six : warm
just one hellojongho benar-benar jemput wooyoung tiga puluh menit kemudian. lelaki choi itu menggerakan tangan bak beri isyarat agar wooyoung mempercepat langkah.
si kecil yang semula diapit oleh dua barista mulai berlari hingga tungkai mencapai lokasi dimana jongho parkirkan mobil. tawanya terulas pasti.
wooyoung berjinjit, cium pipi kiri jongho secepat kilat.
"halo, jong, apa kabar?"
jongho rasa lututnya lemas tanpa aba. wooyoung yang rapalkan 'halo' sembari rekahkan senyum itu ibarat badai dahsyat, berbahaya bagi seluruh sistem tubuh.
terlalu lucu sampai tulang jongho seakan meleleh.
yang bertanya lambaikan tangan guna tarik perhatian lawan bicara. "lagi ada masalah, ya?"
jongho geleng kepala. ia tarik pinggang wooyoung dan kikis jarak hingga ruang diantara mereka sisa sejengkal sebelum tuntun wooyoung untuk masuk mobil.
jongho lirik san dan mingi yang bersedekap dada, yang asik beri tatap sekelam malam.
"wooyoung gak akan saya jahatin, janji."
finalnya, san juga mingi berbalik badan dan kembali memasuki bar, tepat setelah jongho duduki kursi kemudi pun injak pedal gas.
kini, di dalam mobil yang asik tembus senyapnya malam, wooyoung tidak berhenti keluarkan rentetan kata. sibuk bercerita bagaimana hari-hari yang ia lewati selama sepekan terakhir.
jongho yang mengemudi tak tahan bila tidak lebarkan kurva manis. karena, jujur saja, wajah semangat wooyoung adalah favoritnya.
"kemarin aku tungguin kamu di apartemen seharian, bahkan sampai gak masuk kerja."
jongho terkekeh. satu tangan bergerak untuk usak surai wooyoung.
"yeonjun bilang, aku bisa sama papa gula yang lain kalau tenggat waktu yang kamu tetapin habis," ujar wooyoung sambil mainkan jari.
berhenti di lampu merah, jongho naikkan bahu sejenak. hela napas pelan-pelan sebelum tatap wooyoung yang menunduk.
"tenang aja." jongho cubit pipi si kecil. "kalau habis, saya tinggal bayar lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✓ ] relationship | jjongwoo
Fanfichanya ada mereka dan selamanya akan begitu // ☾ jjong & woo. • bot!woo • short story • written in lowercase