Episode 6 - Dendam Membara

52 4 0
                                    


Semakin sumringah wajah Ki Juru mendengar rencana kepindahan tersebut. Ia pun berujar. "Sesuai janjiku, aku juga akan turut pindah bersama para kerabat Selo untuk mendampingi Kakang Pemanahan dan Sutowijyo untuk mengolah tanah Mataram."


Semakin gembiralah Ki Pemanahan mendengar ucapan adik iparnya tersebut, ia sangat bersyukur karena Ki Juru menepati janjinya untuk selalu mendampingi dirinya dan keluarganya sebab kehadiran Ki Juru Mertani yang ternama sangat cerdas, bijak lagi pandai bersiasat amat dibutuhkan untuk membangun Mataram. "Terima kasih. Tanah Mataram akan kian terolah dengan baik apabila Adi Juru ikut menyertai kami."


Ki Pemanahan kemudian melirik Ki Wirojoyo dan berujar. "Adi Wirojoyo, aku juga punya dua permintaan untukmu."

"Apa itu Kakang? Insyaallah saya akan melakukan yang terbaik untuk memenuhinya." tanya Ki Wirojoyo.


"Pertama, Aku minta Adi untuk memimpin pengamanan selama para warga Selo membuka hutan Mentaok!" jawab Ki Pemanahan, "Dan yang kedua, apabila Kademangan Mataram sudah berdiri, kita akan membutuhkan pasukan pengaman untuk mengamankan seluruh wilayah Mataram. Aku minta Kakang yang nanti melatih para pemuda untuk dijadikan pasukan pengaman sekaligus menjadi lurah tantama pasukan Mataram!" (Lurah Tantama = Pemimpin kesatuan pasukan).

"Baik Kakang! Akan saya laksanakan sebaik-baiknya tugas dari Kakang ini!" angguk Ki Wirojoyo dengan tegas namun sopan kepada pemimpn kerabat Selo tersebut.


"Adapun Adi Surokerti, aku minta untuk membantu tugas Adi Wirojoyo!" ucap Ki Pemanahan kepada Ki Surokerti.


"Baik Kakang!" jawab Ki Surokerti.


"Kakang Wirojoyo, bersiaplah untuk melaksanakan tugasmu, dua sasih lagi kita akan berangkat ke Mataram!" ucap Ki Pemanahan.


Ki Wirojoyo mengangguk mantap. "Baik kakang, tapi saya minta waktu untuk menjemput keluarga saya di Banyu Urip untuk kemudian saya boyong ke Mataram."


Ki Pemanahan mengangguk, keluarga Ki Wirojoyo memang tinggal di desa Banyu Urip yang letaknya satu hari perjalanan ke arah barat dari Kotaraja Pajang, rumah Ki Pemanahan saat ini. "Baiklah, kapan kamu berangkat?"


"Malam ini juga agar besok siang sudah sampai, kami akan menyiapkan perbekalan dan segera kemari untuk pergi bersama ke Mataram." jawab Ki Wirojoyo.


"Baik, pergilah. Hati-hati di Jalan Adi." pungkas Ki Pemanahan.


***


Pada waktu yang sama, di sebuah gubug tua di hutan lebat nan angker. Arya Kusumo putra Ki Patih Mentahun dari Jipang Panolang yang gugur di tangan Ki Wirojoyo keluar dari dalam gubug itu. Ia celingukan mengedarkan pandangannya kesana kemari, nampaklah ia seperti sedang menunggu seseorang.


Dinyalakannya sebatang rokok. Dia memandang ke angkasa. Langit kelihatan mendung. Bintang-bintang mulai tertutup awan. Bulan menghilang dan angin bertambah besar serta dingin. Dia tak sabaran menunggu. Rokok yang dihisapnya sudah hampir habis. Berbarengan ketika rokok itu dibuangnya ke tanah maka dipengkolan muncultiga sosok bayangan. Dua dari sosok bayangan itu berhenti sedang yang satu terus melangkah ke arah teratak itu.

ELANG MATARAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang