Episode 5 - Tanah Perjanjian (2)

51 2 0
                                    


Meskipun merasa agak tak enak pada kakaknya Ki Pemanahan, Ki Penjawi tak punya pilihan lain, maka ia pun menjura hormat. "Ampun Gusti, apa yang Gusti berikan akan hamba terima dengan baik."

"Baiklah. Soal hadiah untuk Kakang Pemanahan dan Kakang Penjawi sudah diselesaikan, sekarang aku punya satu hadiah lagi untuk adikku, Adi Wirojoyo yang tak kalah berjasanya dalam penaklukan ke Jipang ini." ujar Sultan.

Sungguh tak terkira oleh Ki Wirojoyo bahwa ia akan disanjung sedemikian rupa oleh Sultan, ia pun menjura dengan sungkan. "Ampun Gusti, hamba hanya menjalankan tugas dari Gusti."

Sultan tersenyum mendengar jawaban dari salah satu saudara angkatnya yang pandai merendah tersebut. "Kesetianmu itulah yang selalu aku harapkan. Aku juga punya hadiah yang cukup pantas atas jasamu yang berhasil membunuh Patih Arya Mentahun... Akan aku anugerahkan pusaka Keris Kyai Blarak sebagai ganjaran atas jasa dan kesetianmu!"

Sungguh suatu anugerah yang tak terkirakan bagi Ki Wirojoyo karena perjuangan dan kesetiannya pada Sultan tanpa pamrih, semuanya ia lakukan demi mengangkat harkat dan drajat para kerabat Selo, terutama Ki Pemanahan yang menurut wasiat Ki Ageng Selo kelak akan menurunkan raja-raja penguasa tanah Jawa. Ki Wirojoyo pun hanya bisa menjura dan mengucapkan terima kasih kepada Sultan.

"Nah soal hadiah sebagai ganjaran kalian yang telah berjasa besar pada negeri ini telah kita selesaikan dengan baik, sabdaku sebagai raja telah kusabdakan kepada kalian semua!" tegas Sultan kepada semua yang hadir.

"Kakang Penjawi bisa langsung ke Pati. Pimpinlah daerah itu dengan baik agar terus berkembang menjadi daerah yang makmur!" ujar Sultan.

"Terimakasih Kanjeng Sultan" jura Ki Penjawi.

Sultan terdiam sejenak, seperti ada yang sedang ia pikirkan, dengan suara agak tersendat diawal ia berucap. "Tapi untuk Kakang Pemanahan, aku minta maaf karena sekarang belum bisa memberikan Tanah Mataram. Akan kubenahi dulu tanahnya, aku akan memerintahkan untuk membuka ladang-ladang pertanian, agar pantas kuserahkan kepada Kakang sebagai tanah perdikan."

Ki Pemanahan agak kecewa karena ia dan seluruh kerabat Selo pun sanggup untuk membuka hutan Mentaok tersebut, namun ia menerima dengan ikhlas apa yang dikatakan oleh Sultan tersebut. Demikianlah, seluruh kerabat Selo menerima anugerah dari Sultan dengan suka cita.Ki Penjawi langsung mendapat tanah Pati, Ki Pemanahan mendapat Tanah Mataram meskipun harus tertunda, dan Ki Wirojoyo mendapat hadiah berupa keris Pusaka bernama Keris Kyai Blarak, sedangkan Ki Juru Mertani sudah cukup senang untuk dapat mendampingi Ki Pemanahan untuk mengolah Tanah Mataram.

***

Satu tahun berlalu, Sultan Pajang ternyata enggan memenuhi janjinya untuk memberikan tanah Mataram kepada Ki Pemanahan. Ki Pemanahan pun merasa tak enak hati karena sudah mengumpulkan seluruh kerabat Selo di Pajang yang telah ia minta untuk bersiap membuka dan mengolah Alas Mentaok. Ki Pemanahan merasa sangat malu dan tak enak kepada seluruh kerabat Selo.

Selama itu Ki Juru Mertani dan Ki Wirojoyo senantiasa selalu mendampinginya dan memberinya nasihat agar Ki Pemanahan selalu dapat bersabar untuk menunggu Sultan Hadiwijoyo menepati janjinya, meskipun selama itu tak ada tanda-tanda Sultan akan menempati janjinya karena tak ada seorangpun orang Pajang yang dikirim ke Alas Mentaok untuk membuka hutan apalagi membuat sawah ladang disana.

Lama-kelamaan Ki Pemanahan dan Ki Juru semakin menyenangi Ki Wirojoyo yang selalu mendampingi mereka dengan setia dan memberikan masukan-masukan yang berharga bagi kedua pemimpin kerabat Selo tersebut. Ki Wirojoyo selain bijak dan cerdas, juga mempunyai kesaktian yang tinggi sehingga bisa diandalkan oleh Ki Pemanahan untuk membantunya. Ki Pemanahan pun tak segan untuk mengangkatnya menjadi orang kepercayaannya selain Ki Juru Mertani.

Atas kesetiannya dan semua bakatnya tersebut, Ki Pemanahan pun berjanji dalam hatinya, bahwa kelak apabila ia dan keluarganya mendapatkan kemuliaan, ia akan membagi kemuliaan tersebut dengan Ki Wirojoyo beserta keluarganya. Ki Juru Martani pun sangat menyukai Ki Wirojoyo karena orangnya dapat diandalkan, maka ia menyarankan kepada Ki Pemanahan agar Ki Wirojoyo diangkat menjadi guru dan salah satu penasihat dan pengasuh Sutowijoyo, putra sulung Ki Pemanahan. Ia juga menyarankan apaila kelak Ki Pemanahan sudah menjadi penguasa Bumi Mataram, agar Ki Wirojoyo diangkat menjadi salah satu pejabat penting di Mataram.

Dalam masa penantian pemberian Tanah Mataram kepada Ki Pemanahan, Sutowijoyo pun banyak berjasa besar kepada Pajang. Satu waktu Sultan Hadiwijoyo memerintahkannya untuk menjadi Senopati Perang mendampingi Pangeran Benowo (putera mahkota Sultan) untuk menaklukan Bang Wetan. Selama masa penaklukan Bang Wetan itu pula, Ki Wirojoyo diminta oleh Ki Pemanahan untuk mendampingi dan mengawal keselamatan Sutowijoyo yang bisa ia lakukan dengan baik.

Sutowijoyo yang juga merupakan putera angkat Sultan dapat melaksanakan tugasnya dengan gilang-gemilang. Hampir seluruh wilayah Bang Wetan takluk kepada Pajang, meskipun untuk menaklukan Surabaya, Tuban, dan Madura Sultan Hadiwijaya harus menaklukannya secara politik, yakni mengangkat para Adipati tersebut menjadi menantunya.

Dua tahun kemudian, akhirnya Ki Pemanahan mendapatkan haknya yakni Alas Mentaok dari Sultan Hadiwijaya berkat bantuan Sunan Kalijaga. Selidik punya selidik, ternyata Sultan enggan memberikan Tanah Mataram karena merasa khawatir oleh ramalan Sunan Giri Prapen yang mengatakan bahwa kelak di Mataram akan lahir seorang raja yang akan menguasai seluruh tanah Jawa mengalahkan Pajang.

Namun hal itu ditepis oleh Sunan Kalijaga dengan memberi saran kepada Sultan agar menyuruh Ki Pemanahan selalu setia kepada Pajang, Ki Pemanahan pun berjanji setia kepada Pajang namun ia tidak berjanji kesetiaan keturunannya kelak karena itu merupakan rahasia Illahi.Setelah mendapat tanah Mataram dan bersiap untuk membuka tanah yang masih berupa hutan perawan tersebut, Ki Pemanahan mengangkat Ki Juru Mertani sebagai penasihat tertinggi dan mengangkat Ki Wirojoyo sebagai tangan kanannya untuk memimpin para pria Selo membuka Alas Mentaok.

Malam itu Ki Juru, Ki Wirojoyo, Ki Surokerti, dan Sutowijoyo berkumpul di rumah Ki Pemanahan untuk membahas pemberangkatan seluruh kerabat Selo dari Pajang ke Alas Mentaok. "Alhamdulillah, kesabaran kakang Pemanahan menuai keberhasilan." ungkap Ki Wirojoyo dengan wajah berseri-seri yang mengungkapkan rasa syukur. amat gembira ia bahwa penantian pemimpin kerabat Selo itu berakhir sudah.

"Meskipun telihat seperti ditunda-tunda, tapi saya tetap yakin tak ada dusta dan khianat dalam ucapan dan janji Dinda Sultan Hadiwijoyo. Gusti Sultan pasti akan memenuhi janjinya." ucap Ki Juru Mertani yang juga nampak sumringah.

Ki Pemanahan mengangkat kepalanya, tak coba ia sampaikan bagaimana akhirnya Sultan "terpaksa" menyerahkan tanah Mataram setelah Sunan Kalijaga turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini. Ia merasa tak perlu mengungkit-ngungkit masalah itu selain tak mau menjelek-jelekan Sultan. Kepada para tetua kerabat Selo tersebutia utarakan rencana kepindahannya.

***

Untuk kisah selengkapnya dan up;date lebih cepat, bisa para sahabat baca di aplikasi Noveltoon dan/atau Mangatoon dengan kjudul yang sama, yakni "Elang Mataram" silakan search dengan judul tersebut. Terima kasih.

ELANG MATARAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang