eleventh story

189 16 4
                                    


Happy reading ❤️💞

"Mama??"

Wanita paru baya itu hanya diam. Pandangannya tertunduk kebawah, enggan melihat objek yang berada di depannya. Abel berdecak kesal, lalu sedikit di hempaskan genggaman nya pada wanita itu, setelah itu ia berbalik hendak kembali ke dalam asrama namun suara parau itu membuatnya berhenti bergerak.

"Nak...—"

"Gimana kabar kamu?? Mama kangen sama kamu, nak." Wanita yang menjadi ibu dari Abel itu berjalan mendekati sang anak. Ingin di sentuh bahu anaknya namun ia urungkan niatnya.

"Ngapain mama ada di sini??" Abel berbalik dan mendapati raut wajah mamanya yang sedikit gugup.

Satu sudut bibir Abel terangkat."nggak mungkin mama kangen aku, kan??"

Mama Abel mengangguk."iya, mama kangen sama kamu."

"Ck! Maaf aja, tapi aku nggak. Permisi, aku harus balik ke asrama." Mata Abel menyapu leher mamanya yang terdapat kalung yang sama dengan yang di pakai seseorang saat bertemu dengan Suzy.

Abel menatap mata mamanya dengan tajam."jangan pernah hubungin Suzy lagi! Aku nggak akan biarin mama ngerusak hidup aku. Cukup sekali mama rusak hidup aku, jangan lagi. Aku udah nyaman sama hidup aku yang sekarang." Pinta Abel dengan nada tegasnya lalu berjalan meninggalkan mamanya yang masih diam membatu.

"Maaf, maafin mama, nak."

***

Abel memasuki kamar asramanya dan melihat Suzy sudah terlelap. Abel terkekeh pelan gaya an mau revisian, ujung-ujungnya molor!! Uci...Uci...

Di rebahkan badannya di kasur miliknya. Berusaha memejamkan matanya berharap kantuk akan datang menghampirinya. Namun nihil, Abel tak dapat tertidur. Pikiran nya terus melayang ke masa lalu, masa dimana awal mula kehancuran hidupnya di mulai. Memikirkan itu membuat dada Abel terasa sesak.

Karena tidak ingin mengingat kesedihan nya itu, Abel beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju dapur untuk mengambil air dingin.

Asrama yang di tempati Abel ini memiliki tiga lantai dan masing-masing memilik dapur. Semua penghuni bebas mau makan di dapur yang mana. Tapi karena merasa malas berjalan, Abel hanya mengambil minum di dapur yang paling dekat dengan lantai dua di tempatnya. Setelah selesai Abel mendongak sedikit ke arah jendela menuju luar. Ternyata mamanya sudah tidak berdiri di luar situ. Abel menghela nafas panjang, kenapa mamanya susah sekali di tebak? Dulu saja dia tidak menyukai keberadaannya ini dan sekarang dia mengatakan bahwa dia merindukan anaknya ini?? Yang benar saja.

Suzy juga! Kenapa bertemu dengan mamanya tanpa sepengetahuannya. Ada yang aneh, Abel harus mencari tau itu. Beranjaklah Abel lalu kembali ke dalam kamar untuk beristirahat.

***

"Sat..."

"—tria! Udah berapa kali gue bil—"

"Iya iya satria bawel banget sih Lo!" Potong Azka sebelum adiknya itu mengomel lebih panjang lagi.

Satria berdecak."apa Lo panggil-panggil??"

Satria dan juga Azka kini sedang berbaring di kasur milik satria dengan posisi terlentang. Bukan—bukan satria yang mau mereka tidur berdua, hanya saja Azka terus memaksa karena di kamarnya terdapat tikus. Jujur saja satria ingin sekali memukul kepala kakaknya itu. Badan saja besar tapi nyalinya nggak ada. Namun Azka tetap kekeh pengen tidur sama satria. Tidak mungkin juga kan dia tidur sama Fauzan maupun Ten?? Sebenarnya bisa aja sih Azka tidur dengan salah satu kakaknya. Tapi Azka merasa malu-malu kocheng. Dengan merayu satria dengan embel-embel ciki keju, akhirnya satria pun setuju dengan syarat Azka tidak boleh memakai bantal guling milik satria. Alhasil Azka pun berjuang kembali masuk ke kamar hanya untuk mengambil bantal dan juga guling.

brothership || Lee Haechan [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang