seventh story

221 20 2
                                    


"Are you kidding me?!"seru Abel.

Suzy membekap mulut Abel menggunakan telapak tangannya." Jangan Keras-keras anjeng."

Perlahan Suzy melepaskan bekapannya kemudian mengedikkan bahunya."iya, gw serius. Nggak ada yang tau kecuali lo. Jadi kalau ada orang lain yang tau selain Lo, gw sama dia, habis lo gw qurban." Ancamnya.

Abel mengambil ancang-ancang mengunci mulutnya dan memberikan jempol kepada Suzy seakan-akan ia berkata rahasia lo aman sama gw.

"Bagus." Suzy menepuk pelan pundak Abel. "Nggak salah gw milih temen. Goblok-goblok tapi bisa jaga rahasia."

Abel seketika menghentakkan tangan Suzy yang berada di pundaknya."yeuw.....ajege lu."


malam pun tiba. Semua orang sangat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing--atau tidak semua? Ya, hanya Abel yang tidak memiliki kerjaan dan Abel hanya berdiri menatap mereka yang tengah sibuk. Jefri yang sedang membantu Suzy mengangkat air galon, Amel dan gadis dingin--yang Abel belum tau namanya itu sedang memasak makanan, Fauzan dan Jaka yang menyapu dan membersihkan meja makan. sedangkan Abel hanya diam menyimak. Bukannya Abel malas, hanya setiap dia ingin membantu maka itu akan di tolak mentah-mentah.

"Kak Fauzan biar aku aja yang nyapu."

Fauzan tersenyum ramah."nggak usah, kamu nyantai aja."

"Uci mau gw bantu angkat galon nggak?"

"Nggak usah! Udah ada jepri yang bantu. Emang lu kuat angkat galon?"

Pertanyaan yang tepat. Abel tidak memiliki kekuatan untuk mengangkat sebuah galon.

"Jefri, ci. Bukan Jepri." Protesnya sembari mengangkat galon dari luar.

"Amel...."

"Iya, Abel ada apa?"

"Ada yang bisa aku bantu nggak?"

"Nggk ada." Jawab gadis dingin itu tanpa mengalihkan pandangannya ke panci berisikan masakan yang ia masak.

Abel diam-diam memutar bola matanya malas. Gw harus ngapain dong?

"Abel, ayo bantu gw bersihin meja-meja." Seru Jaka.

"Ogah!" Tolaknya lalu pergi keluar untuk menghirup udara segar. Jujur ia masih sangat kesal dengan jaka pasal tadi siang, tapi sudahlah.

Abel berjalan keluar dari vila. Ia menghirup udara segar di malam hari. Tidak ada suara bising dari kendaraan, hanya suara jangkrik. Iya, vila yang mereka tempati lumayan jauh dari wilayah yang berisik dan di penuhi banyak asap kendaraan. Abel merasakan semua beban nya merosot ke tanah. "Seger banget." Gumamnya.

Tidak lama setelah itu ia merasa sebuah selimut tebal menggantung di bahunya. Abel menoleh dan mendapati Fauzan tengah tersenyum sembari memasangkan selimut ke tubuh mungil Abel.

"Dingin. Nanti masuk angin."

"Thanks kak."

"Sama-sama."

"Ngapain kakak kesini?" Tanya Abel sembari mengeratkan selimut kedalam dekapannya.

Fauzan menoleh."kamu juga ngapain di sini?" Tanyanya ulang. Terjadi jeda di antara mereka untuk beberapa saat dan setelah itu mereka tertawa. Entah apa yang mereka tertawa kan.

"Apanih? Buru masuk. Makanan udah jadi, kita semua nungguin kalian." Ujar gadis dingin itu.

Fauzan tersenyum ramah kemudian mengangguk."ayo masuk.....yang lain udah pada nunggu." Dan Abel mengangguk meng iyakan.

brothership || Lee Haechan [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang