Episode 3 - Gugurnya Arya Penangsang (2)

59 2 0
                                    


Akhirnya Sutowijoyo mengambil satu keputusan berani, ia melompat beberapa tombak kebelakang, ia langsung menancapkan tombaknya diatas tanah, kemudian memasang kuda-kuda untuk melepaskan ajian pamungkas miliknya, yakni "Ajian Gelap Ngampar" Sutowijoyo membentak dahsyat seiring mendorongkan kedua tangannya, dari kedua belah telapak tangannya, menderulah dua halilinttar raksasa berwarna perak yang teramat panasmenerjang Arya Pengangsang!


Sementara Arya Penangsang yang terlanjur menerjang hendak membabatkan pedangnya ke pangkal leher Sutowijoyo terkejut mendapat serangan dahsyat yang tiba-tiba tersebut, maka tak ada jalan lain selain memalangkan pedangnya sembari mengalirkan seluruh tenaga dalamnya ke tangan kanannya dan kembali memanggil ajian "Lembu Sakilan"!


Bleeddaarrrr!!!! Pedang Arya Penangsang hangus menjadi abu, yang empunya terpapah kebelakang beberapa langkah, dadanya berdenyut sakit tanda ia terluka dalam, Ia berhasil membelokan setengah serangan Aji Gelap Ngampar Sutawijaya tetapi karena ia terluka parah, setengah serangan aji pukulan tersebut tetap dapat membuatnya terluka parah .


Namun manusia perkasa satu ini sungguh luar biasa, luka dalam yang ia derita setelah menerima langsung pukulan dari Sutowijoyo tersebut tidak terlalu parah. terbukti nafasnya kembali normal setelah beberapa saat saja.


Sutowijoyo kembali terkejut melihat lawannya setelah pukulan pamungkasnya hanya sedikit melukai Arya Penangsang. Ia tidak menyangka Arya Penangsang sedemikian saktinya sehingga tombak Kyai Pleret serta pukulan "Ajian Gelap Ngampar" dari dirinya tidak sanggup untuk merobohkan apalagi menewaskan lawannya.


Dilain pihak Arya Penangsang semakin memuncak amarahnya, "Anak Setan! Mampuslah kau!" bentaknya seraya mendorongkan kedua telapak tangannya dalam "Ajian Gombala Geni"! Dari kedua telapak tangannya menderulah dua gelombang pusaran api panas menerjang Sutowijoyo!


Kali ini Sutowijoyo kembali dapat berbuat cerdik. Ia meraih tombak Kyai Pleretnya dan melompat berjumpalitan ketas bagaikan ikan mas melompat dari kolam air. Blaarrr!!! Tiga batang pohon yang tadi berada di belakang Sutowijoyo hancur berantakan dilalap api! Sementara Sutowijoyo melompat berjumpalitan di udara dan tahu-tahu ujung mata tombak Kyai Pleret sudah berada diatas ubub-ubun Arya Penangsang!


Arya Penangsang segera melompat kesamping menghindari serangan kejutan tersebut. Crasshhh! Kembali ujung tombak Kyai Pleret berhasil menggores bahu kanan Arya Penangsang! Tak bisa dibayangkan bagaimana marahnya Arya Penangsang saat itu, beberapa kali ia berhasil dilukai oleh pemuda yang ia anggap anak kemarin sore yang tak pantas ia hadapi. Ia menjadi gelap mata dan seolah lupa dengan luka parah di perut bagian kirinya.


"Anak Setan! Mampuslah kau diujung kerisku!" bentak Arya Penangsang seraya menghunus Keris Kyai Setan Kober yang terselip di pinggang kirinya, yang dedernya ia pakai untuk mengaitkan ususnya yang berbuntaian keluar akibat luka di perutnya oleh serangan pertama tombak Kyai Pleret.


Bresss!!! Pengelihatan Arya Penangsang seketika menjadi gelap ketika darah terus memuncrat dan memancur dari ususnya yang robek menjadi beberapa bagian. Ternyata ususnya yang tadi ia kaitkan ke gagang hulu keris Kyai Setan Kober terpotong oleh kerisnya sendiri tersebut ketika ia menhunus kerisnya dengan penuh nafsu. Tubuh pria perkasa yang kesaktiannya mengguncang seluruh tanah jawa itu pun langsung jatuh tergeletak dengan masih menggenggam keris Kyai Setan Kober.


Sutowijoyo pun menarik nafas lega ketika melihat lawannya yang teramat tangguh itu roboh.Para kerabat Selo serta prajurit Pajang yang melihat peristiwa tersebut pun segera berteriak "Arya Pensang tewas! Arya Penangsang Tewas!" teriakan berisi pengumuman tewasnya Arya Penangsang tersebut terus bergema ke seantero arenapeperangan.


Kabar mengenai tewasnya Arya Penangsang telah sampai ke sebrang bagian kali Bengawan Sore, dimana Ki Patih Mentahun sedang adu kesaktian antara hidup dan mati melawan Ki Wirojoyo, sang kesatria kerabat Selo yang pilih tanding.


"Ki Patih Mentahun! Junjunganmu sudah mati! Sekarang sebaiknya kamu dan seluruh prajuritmu menyerah agar kita bisa segera hentikan pertumpahan darah ini!" bujuk Ki Wirojoyo dengan tegas.


Ki Mentahun terdiam sejenak sambil memandang ke sekeliling arena pertempuran, namun kemudian ia kembali memasang kuda-kuda untk menyerang Ki Wirojoyo. "Sekalipun Gusti Arya mati, namun aku tetap berkewajiban untuk mempertahankan kehormatan negeri Jipang dari kalian orang-orang Pajang yang serakah! Hiaaattttt!"


Ki Patih Mentahun menerjang Ki Wirojoyo bagaikan harimau luka dengan keris pusakanya. "Keras kepala!" maki Ki Wirojoyo. Ki Wirojoyo segera melompat beberapa langkah kedepan, kemudian mengangkat tangan kanannya keatas, sementara tangan kirinya dilintangkan didepan dadanya. Ia memusatkan pikirannya, mulutnya berkomat-kamit. Dari kepalan tangan kanannya memancar cahaya merah yang menggindikan.


Rupanya Ki Wirojoyo mengeluarkan ajian pamungkasnya yakni "Ajian Lebur Saketi" yang keampuhannya menggegerkan tanah Jawa tersebut. Dengan teriakan menggeledek, pria paruh baya asal Selo ini dorongkan tangan kanannya ke muka. Satu sinar merah yang teramat panas menderu mengarah Ki Patih Mentahun! Bledaarrr!


Tubuh Ki Patih Mentahun terlempar beberapa tombak kebelakang, sekujur tubuhnya memerah sementara dadanya yang terkena pukulan Lebur Saketi milik Ki Wirojoyo nampak hangus menghitam, dari mulut, telinga, dan hidungnya terus mengalir darah segar. Sang Patih Jipang tersebut nampak menggelepar-menggelepar beberapa kali sampai akhirnya tak berkutik lagi."Patih Arya Mentahun mati! Patih Arya Mentahun mati!" teriak para pasukan Pajang dan kerabat Selo yang melihat peristiwa tersebut. Seperti kabar kematian Arya Penangsang, kabar kematian Ki Patih Mentahun pun bergema di seantero arena peperangan! Arya Kusumo amat terkejut mendengar kabar kematian ayahnya, namun ia menyadari bahwa pasukan Jipang sudah kocar-kacir, ia pun memacu kudanya menuju sayap pasukan yang dipimpin Arya Mataram.


Di lain sudut, Arya Mataram langsung gelagapan ketika mendengar kabar kematian kakaknya Arya Penangsang. Akibatnya ia menjadi lengah dan satu besetan keris merobek bahunya disertai satu tendangan maut Ki Surokerti bersarang di perutnya! Arya Mataram jatuh terduduk sambil menahan sakit di bahu serta perutnya yang terkena serangan Ki Surokerti.


Ketika ia melompat bangun, kembali terdengar kabar kematian Ki Patih Arya Mentahun yang membuatnya semakin gugup. Ki Surokerti menghentikan serangannya dan berkata, "Arya Mataram! Kakakmu Arya Penangsang dan Patih Mentahun sudah tewas! Sekarang sebaiknya kau dan seluruh sisa pasukanmu menyerah agar kita bisa mengenhtikan pertumpahan darah ini!"


"Dalam mimpimu!" bentak Arya Mataram. Ia langsung mengangkat kedua tangannya, seketika itu angin membadai langsung bertiup disekitar dirinya. Saking dahsyatnya angin ribut tersebut sampai membuat beberapa prajurit Pajang serta kerabat Selo terbang melayang terbawa angin! Hanya Ki Surokerti yang berhasil bertahan dari angin ribut yang keluar dari kedua telapak tangan Arya Mataram tersebut.


Sekonyong-konyong tangan kiri Arya Mataram merogoh ke balik pakainnya, entah apa yang ia ambil dari balik bajunya, namun ketika ia melemparkan apa yang dipengang di tangan kirinya, tiba-tiba... Bummm! Suara ledakan keras menggema disekitar tempat tersebut berbarengan dengan bergumulnya asap putiih yang beracun memenuhi tempat itu. Arya Mataram beserta Arya Kusumo lari tunggang langgang meninggalkan gelanggang perang setelah berteriak "Mundur!" pada seluruh pasukan Jipang.

ELANG MATARAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang