⌧ 𝟎 𝟑 . 𝟎 𝟎

320 52 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▬ ▬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▬ ▬

Para iblis tengah menertawainya.

Sebagaimana dengan raut wajah sang putri yang berhasil mementaskan sisi naif; para iblis sibuk berkeliaran di delusi negatif, tengah menghina dengan bermacam godaan yang perlahan meleburkan ambisi.

Oikawa benci akan dirinya yang terlalu terburu-buru dalam menyimpulkan sedetail informasi.

Beribu alasan untuk mengelak pun tak dapat disuarakan. Alhasil meninggalkan runyamnya pikiran yang menjalar pada perlakuan. Menciptakan spekulasi yang jelas-jelas tersemat fakta.

Lagi dan lagi, rangkaian kejadian yang terus berulang di fantasi Oikawa Tooru. Rangkaian kejadian yang terus merugikan batin dan figur. Buruk. Ini buruk jika tak segera dihentikan. Maka dari itu, Oikawa menarik laci meja. Mengambil selembar kertas dan bulu berlapiskan tinta.

Sedikit demi sedikit, gugusan kalimat mulai memenuhi pandangan Oikawa. Jemari lentik masih sibuk mengotori selembar kertas yang semulanya jernih. Pun benak difokuskan pada haluan berdeklarasi.

Oikawa ingin membuat perjanjian dengan sang Kaisar.

Setidaknya, konvensi yang diharapkan masih menguntungkan kedua belah pihak ─namun hanya setidaknya. Karena Oikawa tetaplah Oikawa yang berpegang erat pada prinsip. Dan memasangkan cincin pada jari manis seorang iblis bukanlah perkara mudah. Jelas-jelas hal itu menyimpang dari prinsipnya.

Akan tetapi, kendati konvensi yang dituliskan menyimpang dari prinsip, sang empu tetap tak ingin menanggung rugi.

"Jenderal!"

Pintu kayu bercorak eksentrik itu dibuka paksa. Bunyi nyaring dari gadis di hadiratnya pun timbulkan coretan kecil pada kertas yang Oikawa tulis. Hingga alis Oikawa sengaja dikerutkan, pemuda bersurai pirang itu pun baru melantunkan maksud kedatangannya di ruang pribadi sang jenderal.

"Uh, maaf jika aku mengganggumu."

Terpaksa. Oikawa kembali menarik laci meja, mengambil selembar kertas kosong, menyalin untaian konvensi tanpa sedikitpun coretan yang mengganggu mata.

MITAMAMATSURI, tooruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang