.
.
.
.
.
"Pesen aja, nanti gue yang bayar!" ucap Evan kepada Amel dan Kaila yang sekarang sudah mengekor di belakangnya.
Sore itu, sesuai dengan janji yang secara spontan Evan ucapkan, mereka bertiga kini sudah berada di sebuah café yang tidak jauh dari tempat mereka gladi bersih tadi.
"Americano dingin sama red velvet," ucap Dilla pada seseorang yang berada di balik mesin kasir.
"Gue banana milkshake sama macaroon yang rasa grape dua biji."
Mereka mengambil tempat duduk yang dekat dengan jendela. Suasana sore itu sangar ramai, masih untung ada satu spot kosong di samping jendela. Mereka diam beberapa saat. Evan masih sibuk dengan ponselnya, sedangkan Amel dan Kaila sedari tadi saling bertatapan, bingung untuk memulai pembicaraan.
"Eh iya, nama lo siapa?" ucap Evan sambil meletakkan ponselnya di atas meja.
"Amel," ucap Amel, "panggil aja gue Amel."
"Gue Kaila."
"Gue Evan," ucap Evan. "Oh iya, btw tadi judul lagu yang lo nyanyiin apa?"
"Unbreakable Love dari Eric Chou, lo tau ngga?"
"Ah itu yang dicover Renjun sama Xiaojun kan, ya?"
"Ha?" Kaila seakan tak percaya jika Evan tahu akan hal-hal seperti itu.
"Eh aneh ya kalo gue tau gituan?"
"Eh engga kok!" Kaila segera menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue heran aja kok lo bisa tahu."
"Adek gue selalu mainin itu cover, sehari bisa 10 kali kayaknya. Mana pakai speaker lagi, seisi rumah bisa denger pokoknya!" jelas Evan sambil tertawa.
"Lo udah khatam dong kalo gitu sama lagu ini?" tanya Amel memastikan.
"Lo coba nyanyi aja dulu deh, soalnya cuma beberapa pengucapan doang yang salah!"
Amel segera mengeluarkan ponselnya dan memainkan sebuah instrument dari youtubenya. Suara piano mengalun pelan tapi pasti. Kali ini Kaila bisa pastikan bahwa orang-orang penyuka ballad pasti akan langsung suka dengan lagu ini, karena dirinya juga begitu.
Setiap bait demi bait Amel nyanyikan dengan sungguh-sungguh. Begitulah Amel, tidak pernah main-main jika itu adalah menyanyi. Tanpa mereka sadari, beberapa pasang mata di café memfokuskan pandangan mereka ke arah Amel secara terang-terangan, tapi Amel tidak peduli karena dia sudah terbiasa dengan hal tersebut.
Sedangkan Evan masih belum mengalihkan pandangannya dari perempuan di depannya tersebut. Sudah sering Evan mendengar penyanyi bernyanyi secara live, tapi Amel berbeda. Dirinya bisa merasakan setiap lirik disampaikan dengan begitu baiknya. Bahkan Evan secara tidak sadar mengusap mata kirinya, menahan bulir air mata yang sudah bersiap untuk jatuh.
Alunan piano berhenti, pun dengan nyanyian Amel. Terdengar beberapa tepuk tangan kecil dari pengunjung café yang sedari tadi menyaksikan Amel bernyanyi. Kaila dan Evan juga tidak ketinggalan memberikan sebuah tepukan tangan.
"Wah gila sih lo, Ren! Gue baru kali ini denger lo nyanyi mandarin tapi tetep aja lo!" Kaila megacungkan dua jempolnya.
"Nah, gue tahu sekarang, cuma beberapa kata doang, lainnya udah bagus sih."
Evan memperlihatkan layar ponselnya yang sudah berdapat beberapa kata yang perlu Amel perbaiki. Dia mepraktekan cara mengucapkan beberapa suku kata.
"Nah ini dibacanya "de" kaya lo bilang "delima"," jelas Evan dan diikuti oleh Amel yang beberapa kali mengulang suku kata yang sama.
"Nah cepet juga lo belajar!" Evan mengangguk sembari tersenyum pada Amel.
Amel hanya tersenyum kikuk karena dia bukan tipe orang yang cepat akrab dengan seseorang. Berbeda dengan Kaila yang sedari tadi sudah bertanya segala hal pada Evan. Mulai dari kapan dia belajar menjadi model dan sampai akhirnya bisa ikut acara fashion show semacam ini.
"Gue dulu waktu SD kelas satu ikut macam acara di mall-mall gitu deh, buat anak anak SD, kan banyak tuh. Nah dari situ gue sering menang, eh keterusan sampe sekarang. Gue pernah ikut cver boy juga tapi ngga menang, eh malah dapet tawaran lain," terang Evan.
"Kelas satu SD pencapaian lo udah segitu?" Kaila menatap Evan tidak percaya. "Gue nih ya, masih mainan Barbie deh kayaknya, ya nggan Ren?"
"Dih, gue kelas satu SD udah mulai les nyanyi ya!" Ame tidak mau kalah.
"Lah, nama lo siapa sih? Kok dari tadi Kaila manggil lo Ran Ren Ran Ren?" tanya Evan penasaran.
"Nama dia tu Amelia Renata, temen-temen dia manggil dia Amel, tapi karna gue waktu pertama dikenalin sama dia dan Mamahnya bilang kalo nama dia Rena, ya gue keterusan sampe sekarang."
Evan mengangguk-angguk paham, "Gue juga deh manggil lo Rena mulai sekarang."
"Emang kita bakal sering ketemu?" Amel menatap Evan penuh tanya.
"Ya kali aja! Emang lo kelas berapa dah?" celetuk Evan sambil mengambil minumnya, berusaha untuk menghindari pandangan Amel.
"Kelas 3 SMP," jawab Amel singkat.
"Nah lo mau ke SMA mana?"
"SMA Garuda!"
"Nah kan, gue bilang juga apa, kita pasti bakal sering ketemu abis ini. Kakak kelas lo nih, panggil gue Kak Evan!" seru Evan sambil tersenyum lebar.
Kaila hanya tersenyum tipis dan Amel hanya mengangguk tak menghiraukan sedangkan Evan masih asik dengan ocehannya mengenai SMA Garuda. Garuda Pride kalo kata Pak Handoyo, guru BK di SMA tersebut.
"Lo gue kasih tahu, besok kalo MOS lo iya iyain aja deh tu si OSIS soalnya mereka rese, missal lo ngga nurut nanti mereka bakal makin ngeselin deh!" tutur Evan. "Oh iya, besok lo jangan sampe telat, apalagi kalo hari Senin, jangan deh! Kalo urusan hukuman, SMA Garuda ngga ada duanya, apalagi kalo yang jaga piket Pak Jaya atau Bu Ari, dah kayaknya lo bakal kena siraman rohani selama sejam deh di ruang BK."
Lagi-lagi hanya Kaila yang fokus dan Amel masih sibuk dengan lidahnya, berusaha mengucapkan beberapa kalimat agar tidak mengacaukan panggungnya besok. Ia berharap tidak ada orang yang akan memperhatikan pelafalannya.
"Lo famous banget ye pasti di sekolahan, Kak Evan?" tanya Kaila sambil memberikan penekanan di dua kata terakhir.
Evan hanya tertawa, "Dih lo berdua ngga usah manggil gue Kak Evan, deh! Aneh banget!"
"Lah gimana sih, tadi lo sendiri yang minta dipanggil kaya gitu," protes Kaila yang hanya dibalas senyuman canggung oleh Evan.
"Ya lo besok juga tahu sendiri sefamous apa gue!" Evan kali ini membanggakan dirinya.
"Eh btw gue harus balik, nih! kalian ngga papa gue tinggal?" seru Evan tiba-tiba ketika mendapat notifikasi pesan.
"Iya, lo balik aja, gue bawa mobil kok tadi!" balas Amel sambil matanya mengikuti setiap gerakan Evan.
"Yaudah, Goodluck buat besok ya, Ren! Gue balik dulu kalo gitu. Da Ren, Da Kai!"
Evan berlalu meninggalkan Kaila yang tersenyum sambil matanya mengikuti Evan sampai hilang dari pandangan.
"Jangan ngada-ngada deh lo, masa baru pertama ketemu udah suka?" celetuk Amel sambil menyeruput minumannya.
"Ganteng banget ya, Ren! Mana baik lagi," ujar Kaila. Tak henti-hentinya dia memancarkan senyuman selebar mukanya sambil menangkupkan kedua tangannya ke pipinya.
"Oke lo kaya gitu?" cibir Amel sambil menghabiskan sisa minumannya. Berlatih pelafalan membuat tenggorokannya terasa sangat kering.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
H E L L O
Teen FictionKata orang, jatuh cinta akan membuatmu bahagia. Tapi tidak dengan apa yang dirasakan Amel. Anak yang baru masuk SMA itu tanpa sengaja harus berurusan dengan kakak kelas yang digandrungi hampir semua murid perempuan di sekolahnya. Siapa lagi kalo buk...