Internasional Beijing Capital Airport, Beijing, China
"ayaaahhh!!" teriak Arthit dan Natcha sambil berlari kearah Singto yang menjemputnya di bandara. Meskipun Singto tidak berada di sekitar si kembar saat 1000 hari pertamanya, namun Krist dan Singto selalu berusaha memberitahu dan menjelaskan pada kembarnya jika ayah mereka sedang belajar di negeri orang dan akan kembali dalam beberapa waktu. Setiap hari Singto juga berusaha meluangkan waktunya untuk berbicara dengan dua malaikat kecilnya itu, Sehingga Natcha dan Arthit tidak kebingungan dengan siapa Singto.
"hwahh! anak-anak ayah udah gede ya sekarang? Udah berat juga!" badan Singto sedikit terhuyung karena si kembar menubruk badannya.
"cium dulu sini, hmm..." Singto menciumi pipi kedua anaknya.
Singto celingukan mencari Krist "bunda mana?" tanya Singto pada kedua anaknya.
"bunda siapa, ya?" Krist muncul dengan mengerek sebuah koper yang lumayan besar berisi keperluan si kembar dan dirinya.
"bundaaaa..." rengek si kembar manja, lalu turun dari gendongan sang ayah.
Kemudian Singto dan Krist berpelukkan erat, menghiraukan kedua anaknya yang berkedip-kedip lucu melihat ayah bundanya berpelukkan.
"nda? Yah?" Krist dan Singto melepaskan pelukkannya karena ujung pakaian mereka ditarik-tarik anak kembarnya. Krist tertawa, sedangkan Singto mengangkat Arthtit, Natcha merentangkan tangannya sambil melompat-lompat kecil pada Krist, lucu.
Singto mengeratkan pelukannya pada Arthit karena gemas "ah! Oon berat banget!" canda Singto.
"ayaaahh! Oon ndak berat!" Protes Arthit cemberut.
Singto tertawa, kemudian mencium kedua anaknya dan Krist "ehm... ayo kita makan! Ayah tunjukkin tempat makan yang enak disini!" Singto menarik koper Krist sementara tangan satunya menggendong Arthit
Singto tahu kesukaan Krist dan kedua anaknya, namun Singto mengajak Krist ke restoran sederhana yang menyajikan aneka makanan rumahan khas China yang biasa ia sambangi. Singto ingin Krist dan kedua anaknya mencoba makanan kesukaannya di China.
Setelah itu, Singto mengajak Krist dan dua kembarnya berkeliling sekitar hotel tempat mereka menginap. Malamnya, Krist dan kembarnya berpisah dengan Singto untuk beristirahat. Singto masih harus tinggal di asramanya karena beberapa barang belum ia kemas.
Seperti biasa, Krist selalu membacakan buku dongeng sebagai pengantar tidur dan mengajak kedua anaknya bertanya jawab "ayo tidur, besok kita ke kampus ayah!" titah Krist setelah menutup buku cerita pengantar tidur Arthit dan Natcha dan menyelesaikan sesi tanya jawabnya.
"ke kampus ayah? Kampus itu apa, bun?" tanya Natcha penasaran.
"kampus itu tempat sekolah, tempatnya besar banget, besok kita lihat oke?" Krist memberi pamahaman kepada anak-anaknya.
"Oon juga mau lihat kampus ayah, ndaa" ucap Arthit sambil memainkan tangan bundanya, mata Arthit telah terpejam namun masih ingin berbicara dengan bunda dan kakaknya.
"iya Oon, makanya sekarang bobo biar besok bisa bangun pagi" Keduanya mengangguk mendengar perintah Krist, Arthit langsung terlelap nyenyak karena kelelahan. Sementara Natcha juga memejamkan matanya dan tak lama kemudian ikut adiknya menuju alam mimpi.
drrttt....
"halo, Sing?" ucap Krist berbisik menjawab telepon Singto.
