"Haruto""Hm?"
"Kalau misalnya kita putus gimana?"
Haruto menoleh, menatap Jennie dengan tatapan bingung,"Kenapa tiba tiba nanya gitu?"
Jennie mencibik,"Kan cuman nanya"
Haruto menghela nafas,"Kamu mau putus?"
Jennie melotot, dengan segera ia menggeleng,"Enggak! Siapa yang bilang"
Haruto tersenyum,"Ya udah, ga usah di bahas"
Jennie mencibir,"Kan cuman mau tau, apa kita bakal jadi orang asing atau tetap kaya temen"
"Ga ada yang tau Jen, yang namanya putus, apalagi ketika masih sayang, susah bagi orang itu untuk muncul ke hadapan orang lain seolah olah ga terjadi apapun antara mereka. Mungkin bakal deket lagi, tapi pasti butuh waktu."
Jennie mengangguk paham,"Jadi kalau misalnya Ruto gimana? Bakal muncul lagi atau enggak?"
Haruto terdiam sejenak, menatap Jennie lalu meraih kedua tangan gadis itu,"Kalau memang suatu hari nanti kita putus dan gak jodoh, aku mungkin bakal ada di dekat kamu untuk ngawasin kamu dari jauh. Tapi, aku ga janji. Bisa jadi, kita udah punya jalan masing masing saat itu."
Jennie tersenyum tipis,"Makasih ya Ruto?"
"Untuk?"
"Ya makasih aja, Jennie seneng kenal sama Haruto" ucap Jennie tersenyum lebar.
Haruto ikut tersenyum, mengacak surai Jennie gemas dan memberikan cubitan di kedua pipinya.
"Udah ah, jadi mellow gini. Ayo mau es krim?"
"Mauu!"
Haruto tersenyum melihat Jennie yang tampak begitu menikmati es krimnya. Haruto tidak tau mengapa tiba tiba Jennie menanyakan pertanyaan seperti tadi, tapi yang jelas, perasaan Haruto tidak enak.
"ANAKKU"
Jennie dan Haruto kompak menoleh, menatap terkejut di mana, di tengah jalan sana ada seorang balita yang sedang berjalan menyeberangi jalan dan dua orang paru baya yang Jennie duga merupakan orang tuanya sedang berlari menghampiri anak mereka.
Melihat jarak antara keduanya yang terlalu jauh, bisa Jennie simpulkan kalau anak mereka secara tidak sengaja berjalan meninggalkan rumah.
"JENNIE BAHAYA"
Jennie tidak mendengarkan teriakan Haruto, yang ada di pikirannya hanya malaikat kecil itu harus selamat.
TIN TIN
HWUEEEEEE
"ANAKKU"
"JENNIE"
Brakk
Suasana begitu ricuh dengan seseorang di atas ranjang beserta dokter dan suster di sisi kiri kanan ranjang. Baju orang yang mengikuti mereka dari belakang tampak ikut terkena darah yang dihasilkan sebagai akibat dari kecelakaan yang baru saja terjadi.
"Permisi beri kami jalan"
"Siapkan ruang ICU sekarang!"
"Baik,dok"
"Maaf, kalian tidak diijinkan masuk"
"Maaf, maafkan kami. Ini semua salah kami. Kami akan bertanggung jawab"
"APA? APA YANG BISA KAU LAKUKAN? KAU BISA MEMBUAT HAL INI TIDAK TERJADI? BAHKAN JIKA KAU MEMBAYAR UANG RUMAH SAKITNYA SEMUANYA TIDAK AKAN ADA ARTINYA JIKA DIA MATI, KAU PAHAM?!"
"APA KAU BISA MENJAMIN KESELAMATANNYA?"
"Haruto, tenang nak"
Dada Haruto bergerak naik turun dengan cepat, rahangnya mengeras dan tangannya terkepal kuat. Sangat terlihat bahwa pria ini sedang penuh dengan emosi.
Disinilah mereka, di depan ruang ICU dengan Jennie yang sedang memperjuangkan hidupnya di dalam sana. Semuanya terjadi begitu cepat, dalam satu kedipan mata, semuanya terjadi.
"Nak kamu ganti baju dulu ya" ujar ibunda Jennie berusaha tenang meskipun bisa dilihat dia sama gelisahnya dengan Haruto.
Haruto menggeleng tegas,"Enggak ma, aku bakal tetap di sini sampai semuanya selesai"
Ibu Jennie mengangguk paham, tidak mau memaksa Haruto yang sedang di landa emosi untuk menurutinya. Tangannya mengusap bahu pacar anaknya ini agar sedikit tenang, ini bukan saatnya untuk marah marah.
Tatapan ibu jatuh ke sang balita yang masih menangis di dalam gendongan ibunya, ibu Jennie tau, anak itu pasti sangat shock.
Perlahan, ibu Jennie mendekati mereka,"Bu saya sarankan, kalian juga meminta dokter untuk memeriksa kondisi anak kalian, dia pasti sangat shock"
"Kami akan melakukannya nanti, sekarang yang terpenting adalah keselamatan gadis itu" jawab sang wanita.
Ibu Jennie tersenyum teduh,"Tidak apa apa, kalian bisa kembali nanti pergilah" ucapnya meyakinkan.
"Tapi-"
"Pergilah, aku tak mau usaha putriku untuk menyelamatkannya berakhir sia sia"
Keduanya menatap satu sama lain, sebelum akhirnya mengangguk dan meninggalkan ruang ICU sejenak.
Ibu menghela nafas, dia duduk di kursi depan ICU dengan doa yang tak pernah berhenti ia ucapkan dalam hatinya.
"Apa ayah sudah tau hal ini?" tanya Haruto kemudian.
Ibu menggeleng,"Dia bisa tidak fokus menyetir dan itu berbahaya, ibu akan meminta tolong pada rekannya untuk mengantarkannya kemari nanti"
Jennie aku mohon, jangan pergi
KAMU SEDANG MEMBACA
That New Girl ✔
Fiksi PenggemarIni cerita soal Jennie, si murid baru yang ternyata kesayangan bad boy sekolah. Short story