Hari-hari awal Krist dan Singto menjadi orang tua dengan bayi kembar sangat melelahkan. Arthit dan Natcha yang bangun setiap dua jam sekali tidak mengijinkan baik Singto maupun Krist terlelap nyenyak.
Ada-ada saja kelakuan si kembar ini untuk mengerjai orang tuanya, tidak! Hanya Singto yang selalu menjadi rebutan si kembar. Mulai dari Natcha yang selalu ingin tertidur di pangkuan Singto, serta Arthit yang selalu ingin ditimang ayahnya.
Mereka berdua bersama Krist jika mulai haus dan ingin menyusu, selebihnya akan bersama Singto. Mereka berdua benar-benar memanipulasi Singto, terkadang Krist juga kesal kalau perhatian Singto hanya tertuju pada kedua anaknya.
"kayanya Oon sama Nat tau kalo ayahnya mau pergi hahaha" Krist meledek Singto yang menimang Arthit di teras, Krist memangku Natcha.
Krist dan Singto sedang berjemur dengan si kembar di teras rumah mereka yang kebetulan terkena matahari pagi, saran dari para orang yang lebih tua daripada mereka untuk mendapatkan sinar matahari untuk kedua anak mereka.
Krist menilik jam pada ponsel yang ia letakkan di sampingnya "udah setengah jam, udah panas banget juga" Krist mengangkat Natcha perlahan dari pangkuannya "ayo kita mandi anak cantik, kamu bau asem" Krist menciumi pipi Natcha, Singto perlahan bangkit dengan Arthit dan mengekori Krist dibelakang masuk ke dalam rumah.
"gue nyiapin air mandi buat mereka dulu, tungguin!" titah Krist sambil meletakkan Natcha di kasur mereka, di sebelahnya Singto juga ikut menurunkan Arthit dengan hati-hati.
Terakhir, Krist memberikan penghalang untuk Arthit dan Natcha di sisi yang tidak Singto jangkau, kemudian masuk ke kamar mandi.
Selama tiga empat hari awal Krist melahirkan, Singto dan Krist benar-benar belajar merawat bayi. Dari ibu mereka, dari Baifern dan Alice juga, terkadang sang nenekpun ikut turun tangan. Fern yang rumahnya paling dekat dengan Singto dan Krist yang menginap bersama Ciizie dirumah Singto dan Krist waktu itu.
Masih ingin berlama-lama dengan kembarnya, Singto akhirnya meminta perpanjangan masa cutinya menjadi dua bulan. Dengan prestasi Singto sebelumnya, akhirnya pihak kampus mengizinkan dengan konsekuensi lain.
Satu minggu berlalu, Singto dan Krist mulai bisa mengurus si kembar tanpa bantuan orang lain, mereka hanya mengandalkan satu sama lain.
Mulai dari mengganti popok, memakaikan baju, cara membedong, mengangkat dan menurunkan dari gendongan, kemudian posisi tangan saat menggendong agar bayi nyaman, sampai memandikan. Tapi kalau hal memandikan bayi, akan menjadi urusan Krist, Singto masih khawatir bayi mereka akan tergelincir dari tangannya saat mandi, jadi tugas Singto adalah menjaga salah satu antara Arthit atau Natcha saat Krist sedang memandikan salah satunya, kemudian bergantian untuk dipakaikan baju.
Tiga minggu berlalu, Singto dan Krist mulai bisa bekerjasama merawat anak mereka, apalagi keduanya yang selalu mencari perhatian dengan menangis kencang. Akibatnya, pekerjaan rumah terbengkalai, tidur dan makan mereka juga mulai tidak teratur karena fokus mereka berdua hanya si kembar.
Ini yang Singto khawatirkan. Berdua saja masih sangat repot, apalagi nanti saat Singto berangkat kuliah lagi? Apakah makin parah?
Dirinya bimbang, kalau dulu sebelum Krist melahirkan bisa bergantian antara New dan Gun, bisa ditinggal sebentar karena Krist hanya tidur-tiduran saja dirumah. Tapi sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Nikah, Maka Tak Cinta (SingtoKrist)
Random"kalo lo mau punya pacar, silahkan gue izinin, lagipula kita nikah karena dijodohin"-Krist "gak akan gue punya pacar lagi, buat apa? endingnya bakalan putus kok. Prinsip gue, pacaran berkali-kali, nikah cukup sekali"-Singto Nama karakter author ambi...