Perawat Ruangroj
Positif
Tangan Singto tidak bisa tidak bergetar setelah membaca isi dari surat tersebut, matanya berkaca-kaca membaca kata-kata dalam kertas yang dipegangnya.
Krist menangis, ia tak menyangka jika Singto akan langsung menerima kehamilannya, tidak seperti dirinya yang sempat linglung beberapa hari.
"dek... lo?" Krist mengangguk, Singto merengkuh kembali tubuh gembul Krist.
Krist memukuli lengan Singto manja, matanya belum berhenti meneteskan air mata "ini gara-gara lo gak pake pengaman mulu ih!" Canda Krist.
"aduh aduh! Sorry dek" Krist tertawa di pelukkan Singto.
Singto melepas pelukannya dan berlutut di depan perut Krist, dia merabanya "jadi kamu alesan papa mual-mual terus, ya? Papa sampe gak konsen belajar tau" Singto memeluk perut Krist dan menenggelamkan kepalanya diperut Krist, berusaha merasakan kehidupan di dalam sana.
"Sorry papa, aku nggak tau kalo papa lagi ujian" Krist menirukan suara anak kecil sambil mengusap-usap rambut Singto. Suasana haru kini menyeruak ke seluruh kamar Krist dan Singto, benar-benar seperti mendapat jackpot.
Singto tiba-tiba terdiam mengingat sesuatu, ia mendongak "Krist, kuliah lo gimana?"
Yang lebih muda mengendikkan bahunya "kayanya... gue bakal batalin pendaftarannya" ucap Krist setelah menghela nafas panjang.
Singto bangun dan mendekap tubuh Krist lagi "sorry dek..." ucapnya menyesal.
Diusapnya punggung tegap Singto, Krist menggeleng pelan "gak boleh begitu, gue seneng kok ada dia, jadi gue ada temennya waktu lo pergi" lesung pipinya nampak saat Krist tersenyum manis pada Singto.
"gue ngerasa bersalah banget"
"karena?"
"karena gue gak ada disamping lo disaat saat kaya gini, gue juga matahin impian lo" Singto emosional.
Krist melepaskan dekapannya dan menangkup wajah Singto "gak boleh ngomong begitu, semua orang pasti bakalan seneng denger ini, dan impian gue sekarang bukan buat gue sendiri, ilmu bisa di dapet dimana aja! Gue bahagia sama apa yang gue punya sekarang, gue punya lo" ucap Krist dengan suara gemetar, entah mendapat bisikan dari mana sehingga kalimat itu keluar dari bibirnya. Krist mengecup bibir Singto ringan "gue juga punya anak kita" dia mengelus perutnya sendiri yang masih rata.
Krist membelai pipi Singto "jangan bilang dia berhentiin semuanya, dia bakalan sedih nanti" tangan Singto diarahkan ke perut Krist.
"janji gue?" lirih Singto menatap Krist sendu.
Si manis tersenyum teduh "lo bisa cuti dari seminggu sebelum gue ngelahirin, kan?" Singto mengangguk dan beralih ke perut Krist lagi "maafin papa, sayang? Papa janji gak akan ngomong begitu lagi" Krist tersenyum melihat interaksi Singto dan calon anak mereka.
❤❤❤
"Kecil banget"
Singto berdecak kagum memandangi benda berukuran sebesar kacang di dalam monitor USG tersebut, tak jauh dengan Krist, ia sekali lagi hampir menangis melihat janinnya berkembang baik disana.
Nam tersenyum "umurnya enam minggu, mau di cetak gambarnya?" Tanya Nam.
"emang bisa?" Nam mengangguk pasti menjawab pertanyaan Singto "bisa dong, tunggu ya" Nam mengambil gambar janin Krist, setelah itu membersihkan gel pada perut Krist terlebih dahulu sebelum memproses mencetak gambar yang diambil tadi.
"Makan-nya di jaga, olahraga sedikit-sedikit, yoga, meditasi, itu juga bagus buat orang hamil" saran Nam sambil menuliskan sesuatu di kertas resep obat "oh iya, ini kakak kasih vitamin sama rekomendasi susu buat nutrisi tambahan kamu, ya, Krist"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Nikah, Maka Tak Cinta (SingtoKrist)
Random"kalo lo mau punya pacar, silahkan gue izinin, lagipula kita nikah karena dijodohin"-Krist "gak akan gue punya pacar lagi, buat apa? endingnya bakalan putus kok. Prinsip gue, pacaran berkali-kali, nikah cukup sekali"-Singto Nama karakter author ambi...