⌧ 𝟎 𝟒 . 𝟎 𝟎

274 46 23
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▬ ▬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


▬ ▬

Rasanya ambigu.

Tatkala iris bergulir mencari iluminasi, sirah sang surai coklat tak kunjung merendahkan suhu. Relung dada terus bergemuruh bawakan rasa bingung dan gugup. Pun ketika kopi beraroma susu itu diseruput, gejala ambigu masih setia singgah di sanubari. Kendati badan kekar dilemaskan di sofa empuk, jantung terus alunkan melodi bertempo alegro. Hingga manik sengaja dipejamkan, jemari telunjuk pun nyaris menikam penglihatan sendiri.

Pasalnya, gadis adiwangsa itu, muncul di fantasinya dengan eksistensi tak wajar.

Oikawa tengah singgah di ruang kerjanya, dengan harapan bisa menentramkan angan, namun apalah daya, tuturan gadis adiwangsa malah membuat raga rasakan gejolak remaja.

"Kutunggu kau dikamarku. Besok sore."

Jujur, dirinya harus bagaimana? Seharusnya mulut katakan penolakan, tapi, yang akan dibahas kali ini tak seenteng bincangan di rumah kaca. Namun, jika badan nekat melangkah menuju tempat tujuan, entah bagaimana reaksi mata para pelayan di istana ─ketika Oikawa menapakkan kaki di kamar tuan putri yang berstatus perawan─ bukan hanya para pelayan, mungkin sang Kaisar juga akan turut serta dalam aktivitas caci-mencaci perlakuan Oikawa yang notabene tidak sopan.

Lalu, bagaimana? Angan bertanya, pun terasa sia-sia lantaran tak kunjung dapati pencerahan.

Kendati matahari sudah menunjukkan hawa panas diatas kepala, Oikawa masih setia berleha. Setidaknya, ia berniat pasrah, salahkan saja gadis tak tau diri itu jika semesta bertanya.

Maka, ketika gadis berpangkat asisten jenderal itu masuk menuju ruang kerjanya, Oikawa mengurungkan niat untuk pasrah. Singkatnya, angan dapati pencerahan walau lambat. Namun Oikawa tak menyesal —meski lagi-lagi pintu bercorak eksentrik dibuka paksa dan hadirkan rasa kejut.

" ... m-maaf mengagetkan lagi," permohonan maaf diloloskan, berakhir dengan helaan napas dari pemilik surai coklat yang masih asyik berayun kaki.

Pun maniknya pusatkan atensi penuh pada sang gadis, "Tumben, pakai busana resmi lengkap begitu. Mau kemana?" kini Oikawa bertanya.

MITAMAMATSURI, tooruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang