eighteenth story

173 8 0
                                    

Satria mendengus kesal. Ia sedikit muak dengan istri baru ayahnya yang sok perhatian padanya. Beberapa kali ia ingin memberikan kata-kata pedas pada istri ayahnya itu,tapi Fauzan selalu menghalanginya. Hingga satu jam berlalu dan Fauzan beserta adik-adik nya beranjak pergi.

"Gilaa. Kak fauzan! Jantung aku dag-dig-dug serrr banget tadi." Ujar Azka.

Sastra menatap sinis kakak ketiganya." Iyalah bego, kalau nggak deg degan Lo mati!"

Azka berdecak."dih sewot banget Lo."

"Ehh, udah." Tegur Fauzan.

Drrtt~

"Halo.."

"Woi,zan dimane Lo?"

"Lagi dari resto, sekarang gue di dekat cafe green. Kenapa emang?"

"KEBETULAN BANGETTTTTT!" Jaka berteriak membuat Fauzan yang semula menempelkan ponselnya ke telinga kini menjauhkannya.

"Gue, Jena sama Amel ada di situ. Nyusul dongggggg."

"Gue lagi sama adek-adek gue."

"Ajak aja."

Fauzan melirik sekilas kedua adiknya seakan-akan meminta persetujuan.

"Aku lagi males pulang." Ujar satria tiba-tiba.

"Eh-aku-aku juga males pulang." Sahut Azka juga.

Fauzan tersenyum tipis. "Oke, gue otw."

"Oke, sip! Gue tunggu."

_

Jakanjing!!!!!

Abel terus mengumpat dalam hati. Ia dapat melihat raut keterkejutan dari wajah Fauzan, namun saat ia menatap ke arah Azka dan satria, reaksi mereka berdua sungguh berbeda. Azka yang menatapnya dengan excited sedangkan satria-yahhh kalian tau. Cuek.

"Ayo duduk." Ujar Jaka.

"Kayaknya gue pulang aja deh." Ujar Abel gelisah.

"Kenapa? Ayo sini, lama banget nggak ketemu." Amel menyahut dengan semangat.

Tangan Abel di tarik oleh Jaka dan memaksanya duduk. Alhasil Abel duduk tepat di tengah-tengah Fauzan dan Azka. Abel menatap ke arah Fauzan yang hanya diam menunduk kemudian beralih ke Azka dan menatapnya sembari tersenyum lebar.

"Kenapa harus gue?"

Ujarnya dalam hati. Ia merutuki dirinya sendiri.

Dalam hati Abel tertawa. Ia menertawakan takdirnya. Gila sekali, ternyata orang yang selama ini ia benci setengah mati adalah ayah dari orang yang ia taksiri.

"Konyol banget. Bahkan setelah semua kebenaran ini gue masih aja suka sama dia. Seharusnya gue benci, seharusnya gue memaki."

"Abel? Lo nggak pa-pa?" Tanya Azka yang kemudian memegang kening Abel membuat di empedu menegang.

"G-gue nggak pa-pa." Ujar Abel sembari menurunkan tangan Azka yang masih memegang keningnya.

"Alay." Cibir satria.

"Iri bilang bos." Ujar Azka.

_


"Abel tunggu!" Panggil Fauzan sedikit berteriak membuat Abel spontan berhenti.

Fauzan berjalan mendekati Abel dan menepuk pundak Abel pelan.

"Hati-hati." Ujarnya sembari tersenyum. Lalu Fauzan kembali menyusul kedua adiknya. Azka pun melambaikan tangan ke arah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

brothership || Lee Haechan [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang