⌧ 𝟎 𝟗 . 𝟎 𝟎

178 33 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▬ ▬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


▬ ▬

Beradaptasi di lingkungan baru bukanlah perkara mudah bagi seorang Oikawa [Name].

Sifat tertutup dan tidak pekanya seringkali membuat sang suami kelimpungan. Mulai dari bersosialisasi dengan para pelayan kastil, hingga bercengkerama dengan para bangsawan ternama di wilayah Kyoto-selalu berhasil membuat energi [Name] terkuras banyak.

Lagipula, untuk apa diriku bersosialisasi jika ada dirimu, Tooru? Begitulah elakan yang [Name] lontarkan kala undangan pesta minum teh tersampaikan lewat kotak surat kediaman Oikawa.

Wanita dua puluh enam tahun ini juga tidak gemar berbicara, berbanding berbalik pada putri-putri di luaran sana. Ia tidak akan bersuara jika sistem tanya-jawab tak merayap di pembicaraan. Karena lengkungan kurva di bibir ranum sudahlah cukup untuk memuaskan hati para khalayak tiap kali beraktivitas.

Terkadang, Oikawa dapat memarahi [Name] lantaran telah meremehkan tutur sikap para pelayan kastil. Tak jarang juga [Name] membentak Oikawa yang selalu sibuk dengan pekerjaannya.

Meski suasana sedikit berubah, arus kehidupan tetap berjalan secara realistis. Bagi seseorang yang tak dapat bersosialisasi di masa kini-tentu saja dirinya dapat dikucilkan secara mentah-mentah oleh para penduduk di sekitar.

Setidaknya, [Name] sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik.

"Jangan mengeluh, [Name]," Oikawa menghela napas. Kacamata yang tersemat sedari tadi telah dilepaskan kala sang istri menghampirinya di ruang kerja. Pria ini sudah lama membiarkan [Name] berloyo-loyo di kursi kerja-dan menjadikan paha Oikawa sebagai bantal empuk kepalanya.

Sang wanita menguap, sudut mata dikucek pelan sembari berucap lesu, "Aku ... tidur di sini aja, ya?"

Oikawa membelalakkan mata, kacamata yang digenggam nyaris merosot jatuh kala mengamati perangai [Name] yang berubah manja, "Hah? ... jangan mengada-ada-"

"Tidak boleh?" Tangan [Name] perlahan bergerak menyentuh-lalu mendekap pinggang sang pria yang masih sibuk dengan urusannya.

Sadar diri bahwasannya diri ini tersipu, Oikawa pun menjeda napas sejenak, "B-bukan seperti itu ..."

"Lantas?"

Pria berpangkat jenderal berujung mengalihkan atensi. Surai coklat diacak pelan. Cardigan yang terpakai malam ini dieratkan guna mengonversasi suhu dingin pada awal musim gugur.

Dalam sekejap, suasana menjelma hening. Angin malam mendadak berhenti menyisir tengkuk leher. Gumpalan awan kelam tak lagi menghalangi pancaran sang purnama di puncak semesta.

Jari manis berlogistik cincin ditatap lamat-lamat. Senyum semanis gula yang kerap membuat Oikawa meleleh diulas bersama dengan lirikan sendu di kelereng emasnya.

"Tooru-kun."

Wanita yang menggenggam jutaan bintang andromeda tengah memanggilnya.

"Mengapa kau tak pernah membahasnya?"

Harga diri sedikit tersenggol, alis coklat pun ditautkan guna menginterupsi. "Soal apa?"

Tanya dibalas tanya. Pandang dibalas pandang. Dan Oikawa Tooru dapat mendengar getaran tak manis di sela-sela bincangnya.

"Satu bulan sudah berlalu, Tooru."

Napas dihirup pelan, ujung bibir tak lagi mengurva simpul, "Aku tahu ... tak lama lagi, kau akan meninggalkanku demi lepas dari jabatan jenderalmu."

[Name] memindahkan posisi. Melangkahkan kaki menuju pintu keluar merupakan opsi yang dipilih sang wanita usai menilik kondisi Oikawa nan terlihat skeptis.

Selagi pintu belum tertutup rapat, dirinya pun kembali menyuarakan pendapat, "Jangan kabur lagi layaknya dirimu yang dulu, Tooru-kun."

Pintu telah tertutup sempurna. Impulsifitas yang wanita ini berikan jelas membuat sang pria menutup mulut untuk sementara waktu.

Hanya sementara. Sebab diri tak ingin menghabiskan dua hari terakhir hanya dengan berselisih bersama sang pujaan hati.

▬ ▬

▬ ▬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MITAMAMATSURI, tooruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang