Ki Wirojoyo kemudian melangkah menuju kedalam rumahnya. Di pintu rumahnya seorang wanita paruh baya berwajah cantik langsung menyambutnya dengan senyuman. "Selamat datang Kakang." sambutnya.
Ki Wirojoyo pun memeluk istrinya, dengan senyum lebar ia memberikan kabar gembira pada istrinya. "Nyai bersiap-siaplah! Akhirnya kita akan pindah ke Tanah Mataram!"
"Jadi akhirnya Gusti Sultan memberikan Tanah Mataram pada Ki Pemanahan?" tanya Nyai Wirojoyo.
"Benar! Dua sasih lagi Ki Pemanahan dan seluruh kerabat Selo akan pindah ke Mataram. Jadi kita harus segera bersiap-siap untuk pindah sekarang juga. Aku juga akan menghadap Gusti Sultan secara pribadi untuk enyampaikan pengunduran diriku karena akan ikut ke Mataram."
Nyai Wirojoyo mengangguk sambil tersenyum melihat suaminya yang sangat bersemangat tersebut. "Saya akan membereskan barang-barang seperlunya yang akan kita bawa."
Ki Wirojoyo mengangguk-ngangguk. "Bagus! Aku juga akan mulai membereskan barang-barangku!"
"Tapi sebaiknya Kakang istirahat dan makan siang dulu. Kakang tentu lelah bukan menempuh perjalanan dari Pajang?"
"Ah kamu benar juga, saking terlalu bersemangatnya aku sampai lupa kalau aku belum makan dari kemarin malam hahahaha..." Ki Wirojoyo menuntun istrinya masuk kedalam rumahnya, kemudian ia duduk di meja makan ruang makan rumahnya untuk melepas lelah. Nyai Wirojoyo segera menghidangkan nasi pecel serta ayam goreng untuk makan siang suaminya serta satu kendi air putih.
"Mana Surodipo Nyai?" tanya Ki Wirojoyo sebelum menyantap makan siangnya.
"Entahlah Kakang, dari pagi tadi ia sudah keluyuran keluar." jawab Nyai Wirojoyo dengan nada bicara yang menyiratkan rasa tidak enak.
Ki Wirojoyo menghela nafas berat mendengarnya. "Hhhh... Anak itu.... Aku tahu remaja seusianya memang sedang kasmaran pada seorang gadis. Tapi itu bukan berarti dia bisa seenaknya keluyuran bermain dengan anak gadis orang lain!"
"Tapi Surodipo sudah akrab sekali dengan Retno Jumini, kita juga sudah kenal cukup dekat dengan keluarga Juragan Margoloyo. Retno juga gadis yang baik."
"Tapi itu bukan berarti anak kita bisa seenaknya mengajak putri Ki Margoloyo itu keluyuran! Kalau mau serius, dia harus mendekatinya baik-baik! Jangan sampai anak laki-laki kita satu-satunya itu membuat malu keluarga kita dan seluruh kerabat Selo!" ucap Ki Wirojoyo dengan nada agak marah.
"Lalu apa yang harus kita lakukan Kakang? Surodipo nampaknya sangat kasmaran sekali dengan Retno." tanya Nyai Wirojoyo dengan menyiratkan kekhawatiran.
Ki Wirojoyo termenung sejenak kemudian mengangguk-ngangguk. "Hmm... Surodipo... meskipun masih muda tapi dia sudah aqil baligh, Retno juga seusia dengan Surodipo... Bagaimana kalau kita temui saja keluarganya Retno. Aku akan minta maaf pada Ki Margoloyo dan akan membicarakan apa yang harus kita lakukan pada Surodipo dan Retno."
"Maksud Kakang kita akan melamar Retno?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG MATARAM
Historical FictionSetelah berhasil membantu kerabat Selo mengalahkan Arya Penangsang, Ki Wirojoyo seorang jagoan dari kerabat Selo hendak pulang untuk memboyong keluarganya pindah ke Alas Mentaok bersama kerabat Selo lainnya. Namun ketika sedang bersiap untuk pindah...