"anak-anak udah tidur?"
"udah baru aja, kenapa?"
"gapapa ngecek doang, gue di depan pintu, bukain dong!"
ceklek
"tiba-tiba banget?" Krist mematikan sambungan telfonnya karena yang diajak bicara ada di depan mata.
Singto melenggang masuk tanpa izin Krist "nggak juga, kan asrama gue deket sini, gimana sih?" Singto meletakkan makanannya di meja dekat jendela kamar hotel.
"gue tau lo laper, tadi cuma habisin makanan anak-anak doang, kan?" ucap Singto, Krist duduk dihadapannya sambil mengambil makanan dari Singto.
"habis ini mau balik asrama?" Tanya Krist sebelum menyuapkan makanannya.
Singto melirik ponselnya "masih jam delapan, asrama tutup jam sepuluh, nanti aja ah baliknya" ucap Singto sambil memandangi Krist yang sedang makan.
Krist menghabiskan makanannya buru-buru, dia agak gugup melihat tatapan Singto yang berbeda malam ini.
"Sing... lo nggak.. sange kan?" tanya Krist ragu. Singto menyeringai "satu ronde?" tawarnya.
Krist melempar tisu bekasnya "ada anak-anak!" ucapnya sambil membereskan bekas makanannya dan beranjak ke kamar mandi untuk cuci tangan.
Singto mengikuti Krist ke kamar mandi dan memeluknya dari belakang saat Krist bercermin di kaca kamar mandi "Sing...ahh! geli anjir!" Krist menggeliat tak nyaman saat Singto mengendus potongan lehernya.
"ayolah dek.. mas lagi pengen nihh" kemudian Singto menyingkap pakaian Krist yang menampakkan bahu mulusnya, lalu membuat tanda merah di bahu Krist, ini aman karena bagian ini akan tertutup pakaian nanti.
"ahh... Sing..." desah Krist
"ayok main.. please" rengek Singto
Krist menyerah, akhirnya Singto menarik Krist ke bathup kosong dan bermain disana, berusaha meminimalisir suara mereka berdua mengingat ada orang lain di kamar mereka.
Dengan buru-buru Singto maupun Krist melucuti pakaiannya sendiri-sendiri dan membuangnya ke sembarang arah.
"ahh... S-Singtoo ahh" Singto makin gencar bermain diarea dada Krist, sudah tidak ada asi yang keluar mengingat si kembar yang sudah tidak menyusu pada Krist lagi.
Puas bermain disana, Singto bermain di area V Krist "j-jangan pake itu, pake belakang aja!" peringat Krist yang dituruti Singto.
Singto memindahkan jarinya ke area hole Krist, mengambil pelumas alami dari bagian V Kris dan mulai memasukkan jarinya satu persatu.
"ahh... masukkin aja lang....sung! ahhh!" Singto langsung melesakkan juniornya di hole Krist.
Krist memukul pelan dada Singto kemudian "sakit bangsat!" Singto meringis "sorry hehe, gue gerak ya?" Krist mengangguk, dan Singto menggerakan dirinya pelan namun berangsur cepat.
"ahh.... ter...rus! ahhh!!"Krist terlonjak-lonjak dipangkuan Singto.
"ahh..... Krist! gue kelu.....ar! ahhh!!" mereka mencapai pelepasan bersamaan. Krist mengatur nafasnya dengan bersandar di dada Singto.
Singto menyingkirkan poni lepek Krist dan memeluknya "thanks Krist" Singto mengecupi pucuk kepala Krist
Huh?! Apanih??
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Nikah, Maka Tak Cinta (SingtoKrist)
Acak"kalo lo mau punya pacar, silahkan gue izinin, lagipula kita nikah karena dijodohin"-Krist "gak akan gue punya pacar lagi, buat apa? endingnya bakalan putus kok. Prinsip gue, pacaran berkali-kali, nikah cukup sekali"-Singto Nama karakter author ambi...