44-Happy Ever After

1.9K 91 6
                                    

Jakarta, satu minggu setelah kepulangan Singto dan Krist dari China.

Tiga hari setelah Singto kembali dari China, Singto berniat kembali lagi pulang ke rumahnya bersama Krist. Begitu banyak persiapan untuk beberapa hari, dari mengemas baju sampai mainan milik si kembar, sedikit perbaikan di rumah Singto dan Krist, sampai akhirnya mereka bisa kembali menempati kembali rumah mereka sendiri.

"akhirnya balik juga lo! Gue kira kecantol sama cewek Chinese hahaha" setelah Earth mengucapkan hal itu, sendal Krist mencium kepalanya.

"Aduh! Kasar amat" keluh Earth.

Satu malam setelah Singto dan Krist membenahi rumahnya, mereka mengundang sahabat mereka ke rumah untuk sekedar makan-makan dan mengobrol ringan sambil duduk melingkar di ruang tengah rumah Singto dan Krist.

Earth dan New datang dengan pasangannya masing-masing. Off dan Gun juga datang, tapi kini bersama bayi kecil yang datang dengan kisah panjang dan rumit, surat lahirnya bahkan masih dalam proses.

"gimana akhirnya bisa sama kak Tay?" Singto bertanya pada New.

New tersenyum kalem, membuat Singto bergidik karena ini bukan sifat New seperti yang ia kenal dan Krist ceritakan "dia senior gue dikampus, gue juga magang tempat bapak dia"

"itu mah akal-akalan si Tay doang biar bisa mepet si New, haha" Off memotong cerita New, semua tertawa kecuali Tay dan New.

Kemudian New menyenggol lengan Mix di sebelahnya "Mix eh Mix... lo kok mau sih jadi pacar abang gua? Kan sadboy dianya haha" tanya New pada Mix, kekasih Earth.

Sementara Mix mengendikkan bahunya "entah, gue dipepet mulu ama dia, terus tau-tauan dia nembak di lapangan basket, mana rame bener, kan gue kasian kak daripada muka dia ilang, mending gue terima" canda Mix yang membuat Earth menekuk wajahnya, kemudian memeluk manja lengan Earth yang berada di sebelahnya "bercanda...abang ih!" yang lain hanya tertawa melihat interaksi Earth dan Mix.

"bundaaaa! Paman Gun! Dede Chi nangis!!" suara Natcha dan tangisan bayi menghentikan kegiatan mereka ber-delapan.

Krist dan Gun langsung saja bangkit dari duduknya dan menghampiri kedua balita dan satu bayi di karpet yang sengaja dipisahkan oleh Krist. Karena karpet yang mereka gunakan sekalian menaruh makanan, jadi takut mengganggu si bayi.

"kak, Oon sama Chi kenapa?" tanya Krist melihat putranya juga ikut terisak "Oon ndak sengaja jatuhin robotnya di deket dede Chi, jadi dede Chi bangun terus nangis" jelas Natcha takut-takut.

"maaf, paman Gun" ucap Arthit sambil menunduk

Gun tersenyum simpul "nggak apa-apa Arthit, lain kali hati-hati lagi, oke?" Arthit mengangguk, kemudian pergi memeluk sang bunda.

"gapapa, Oon hebat udah mau ngakuin kesalahan Oon dan minta maaf" Krist mengusap-usap rambut Arthit lembut "liat, dede Chi udah bobo lagi, paman Gun juga nggak marah, kan?" Krist berusaha membujuk Arthit agar nerhenti menangis. Bagaimanapun, ini merupakan kesalahan para orang dewasa karena kurang mengawasi anak kecil di dekat mereka.

Arthit mengangkat kepalanya, isakan kecil masih terdengar "bener gapapa, bun?" tanyanya ragu, Krist mengangguk. Lalu Arthit kembali mendekati Chimon-anak Gun "paman, Arthit boleh cium dede Chi?" tanyanya takut-takut.

Gun mengangguk, Arthit mencium pipi Chimon "dede Chi, maafin Oon ya? Oon ndak sengaja" semua yang ada disana tersenyum.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"....akhirnya malin kundang dan istrinya berubah jadi batu karena kutukan ibu malin, selesai!" Krist menutup buku cerita rakyatnya.

Kedua anaknya bergidik ngeri "ihh serem, berubah jadi batu!" Natcha melesakkan dirinya di pinggang Krist yang duduk diantara kedua anaknya.

"sekarang bunda tanya, kenapa malin dikutuk jadi batu?" tanya Krist "eum...karena nggak nurut sama ibunya?" jawab Arthit ragu.

Tak Nikah, Maka Tak Cinta (SingtoKrist)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang