.
.
.
.
.
Hari ini semua murid baru berkumpul di tengah lapangan. Tidak ada atribut aneh yang harus mereka kenakan kecuali topi upacara berwarna abu-abu seperti warna bawahan mereka dan nametag yang terpasang di saku. Tidak ada upacara untuk siswa kelas 2 dan 3 karena ini hari pertama masuk dan lapangan secara otomatis digunakan oleh anak OSIS untuk melapukan MPLS.
Amel dan Kaila berada pada kelas yang sama sehingga keduanya bisa baris berjejer. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara kecuali kakak OSIS menyuruh mereka untuk berteriak seperti tentara.
"Anjir Evan ngibul," bisik Kaila dan hanya ditanggapi anggukan oleh Amel.
"Tegak lurus hadap depan! Posisi baris itu yang bener, jangan letoi!" Teriakan seorang OSIS yang bernama Farhan berhasil membuat semua siswa terdiam. Bukan hanya tegas, tapi mukanya juga sangar menyeramkan.
"Heh Devana, lo ngapain kaya gitu?"
Merasa terpanggil, seseorang di belakang Kaila langsung membenarkan posisi berdirinya. Begitupun Kaila yang ikut bergidik ngeri karena mendengar suara tersebut.
Tiba-tiba tangan Amel mencengkeram keras pergelangan tangan Kaila.
"Ren, lepas anjir, mau lo dimarahin Farhan?" bisik Kaila yang masih menghadap lurus ke depan.
"Gue ngga kuat, Kai!" Suara Amel terdengar lemas dan tiba-tiba tubuhya terhuyung ke belakang.
"MEDIIISS!"
***
"Anjir anak baru pada nurut semua!" ucap Farhan pada teman-temannya ketika mereka sedang istirahat di kantin.
"Ya lo kaya gitu, siapa yang ngga takut? Gue juga ogah kali nyari gara-gara sama OSIS kaya lo!" kelakar Bara, anak OSIS juga tapi dia bertugas sebagai sie dokumentasi. Sedari tadi dirinya menahan tawa setiap tiap Farhan berteriak seperti lulusan Akmil.
"Lo ngasal nih! OSIS atas kita aja baik banget waktu jaman kita anak baru!" Evan yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya akhirnya ikut dalam pembicaraan.
"Tau nih! Tadi sampe ada anak yang pingsan anjir! Mana mukanya pucet banget. Gue masih keinget itu mukanya! Ngeri lah!" Bahu bara bergidik.
"Seriusan? Siapa namanya?" tanya Haikal.
"Amelia Rena siapa gitu gue lupa."
Seketika Evan berlari dan tidak menghiraukan panggilan teman-temannya. Pantas saja dari tadi Amel belum membalas pesan yang dikirim Evan padanya. Entah kenapa Evan sangat takut sesuatu terjadi pada Amel.
Ah koreksi, dari sudut pandang Evan, Amel adalah Rena.
Sesampainya di depan UKS, Evan berhenti sejenak mengatus nafasnya. Ruang UKS pagi ini belum terlalu ramai, hanya ada 3 anak korban MPLS saja. Biasanya tiap hari Senin UKS akan selalu ramai karena banyak siswa yang lupa membawa topi upacara dan akan berakhir ke UKS, mengaku sakit padahal tujuan mereka hanya menghindari hukuman.
"Lo ngapain, Van?" tegur Syana, teman sekelas Evan yang bertugas menunggu UKS pagi ini.
Evan hanya diam, tapi matanya sedari tadi mengintip melalui celah pintu yang terbuka.
"Aqilla Prasilia, Rahmi Indah Paramita, atau Amelia -"
Belum sempat Syana menyelesaikan ucapannya, dirinya sudah diinterupsi oleh Evan. "Iya itu terakhir," ucap Evan sambil tersenyum kikuk.
"Masuk aja, tirai no 5 ya! Jangan salah buka tirai lo! Kayaknya dia baru tidur deh!"
Evan berjalan pelan, berusaha untuk tidak mengganggu siswa lain yang sedang istirahat. Ia buka sedikit tirai nomor 5, memastikan seseorang di dalamnya masih tertidur atau sudah bangun.
"Eh udah bangun lo!" ucap Evan canggung dan hanya dibalas senyuman oleh Amel. Dia terlalu lemas untuk sekadar membalas ucapan Evan.
"Pucet banget lo, Ren! Ngeri gue liatnya."
"Pusing banget gue," balas Amel lirih.
"Udah sarapan?"
Amel hanya mengangguk.
"Nih diminum dulu teh angetnya!" Evan mengambil segelas teh di meja samping ranjang dan memberikannya pada Amel.
"Panas," tolak Amel.
"Engga, anget doang kok."
Teeeeeet
"Lo ngga masuk?" tanya Amel sambil memberikan gelas pada Evan.
"Nggaada kelas, hari pertama gini mah masih santai, bagi jadwal doang sama absen. Abis itu balik," jelas Evan sambil mengambil sebuah kursi di pojok UKS. "Lo ngga balik aja, Ren? Udah telpon orang tua lo belom?"
Amel mengangguk pelan, "nanti jam 11an nyokap gue mau jemput gue kok."
Evan hanya mengangguk pertanda mengerti dan setelahnya memutar sebuah musik milik NCT 2020 berjudul My Everything dan mereka berdua terlarut ke dalamnya.
Semenjak terakhir kali bertemu di ajang fashion show milik Jessica, Evan dan Amel belum pernah bertemu lagi karena kesibukan Amel mempersiapkan ujian kelulusan memaksanya untuk berada di tempat les lebih lama dan pulang ke rumah ketika jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Setelahnya Amel harus mengulang lagi apa yang baru saja ia dapat.
Evan pun juga begitu, dia sibuk dengan segala pemotreatannya. Sekalinya ada waktu luang, dia akan mengajak teman-temannya untuk bermain futsal atau sekadar hangout. Anak satu ini tidak suka berdiam diri terlalu lama selain tidur.
Tapi, walaupun Evan dan Amel jarang bertemu, tapi tidak pernah seharipun Evan tidak mengirim pesan untuk Amel. Tidak tahu kenapa, tapi di mata Evan ada sesuatu yang menarik dari Amel. Ada sesuatu yang menarik! Kalian ingat waktu Evan tidak sengaja menabrak Amel?
Yah sebenarnya itu disengaja. Evan sudah tahu Amel sejak lama. Waktu itu Evan sedang berjalan-jalan di mall bersama orang tuanya waktu dia masih SMP kelas 1 dan tidak sengaja melewati kerumunan orang yang sedang menonton sebuah perlombaan menyanyi dan Amel waktu itu sedang tampil menyanyikan lagu barat berjudul Somewhere over the rainbow yang merupakan lagu kesukaannya sewaktu kecil karena Mamanya sering menyanyikan lagu ini untuknya.
"Bagus banget dia nyanyinya," puji Mama Evan watu itu. Mereka sekeluarga berhenti sejenak hanya untuk mendengarkan Amel bernyanyi.
"Yah penampilan yang sangat menawan dari Amelia Renata! Tepuk tangannya mana nih?" seru MC waktu itu dan diikuti oleh tepuk tangan meriah para penonton, termasuk Evan sekeluarga.
Sejak hari itu Evan selalu mendengarkan cover lagu yang Amel upload di laman Youtubenya, mencari tahu akun instagramnya. Maka, ketika tidak sengaja melihat Amel, Evan tidak melewatkan kesempatan untuk berkenalan dengannya Eh apes, Amel terlalu jutek untuknya.
Tapi sepertinya semesta masih berpihak padanya. Untuk kali ini, Evan merasa dirinya sangat beruntung.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
H E L L O
Teen FictionKata orang, jatuh cinta akan membuatmu bahagia. Tapi tidak dengan apa yang dirasakan Amel. Anak yang baru masuk SMA itu tanpa sengaja harus berurusan dengan kakak kelas yang digandrungi hampir semua murid perempuan di sekolahnya. Siapa lagi kalo buk...