.
.
.
.
.
Suasana Hall saat itu sangat ramai dengan orang – orang yaang berlalu lalang menyiapkan segala sesuatu untuk kegiatan esok hari. Mulai dari kursi, lampu pencahayaan, dan yang paling utama adalah podium di tengah tempat acara ini. Warna dominan oranye dan kuning jelas sudah sangat menggambarkan siapa yang ada di balik acara ini.
"Ren, ini ngga mencolok apa?" Kaila masih bingung dengan perpaduan warna yang terlalu cerah dan mentereng menghias seluruh ruangan.
"Ini udah jadi ciri khas si desainernya, Kai," jawab Amel sambil merasakan energi ceria yang masuk ke dirinya.
"Siapa emang?"
"Lo ngga..."
Belum sempat Amel selesai berucap, seseorang di atas podium sudah melambaikan tangan padanya, menyuruhkan untuk segera naik ke panngung, "Bentar, lo duduk aja dulu."
Amel memutari podium ke belakang untuk mencari tangga sebelum akhirnya dia naik ke atas podium dan bertemu dengan si pemilik acara.
"Amel kan?" tanya Jessica Jiandra yang tidak lain adalah desainer utama pada acara JJ's for Autumn.
Amel hanya mengangguk. Matanya masih fokus pada postur tubuh wanita di depannya ini. Tinggi menjulang dan terlalu anggun.
"Kamu bisa bahasa mana aja, Mel?" tanya Jessica sambil menyerahkan sebuah cup berisi latte
Amel seketika tersadar dari lamunanya, "Aku bisa inggris sama korea, Kak! Mandarin juga bisa cuma ngga lancar," jawabnya sambil menerima cup minuman yang ada di depannya.
"Baca pinyin bisa? Atau malah bisa baca hanzi?"
Dahi Amel berkerut, dirinya heran sebenarnya dia disuruh menyanyi atau disuruh ujian bahasa?
"Pinyin, Kak. Hanzi belum handal, masih harus pake pleco," jawab Amel sambil tersenyum kikuk.
Wajah Jessica semakin cerah, senyuman lebar menghiasi wajahnya, "Emang ngga salah deh si Hanzel rekomendasiin lo buat gue,' ucap Jessica sembari membuka apple music di iPhone miliknya sambil memberikan sebelah airpods kepada Amel.
"Ini lagu pertama, Mel, Indonesia dulu, lo tahu ngga lagunya?"
Amel hanya mengangguk ketika mendegar lagu Sheila on 7 berjudul Hari Bersamanya mengalun melalui telinga kanannya.
"Good." Jessica hanya menjentikkan jarinya dan berganti ke lagu selanjutnya, "Kalo ini?"
Amel sedikit lupa ingat karena sudah jarang mendengarkannya, "Lagunya Apink bukan, Kak?"
"Yes, I'ts You judulnya."
Jessica tak henti-hentinya menyunggingkan senyum di wajahnya dan mulai berganti pada lagu terakhir, "Ini?"
Amel tersenyum dan mengangguk, "Eric Chou yang Unbreakable Love."
"Ah gue seneng deh kalo lo tau semua lagunya," Jessica lagi-lagi tersenyum.
"Tapi kalo boleh tau, tema kali ini apa ya, Kak? Kok lagunya kontras banget, terus warna di ruangan ini juga kan ceria, tapi lagu terakhir kan lagu ballad?"
"Kalo lagu, lo perhatiin cerita tiap lagu deh, awalnya lo seneng-seneng karna lagi suka sama orang, terus lo seneng karna lo bisa sama-sama sama dia, yang terakhir udah jelas kan? Kisah cinta berakhir tapi nyatanya perasaan masih ada," Jessica menjelaskan setiap detailnya kepada Amel.
"Sama kaya tema warna ruangan kali ini yang kontras sama tema warna pakaian yang nanti model gue bakal bawain. Intinya di musim gugur terlalu banyak kejadian yang terjadi, terutama kisah cinta. Ada yang bahagia, senang, sedih, dan menyerah. Karena hakikatnya menurut gue musim gugur ngga bisa lo artiin hanya dengan satu kejadian yang mendominasi kaya musim-musim yang lain."
Amel hanya mengangguk untuk kesekian kali. Sepertinya dirinya berada di tempat yang tepat. Ia suka dengan cara berpikit Jessica.
"Udah lo gladi dulu deh, Mel. Bawa airpods ngga? Kalo ngga bawa, pake punya gue aja," tawar Jessica.
"Bawa kok, Kak!"
"Good luck!"
Dari bawah podium Kaila melambaikan tangannya sembari mengacungkan dua jempol dan berkata, "Semangat!"
Amel hanya tersenyum dan segera menerima mic yang diberikan oleh teknisi. Dirinya maju ke depan podium dan mulai memejamkan matanya sesaat untuk membangun imajinasinya. Orang-orang yang mengisi deretan kursi di dan sampingnya, model yang berjalan mengelilinginya secara bergantian, dan tentu saja sorot lampu sebagai pencahayaan.
Ketika alunan musik sudah terdengar, Amel menarik nafas panjang dan mulai untuk menenangkan rasa groginya.
Hari telah berganti, tak bisa kuhindari
Tibalah saat ini bertemu dengannya....
Amel terus menyanyi sembari mengatur ekspresi wajahnya agar sesuai dengan suasanan yang diharapkan. Memasuki lagu kedua, Amel mulai memperlihatkan ekspresi yang sedikit berbeda dengan lagu pertama. Ekspresi senang berbunga-bunga dirubahnya menjadi ekspresi yang tenang namun ada kebahagiaan di dalamnya.
오늘 햇살이 참 좋아
스쳐가는 바람도 시원해 so nice ~~~
Tidak perlu diragukan lagi soal pengucapan, Ayahnya yang asli orang korea membuat Amel sudah sangat fasih dengan bahasa yang satu ini. Memasuki lagu ketiga, amel mulai bermain dengan lidahnya agar pengucapan dan nada yang keluar sesuai dan tidak menimbulkan salah arti.
亲爱的你躲在哪里发呆
有什么心事还无法释怀
我们总把人生想得太坏
Amel menunduk sembari menuruni podium. Dalam lagu terakhir dia sadar ada beberapa pengucapan yang salah ia lafalkan. Berbeda dengan Kaila, ia terus saja bertepuk tangan sampai Amel berdiri di hadapannya.
"Wah gila lo, Ren! Udah berkali-kali gue liat lo nyanyi tapi masih bagus aja, kapan jeleknya sih?" ucap Kaila sambil meyenggol lengan Amel.
Tiba-tiba seorang pemuda sudah berdiri di samping Amel, "Ada beberapa hanzi yang salah pelafalan."
Amel hanya mengangguk lemas.
"Tapi lo udah keren, kok! Kalo lo mau, gue bisa bantuin lo karna gue dari SD udah diajarin mandarin di sekolahan."
"Gue mau!" Refleks Amel mengengok ke arah pemuda tersebut dan seketika dirinya juga kaget mendapati pemuda yang tadi pagi tidak sengaja menabrak dirinya.
"Nama gue Evan," ucap pemuda itu mengenalkan diri. "Lo tunggu di sini bentar, gue mau fitting baju dulu di belakang. Nanti kalo udah selesai kita latihan sambil cari makan. Anggep aja permintaan maaf gue buat tadi pagi."
Selanjutnya Evan segera bergegas ke ruang ganti untuk melakukan fitting baju, meninggalkan Amel dan Kaila yang saling bertatapan satu sama lain karena merasa bingung dengan apa yang baru saja terjadi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
H E L L O
Teen FictionKata orang, jatuh cinta akan membuatmu bahagia. Tapi tidak dengan apa yang dirasakan Amel. Anak yang baru masuk SMA itu tanpa sengaja harus berurusan dengan kakak kelas yang digandrungi hampir semua murid perempuan di sekolahnya. Siapa lagi kalo buk...