ENAM

12 11 2
                                    

Happy Reading❤

Bel pulang sekolah telah berbunyi sepuluh menit yang lalu, Resya yang saat ini masih berada di dalam kelas menunggu hingga parkiran sekolah sepi karena akan merepotkan jika harus berdesakan. Setelah menunggu kurang lebih lima menit akhirnya parkiran telah sepi dan hanya menyisakan beberapa motor dan mobil di sana.

Resya menuruni tangga menuju lantai bawah karena posisi kelasnya yang berada di lantai atas. Menuju parkiran, lalu menaiki motor sport hitamnya membelah jalanan ibu kota dengan kecepatan sedang.

Brian yang melihat kepergian Resya menyenggol lengan Andra, "Susulin gih, gue tau Resya butuh penjelasan."

Andra menatap Resya yang lama kelamaan menghilang dari pandangannya. Andra pun menyampirkan tas di bahu kirinya menaiki motor sport merah miliknya, hendak menyusul Resya. Semoga dia masih sempat menemuinya.

Resya mengendarai motornya dengan kecepatan yang sedang. Pikirannya tengah kacau, banyak pertanyaan yang seperti berperang di benaknya. Dia butuh ketenangan dan dia tau dimana dia mendapatkannya.

Suasana jalanan yang semakin sepi bahkan sampai tak ada satupun pengendara selain dirinya di sana. Suara burung yang terdengar merdu menyambut kedatangannya. Resya memarkirkan motornya di pinggiran jalanan itu. Memasuki kawasan hutan yang rimbun. Dari jauh tampak sebuah danau yang tenang dengan rumput hijau mengelilinginya dan sebuah rumah pohon yang tidak jauh dari sana.

Resya duduk ditepi danau itu, kakinya sesekali dicelupkan ke air. Memandang langit yang cerah tanpa ada awan yang menutupinya. Menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya kasar. Begitu banyak beban pikirannya sekarang setelah Andra kembali. Dia pun memejamkan matanya dan membantingkan dirinya di hamparan rumput hijau di tepi danau.

"Gue boleh duduk?" suara berat cowok mengagetkan dirinya lalu menoleh ke sumber suara tersebut.

"Andra?" gumam Resya.

"Gue kira lo lupa tempat ini?" Andra duduk disamping tubuh Resya yang masih setia berbaring.

"Ini tempat gue, lebih baik lo pergi," usir Resya.

"Maksud lo, tempat kita?" goda Andra yang langsung mendapatkan cubitan di pinggangnya.

"Gue benci lo Ndra."

"Gue tau," ucap Andra lalu ikut berbaring di samping Resya.

"Lo masih ingat kan kenangan kita di tempat ini?" Andra tersenyum tipis.

"Ia gue ingat, waktu itu lo tenggelam di sini dan gue nolongin lo," Resya melihat ke arah Andra, "Lemah."

"Nggak tau kenapa saat bersama lo gue ngerasa nyaman banget dan sikap dingin gue tiba-tiba hilang," Andra memalingkan wajahnya menghadap Resya.

Resya yang saat itu juga sedang memandang Andra begitu terkejut saat kedua manik berbeda warna itu bertemu. Jantung Resya seakan berhenti beberapa detik hingga akhirnya dia memilih untuk memalingkan wajahnya ke arah lain.

Resya menghela napas pelan, "Gue nggak tau apa alasan lo pergi waktu itu disaat gue butuh lo."

"Kalau lo siap gue bisa jelasin sekarang."

"Jangan," ucap Resya seketika membuat Andra menaikan satu alisnya.

"Gue takut dengan apa yang harus gue dengar," lirih Resya.

"Lo nggak harus takut, ada gue di sini untuk lo,"

Resya mengangguk, dia menarik napasnya dalam-dalam menghembuskannya perlahan. Baiklah dia siap mendengar penjelasan Andra.

***

Malam itu langit seakan punya firasat, tangisan sang alam mengguyuri jalanan ibu kota yang sedikit ramai. Suasana riuh jalanan begitu terdengan di telinga Andra.

"Om mau tanya satu hal sama kamu," Farhan melirik Andra yang berada di sampingnya dan kembali melihat ke arah jalanan karena sedang mengemudi.

"Apa?" tanya Andra.

"Apakah kamu benar-benar sayang pada anak saya?"

Andra melirik buket bunga mawar yang ada di tangannya lalu kembali menatap ke depan, "Aku sayang banget sama Zia, dan aku janji sama om kalau aku nggak bakal buat Zia sedih."

Farhan tersenyum mendengar jawaban dari Andra, "Om percaya sama kamu," lalu menepuk pundak Andra.

Tidak ada lagi perbincangan dari keduanya Andra sibuk menatap foto Resya di ponselnya dan Farhan sibuk mengemudikan mobilnya. Farhan menyipitkan matanya dia seperti melihat beberapa orang di depam sana seperti akan menghalangi jalan merekan.

Dengan cepat Farhan menginjak rem saat beberapa orang itu yang diketahui berjumlah lima orang tak kunjung menghidar. Seorang pria dengan jaket kulit coklat menghampiri mobil Farhan. Memukul kaca depan dengan sebuah balok kayu.

"Turun!" ucap pria tersebut.

Andra dan Farhan keluar dari mobil tersebut dengan wajah bingung. Tidak tau siapa yang orang yang ada di hadapan mereka.

Bugh

Satu pukulan melayang tepat di perut Farhan membuatnya tersungkur di jalan aspal yang basah.

"OM!" teriak Andra.

"Bacot," Andra melayangkan pukulan ke wajah salah satu pria lainnya membuat sudut bibir pria tersebut robek.

"Maju," tatapan tajam nya melirik lima pria tak dikenal itu dengan posisi Andra yang berada di tengah dan ke lima pria itu mengelilingi dirinya.

Bugh

Bugh

Bugh

Suara perkelahian terdengan ditengah jalanan yang sepi, tidak ada satupun kendaraan yang melewati jalan itu. Aneh. Jalanan yang terbilang cukup ramai malah menjadi sangat sepi, entah apa yang terjadi sekarang.

Farhan tidak dapat berbuat apa-apa. Pukulan di perutnya amat terasa sakit bahkan untuk berdiri pun akan terasa nyeri sekali. Mata Farhan membulat ketika  melihat salah seorang pria yang sedang berada di belakang Andra hendak memukulnya menggunakan sebuah balok kayu.

"Andra awas!" teriak Farhan, dengan sisa tenaga yang dia miliki berusaha berlari menghampiri Andra.

Bugh

Benturan balok kayu terdengar di telinga Andra. Dengan segera Andra membalikan tubuhnya, betapa terkejut dirinya ketika melihat ayah dari pacarnya telah mercucuran darah. Farhan telah tergeletak di aspal dengan kepalah yang sudah berdarah.

Tubuh Andra melemas dia pun berlutut di samping Farhan yang sudah tidak sadarkan diri. Melihat Andra yang tengah lengah membuat kesempatan bagi ke lima pria tersebut menghabisinya. Balok kayu yang sama menghantam dirinya. Andra tidak perduli lagi di pikirannya Farhan terluka hanya karna menyelamatkan dirinya. Tubuh Andra tersungkur di aspal, beberapa tendangan tetap di perut dan punggung membuat darah kental keluar dari dalam mulutnya.

Dengan tatapan yang kurang jelas dia melihat ke lima pria tadi membawa Farhan bersama mereka dan meninggalkan dirinya di tengah jalanan yang sepi hingga akhirnya Andra kehilangan kesadarannya.

To be continue...


ANANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang