DUA

21 15 10
                                    

"Semesta punya cara mengajarkan arti keikhlasan"

"Resya," Viona mendekati Resya yang sedang sibuk membaca novel favoritnya.

"Hmm"

Mendengar respon sahabatnya itu membuat Viona kesal sendiri "Lo itu ya, kebiasaan."

Resya mengangkat satu alisnya, "Apa?"

"Gimana keadaan lo? Gue dengar dari anak-anak Gara berulah lagi."

Resya mengangkat bahunya sebagai respon dari pertanyaan Viona.

"Sahabat kek kambing, bisa mati muda gue lama-lama," Viona memilih pergi meninggalkan Resya. Tidak ada gunanya berbicara panjang kali lebar jika akhirnya respon Resya membuat darahnya mendidih.

Viona Permatasari adalah sahabat Resya sejak pertemuan pertama mereka pada saat masa orientasi siswa. Viona lah yang mengajak Resya menjadi temannya awalnya Resya menolak dia lebih nyaman sendiri tapi Viona terus mendekati dirinya hingga akhirnya Resya pasrah dan berteman hingga saat ini.

"Masih hidup ternyata," seorang gadis datang dengan seragam yang sangat kekecilan di tubuhnya tidak lupa rambut ombre merah menyala yang diketahui bernama Laras Ardita.

"Hebat juga lo bisa lolos dari Gara," kali ini cewek dengan rambut sebahu bernama Revania Misya.

Resya menatap Laras sekilas, memalingkan wajahnya memutar bola matanya malas. Paginya yang tenang harus berurusan dengan si ratu ular. Sungguh merepotkan.

"Minggir" ucap Resya sambil menabrakan bahunya ke bahu Laras.

Laras yang tidak terima diperlakukan seperti itu lantas menarik tangan Resya, "Udah dipake berapa kali lo sama si Gara?"

Resya tersenyum sinis, "Ngomongin diri sendiri?" sindir Resya membuat wajah Laras memerah menahan emosi.

"Lo-"

"Gue tau ko kemana aja lo kalau malam, dasar murahan!"

Reva hendak menarik rambut Resya namun dengan cepat Resya memegang tangan Reva membuatnya berada pada posisi membelakangi dirinya dan tangan yang terlipat kebelakang.

"Berani sentuh gue lagi siap-siap kehilangan tangan kesayangan lo," Resya mendorong Reva hingga terduduk di lantai.

Menyadari banyak mata yang memperhatikan mereka, Resya memilih pergi dari tempat itu menuju ruang kelas. Menghadapi dua ular itu tidak boleh tanggung-tanggung jika disakiti maka harus siap menyakiti kembali itulah prinsip hidup Resya.

***

Brian, Rafi dan Aldo berjalan menyusuri koridor kelas. Banyak mata menatap ke tiga pria tampan tersebut. Pesona ke tiganya tidak boleh dianggap remeh.

Brian Galdiro pria blasteran Indonesia-Amerika. Merupakan pewaris tunggal keluarga Galdiro, memiliki perusahaan emas di beberapa negara. Pria dengan manik coklat itu banyak disegani kaum hawa, jangan lupa sikapnya yang ramah dan suka menolong.

Rafi Geraldi pria yang tak kalah tampan, banyak di segani. Playboy cap kakap, sok ganteng tapi emang ganteng. Pecicilan, sasaran bully teman-temannya.

Rionaldo Reandra si pria kulkas 4 pintu. Dia akan bicara jika diperlukan dan akan diam jika perbincangan dirasa hanya buang-buang waktu. The real cool boy.

Rafi menebar senyumnya sepanjang koridor, mencari siapa lagi siswi yang akan dijadikan target olehnya.

"Orang lain juga udah pada punya gigi kali, nggak usah tebar pesona" Brian mengusapkan telapak tangannya di wajah Rafi.

"Eh Anjir, tangan lo habis megang apaan sih?" tanya Rafi sambil mendorong tangan Brian menjauh dari wajahnya.

Brian terkekeh, "Habis panggilan alam," ucapnya tanpa beban.

Rafi pun menjulurkan lidahnya. Mengelap dengan kedua tangannya. Bisa-bisanya Brian menempelkan tangan bekas dari toilet, sungguh tega.

Aldo hanya geleng-geleng melihat tingkah kedua sahabatnya. Berteman bersama mereka harus siap menanggung malu.

"Pagi Resya," sapa Rafi saat Resya melewati mereka.

Resya menatap Rafi sekilas tanpa membalas sapaannya.

"Buset tuh cewek cuek amat."

"Udah ada pawangnya," terang Brian yang diangguki Rafi.

Aldo menatap punggung Resya yang semakin menghilang dari balik tembok sekolah, "Persiapkan diri lo Resya." kata Aldo yang langsung mendapat tatapan kaget kedua sahabatnya.

"Lo ngomong apa barusan?" Rafi membulatkan matanya terkejut, seorang Aldo akhirnya berbicara lebih dari 2 kata.

Aldo memakai topi hoodie nya melirik ke arah Rafi, "Kepo" lalu menatap Brian "Hubungi anak-anak. Pulang sekolah gue tunggu di markas Drakars."

Melihat raut wajah pria yang menjabat sebagai ketua Drakars itu membuat Brian merasa bahwa akan ada hal yang begitu serius. Apa sudah saat nya Dia kembali?

"Kalian ngomongin apaan sih?" Rafi yang dari tadi tidak mengerti apa yang terjadi akhirnya membuka suara.

"Apa Dia akan kembali?" Brian menatap tajam Aldo.

Diamnya Aldo menjadi jawaban atas pertanyaan Brian. Saat nya telah tiba.

"Siapa yang kembali? Sebenarnya ada apa sih?" tanya Rafi frustasi karena tidak ada yang merespon pertanyaannya.

"Lo juga bakal tau sendiri" akhirnya ada juga yang merespon meski masih terdapat banyak tanya dibenak Rafi.

***

Aldo berjalan memasuki sebuah ruangan diikuti oleh Rafi dan Brian di belakangnya. Saat ini mereka berada di markas Drakars.

Drakars adalah sebuah geng motor yang banyak disegani. Bukan geng motor sembarangan, Drakars adalah geng yang menjunjung tinggi solidaritas. Jangan lupakan keahlian dalam bela diri setiap anggotanya membuat Drakars ditakuti oleh semua geng motor yang ada di Jakarta. Namun ada satu geng yang sampai sekarang menjadi musuh dari Drakars yaitu Halilintar. Permusuhan yang tidak tau sejak kapan dimulainya dan sampai saat ini tidak ada titik perdamaian.

"DRAKARS!" teriak Aldo sambil mengangkat kepalan tangannya.

"CALM LIKE WATER. RESISTS WHEN DISTURBED." sautan anggota Drakars menggema dalam ruangan tersebut.

"Tujuan gue ngumpulin kalian di sini adalah gue punya berita penting, yang harus kalian tau."

Aldo berjalan menuju sebuah jaket yang tergantung tak jauh dari posisinya. Jaket dengan lambang naga di belakangnya itu diketahui adalah milih mantan ketua Drakars yang pergi satu tahun yang lalu. Kabarnya dia adalah orang yang tidak tanggung-tanggung dalam menghabisi musuhnya. Tatapan tajam dari manik hitamnya membuat siapa pun yang menatapnya dibuat merinding.

Aldo meraih jaket tersebut, "Ketua Drakars sesungguhnya akan kembali."

Anggota Drakars yang mendengar ucapan Aldo membulatkan matanya terkejut. Orang yang paling mereka takuti dan sangat mereka hormati akan kembali.

Anandra Antonio ketua Drakars yang sesungguhnya telah kembali.

ANANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang