"Haruto brengsek"
Haruto yang awalnya duduk santai langsung natap Jennie gelalapan.
"Hei, kamu belajar dari mana kata itu?"
"Kan Gissel yang semalem ngomong gitu" jawab Jennie
Haruto menggeleng,"Maksud aku, kamu tau apa artinya?"
Dengan bibir manyunya Jennie mengangguk,"Tau kok, kata Gissel brengsek itu artinya jahat"
Haruto menghela nafas, kayaknya usaha dia semalam untuk mengalihkan perhatian Jennie berakhir sia sia.
"Terus kamu kenapa ngataiin aku brengsek?"
Jennie berdecak,"Soalnya Haruto jahat, ga ijinin Jennie makan indomie"
Haruto menganga,"Jen, maksud brengsek itu bukan kaya gini"
"Jadi? Jennie yang salah?"
Haruto menggeleng cepat,"Enggak, Gissel yang salah"
Jennie mencibir,"Jadi brengsek itu apa?"
"Itu, gimana ya jelasinnya" guman Haruto
"Ih kasih tau, Jennie udah gede bukan anak kecil lagi"
Haruto mendesis gemas,"Brengsek itu artinya memang jahat, tapi bukan jahat kaya gini. Brengsek itu jahat yang jahat banget, kaya misalnya nyakitin orang yang lebih lemah."
Jennie ngangguk paham,"Tapi Haruto tetap jahat, Jennie mau indomie" rengeknya.
Haruto menggeleng tegas,"Ga boleh sayang, kamu udah makan indomie tadi pagi, ga boleh lagi ya? Lupa kamu apa kata dokter?"
Jennie berdecak, memang dulu dia pernah dapat peringatan dari dokter untuk mengurangi konsumsi indomie waktu cekup.
Omong omong, sekarang mereka lagi di luar. Jalan jalan singkat di sekitar perumahan Jennie. Mereka ga sekolah? Enggak soalnya tanggal merah.
"Yang lain aja ya? Mau apa? Mekdi mau? Keefci? Pizza?" tawar Haruto
Jennie menggeleng,"Bakso"
"Mie juga, ga boleh"
"Kan bukan indomie" protesnya
"Sama sama mie, ga boleh"
"Tau ah Haruto malesin" ngambek Jennie membuang muka.
Bukannya menghibur Jennie Haruto malah tersenyum melihatnya. Haruto tidak melakukan apapun, hanya diam dan melihat wajah ngambek kekasihnya.
"Apasih liat liat, Jennie lagi marah ya"
Haruto terkekeh,"Iya iya, lagi marah" katanya mengusap lembut kepala Jennie.
"Nasi padang mau? Udah lama juga kan?" tawar Haruto lagi
Diam sejenak, Jennie kemudian mengangguk,"Ya udah, tempat biasa tapi ya"
Haruto tersenyum dan mengangguk pelan, menggenggam tangan Jennie sebelum bangkit dan menuju ke kendaraannya.
"Ga usah Jennie cuman 18 ribu" tolak Haruto waktu Jennie kasih dia uang.
Jennie menggeleng,"Bukan punya aku kok, beli tiga ya? Gissel titip"
"Beneran? Ya udah. Kamu mau ikut turun atau di sini aja"
"Di sini aja" putus Jennie cepat.
Jennie ga berani turun, katanya muka abang penjualnya serem serem semua. Tiap kali kalau mereka ke sini dan Haruto naik motor,Jennie selalu sembunyi di belakang Haruto. Takut katanya.
Haruto terkekeh lalu mengangguk,"Oke, bentar ya"
Setelahnya, mereka kembali ke rumah dengan seplastik makanan.
"Jennie pulang"
"Hm,mana titipan gue? Ada?" tanya Gissel yang udah stand by di meja makan.
Jennie mengangguk sembari menunjukkan plastiknya,"Gissel belum makan?"
"Belum, cepetan sini"
Berlari kecil, Jennie menghampiri Gissel dan menaruh makanan itu di meja.
"Loh tiga? Kalian belum makan juga?" tanya Gissel
Jennie menggeleng sebagai jawaban, dia melirik ke arah pintu dimana Haruto baru saja masuk setelah memarkirkan mobilnya.
"Siang, Sel" sapa Haruto
"Ya, siang. Lo ga perlu nyapa gue btw, canggung banget rasanya" balas Gissel
Haruto berjalan ke samping Jennie lalu terkekeh,"Sama calon keluarga ga boleh canggung canggungan. Ya kan Jen?"
"Ya, terserah. Gue makan di kamar aja, have a great time" pamit Gissel
"Jangan makan di kamar Gissel, nanti ada semutt" larang Jennie sedikit berteriak.
"Ga bakal, gue makannya rapi"
"Ish, nanti kalau kamar Jennie jadi bersemut gimana" gerutunya
Haruto terkekeh,"Udah ayo makan"
Tbc
Ha
Ha
Ha
Ha
Mengsetresssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
KAMU SEDANG MEMBACA
That New Girl ✔
FanfictionIni cerita soal Jennie, si murid baru yang ternyata kesayangan bad boy sekolah. Short story