Broken Melodies

42 10 8
                                    

Triger warning. mention of traumatif effect and Death. Typo bertebaran. Selamat membaca

----

"Hi... bagaimana kabar kamu hari ini, arunika?" seseorang dengan pakaian dokter lengkap bertanya pada Arunika yang tengah duduk menyendiri di taman rumah sakit.

"Baik, tapi tidak terlalu baik.." jawab Arunika sendu.

"Ayahmu, mana? Bukannya kamu kesini sama dia. Tadi om, liat kamu di parkiran mobil sama BOS RUMAH SAKIT INI." Tanya sang dokter lagi, dengan sedikit menekan kalimat terakhirnya.

"Om bisa aja.. Pas masuk, ayah ada panggilan buat cek pasien yang kemarin ayah operasi. Katanya ada beberapa keluhan dari keluarganya." jawab Arunika kembali.

"Padahal beliau itu bisa ijin, keluhan  emang selalu ada dari keluarga atau pasiennya sendiri. Tapi, bisa di pegang dulu sama dokter lain yang lagi ada jadwal hari ini. Padahal hari ini, ada acara besar dan beliau itu libur. Keliatan banget mau menghindar." Tutur sang dokter.

"Maksud om Arya apa? Kata ayah tadi bilangnya gak ada libur kok. Terus, kenapa ayah harus menghindar? Menghindari siapa?" Tanya Arunika pada seorang dokter bernama Arya Yudasena, ayah dari Semesta.

"Gak usah di pikirin, Nika.. ngomong-ngomong, You okay? Maksud saya hari ini kamu baik-baik aja? Gak sesak? Gak berisik lagi kepalanya? Telinga kamu gimana,masih sering berdengung? Obatnya di minum kan?" Pertanyaan Arya yang banyak mendapatkan kekehan ringan dari Arunika.

"Pelan-pelan om, satu-satu tanyanya. Berasa rapper tau gak? Sejujurnya Arunika gak sedang baik-baik aja. Arunika cuma lagi nahan sesuatu supaya gak keluar di tempat yang salah dan situasi yang salah. Om bisa pegang tangan Arunika sekarang, tangan aku dingin om.. napas aku sesak daritadi, telinga aku tadi sempet berdengung lama, sampai akhirnya om dateng terus udahan deh.. Obatnya gak mempan om, serutin apapun aku makan, rasanya tetap sama. Gak munculin after effect yang bisa buat aku tenang. Boleh aku minta tambah dosis?" Ucap Arunika, tanpa memandang lawan bicaranya.

"Kalo penambahan dosis itu gak bisa Arunika. Dosis kamu harus segitu, mengkonsumsi obat penenang itu buat kamu kecanduan jika digunakan jangka panjang. Om, memang bukan ahlinya, tapi om dapat amanat dari tante Asya, dosis obat kamu udah gak bisa ditambah lagi. Jalan satu-satunya, kamu terapi seminggu 2 kali." jawab Arya yang sama halnya tidak menatap Arunika.

"Gak mau, om. Terakhir kali aku terapi, aku bikin celaka orang lain. Masih mening aku celakain diri sendiri, aku gak bisa kalo sampe orang lain juga ikut kena imbasnya." ungkap Arunika

"Sisi lain seorang dokter, perawat atau terapis itu ya seperti itu Arunika. Mereka harus siap dengan segala resiko yang di ciptakan pasiennya baik sengaja atau tidak. Mereka tahu bagaimana cara menangani pasiennya, jadi jangan takut untuk terapi. Terbuka juga sama mereka, bilang semua apa yang kamu rasakan, jangan di pendam sendiri. Bagi sama orang lain, jangan kamu bawa sendiri beban berat kamu. Kalau bisa, kamu lepasin apa yang menjadi pemberat kamu untuk melangkah maju. Masa depan kamu masih menunggu, nak.."

"Masa depan aku, udah gak ada harapan lagi, Om.. Cahayanya hampir hilang atau bahkan sudah hilang. Berbagi dengan orang tidak membuat aku merasa bahagia, Om."

"Belum Arunika.. kamu belum bahagia, bukan tidak bahagia. Kamu hanya butuh waktu dan seseorang yang tepat untuk berbagi dan melepas semuanya. Tapi, kamu juga harus bergerak, harus berpindah, supaya usaha kamu membuahkan hasil yang baik. Kalau kamu tetap diam, tidak ada perubahan di hidup kamu. Waktu itu di ciptakan maju, bukan mundur ataupun berhenti. Kalo kamu berjalan pun, yang baik dan tepat adalah berjalan maju. Ketika kamu jalan mundur, kamu gak akan melihat apa yang ada di belakang, kamu hanya melihat apa yang ada di depan kamu, tapi kamu memaksa untuk menjauh dari sesuatu yang sudah pasti dan jelas kamu lihat, hanya demi sesuatu yang belum pasti. Kamu gak bisa terus berhenti dan diam di tempat kamu sekarang, istirahat boleh tapi bukan istirahat yang berkepanjangan, Arunika.." Ungkap Arya sembari melihat seseorang yang sedari tadi berdiri, dengan jarak 5 meter di depan mereka.

Semesta di Ujung Cerita [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang