandara dekat penginapan mereka.
"Heh, semalam ada kecelakaan pesawat dari kota ini" ucap Tamaki.
Banri yang mendengar penuturan Tamaki, segera berlari dan memperhatikan berita tersebut. Mencari tentang daftar korban.Banri lalu mengetik surel yang ada di tv untuk mengetahui daftar korban. Dan matanya melotot karena terkejut.
"Ini tidak mungkin" ucap Banri.
Capan Banri membuat semua terdiam dan bingung."Ada apa?" tanya Yamato.
"Seharusnya mereka ada di Tokyo" sahut Banri.
"Mereka siapa?" tanya Tamaki.
"Nagi dan Riku, aku mengantar mereka ke bandara, karena mereka berencana kembali ke negara asal mereka" jelas Banri spontan, lupa dengan cerita bohong yang diucapkannya semalam.
"Kau bilang, tidak tahu kemana Nagi dan Riku pergi, tapi kenapa sekarang kau bilang kau mengantar mereka ke bandara?" seru Mitsuki.
"Banri, ceritakan yang sebenarnya!" ucap Presidir Takanashi.
"Semalam, aku berencana mengantar mereka ke rumah sakit, tapi Riku terus mengatakan dia tidak ingin ke rumah sakit dan ingin pulang. Nagi sudah membujukknya, tapi Riku tetap tidak mau ke rumah sakit. Akhirnya Nagi menelpon seseorang, aku tidak tau apa yang dibicarakannya. Setelah itu Nagi meminta ku untuk mengantar mereka ke bandara. Mereka akan kembali ke negara mereka, dengan sebelumnya akan pergi ke Tokyo untuk mengambil pasport mereka di rumah yang mereka sewa sebelum bergabung dengan agensi. Dan berita kecelakaan pesawat itu, harusnya itu pesawat yang mereka tumpangi" jelas Banri.
"Apa kau yakin ada nama mereka disana?" tanya Yamato. Banri mengangguk dan menunjukkan daftar nama korban yang berhasil ia unduh dari surel yang tertera di tv.
Tenn yang mendengar pembicaraan mereka bergegas lari ke bandara, mencari kebenarannya. Tamaki yang melihat Tenn juga ikut berlari, dan tidak mengindahkan panggilan Manajernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Riku
FanfictionPutus asa, menyerah dalam hidup, sendiri Ia mengalami semua itu saat usianya masih belia. Saat sinar mulai redup, cahaya lainnya menerangi. Mengembalikan sinar yang hampir kehilangan cahayanya.