.
.
.
.
.Semburat jingga Kota Jakarta selalu saja menawan bagi Amel. Sore itu, dirinya dan Kaila, sahabatnya, berjalan menyusuri Jalanan Sudirman untuk menikmati keramaian kota, hal paling mengasyikkan bagi Amel.
Rambut digerai, kaos pendek, dan celana training adalah outfit terbaik. Sesekali dirinya akan mampir ke Gelora Bung Karno untuk sekadar berlari kecil, tapi tidak untuk sore itu.
"Ren!" panggil Kaila.
Oh iya, Kaila adalah sahabat Amel dari kecil. Dari sekian banyak orang, hanya Kaila yang memanggil dirinya dengan Rena. Untuk saat ini tentu saja.
"Renata!" Teriak Kaila tiba-tiba karena Amel tidak merespon panggilannya.
Amel masih saya tidak bergeming. Langkah kakinya tidak berhenti berjalan sampai tiba-tiba dirinya merasa ada sebuah dorongan dari belakang yang mengakibatkan tubuhnya oleng dan jatuh tersungkur.
"Aw!" rintih Amel bersamaan dengan kakinya yang menyentuh trotoar.
"Hai," ucap seorang pemuda sambil merendhkan tubuhnya agar sejajar dengan Amel.
Amel hanya terdiam dan menatap sinis sambil memungut airpodsnya yang terlepas dari telinganya.
"Ren! lo ngga papa?" Kaila berusaha membantu temannya untuk bangkit.
"Aduh sorry sorry!" Pemuda tersebut menggelengkan kepalanya setelah sadar bahwa ucapannya salah. Mana ada orang yang tidak sengaja menabrak orang lain yang tidak ia kenal malah berucap "Hai"?
"Lo ngga papa?" lanjutnya berusaha untuk mencairkan suasana.
Amel berdecih sambil membersihkan kotoran di telapak tangannya, "Lo minus?"
"Ha?" Pemuda tersebut tidak menangkap arah pembicaraan Amel.
"Kalo minus pake kaca mata lo, biar ngga asal nabrak orang lagi jalan!" Amel berusaha bangkit dan membersihkan celananya.
"Oh engga, gue ngga minus," ucap pemuda itu sambil tersenyum kikuk di depan Amel.
"Yaah celana gue," ratap Amel ya mengetahui celananya trainingnya bolong di bagian lutut.
"Eh gue ganti deh," ucap pemuda itu dengan nada menyesal. "Boleh minta nomor lo ngga? Atau Ig? Atau Twitter? Atau apapun deh."
Amel lagi-lagi berdecih kesal. Masalahnya training yang dia pakai hari ini adalah training pemberian dari Mamanya ketika dirinya berulang tahun ke 15 tahun ini. Ditatapnya pemuda tersebut dengan sinis dan kemudian Amel berlalu bersama Kaila yang sedari tadi hanya diam saja memperhatikan keduanya.
Satu hal yang Kaila tahu, ketika barang kesayangan Amel rusak akibat orang lain, dirinya akan berubah 180 derajat dari si Manis Amel, menjadi si Manis Jembatan Ancol.
"Eh, gue ...."
Belum selesai pemuda tersebut berucap, Kaila berbalik untuk memberi isyarat kepadanga. Jika diartikan mungkin mending lo diem aja, atau lo bakal abis sama dia.
Pemuda itu masih belum mengalihkan pandangannya dari gadis berambut panjang tersebut.
"Van, ngapain lo diem di sini? Ayo buru! Udah ditunggu anak-anak di GBK."
Seseorang menepuk bahu pemuda yang masih diam memperhatikan kepergian Amel, membuat dirinya tersadar dari lamunannya.
"Ah iya, ayok!"
Tanpa sadar pemuda bernama Evan tiba-tiba tersenyum ketika mengingat ekspresi wajah gadis yang dia tabrak barusan.
"Kenapa lo?" tanya Dirga, "Rabies?"
"Etdah mulut lo ngga dijaga kalo ngomong!" kesal Evan, "Ngga papa! Ayo buruan ntar diomelin ketua baru tau rasa lo!"
***
"Serius lo ngga papa?" tanya Kaila sambil memperhatikan lutut Amel yang sedikit berdarah.
"Yaelah gini doang, santai."
Mulut berucap A, tapi terdengar jelas dari nada bicaranya, Amel masih sangat kesal karena training kesayangannya menjadi korban.
"Yaudah ayo guwe traktir KFC, mumpung kita lewat Fx nih." Kaila menarik tangan Amel dan mengajaknya untuk berbelok ke sebuah Mall.
Belum sempat Amel menjawab, badannya sudah tertarik menaiki sebuah tangga kecil yang merupakan akses untuk pejalan kaki.
"Ren, lo seriusan mau lanjut ke SMA Garuda?" tanya Kaila tiba-tiba ketika mereka sedang mengantri untuk memesan ayam dan cola.
Amel hanya mengangguk dan mengabaikan pertanyaan berikutnya dari temannya itu karena dirinya masih fokus untuk mendengarkan setiap bait lagu melalui airpods di telinga kirinya.
"Ujian bentar lagi, Ren!" Kaila terus saja berucap, "dan lo masih belum yakin mau masuk SMA mana?"
Amel menoleh ke arah temannya tersebut. Ia menarik nafas dalam untuk mengontrol emosinya, "Kaila sayang, gue udah bilang gue mau masuk SMA Garuda, jadi mending lo juga mulai belajar deh dari sekarang dari pada nanti lo nyesel lagi kaya waktu masuk SMP gimana?"
"Gue mau ke SMA Garuda juga anjir masalahnya!" ucap Kaila tiba-tiba.
"Ya terus kenapa?"
"Ya kita bisa satu sekolahan lagi dong?" ucap Kaila dramatis, membuat kedua bola matamya sedikit lagi keluar.
Amel hanya memutar bola matanya, tidak menghiraukan ocehan Kaila yang mulai membicarakan tentang Drama Korea yang baru saja ia tamatkan.
"Lo harus liat sih, Ren, kata gue mah! Dijamin suka," ucap Kaila sembari mengejar Amel yang berjalan lebih cepat, "Masalahnya si tokoh utama ni bego parah kalo kata gue. Masa ya dia tu bisa gelut lhoo, tapi tiap dipukulin dia malah diem aja." Kaila membenarkan nafasnya.
"Terus nih ya di kan ada temen tapi musuhan gitu, eh temennya itu malah nongol di sekolahan dia jadi murid pindahan, yah mati kutu deh tu orang!"
Kaila terus asyik dengan ocehannya sedangkan Amel masih terdiam menikmati tiap alunan nada yang sedang beralun indah menyapa telinganya sambil mengelupas daging ayam dan memberinya sedikit saos sebelum akhirnya masuk ke mulutnya.
Gadis dengan turunan Indonesia-Korea ini memang suka sekali bernyanyi sejak dirinya masih kecil. Tidak diragukan lagi, pasalnya tiap ada acara sekolah, Amel tidak pernah absen untuk sekadar membawakan satu atau dua lagu.
"Besok lo mau bawain lagu apa lagi?"
"Besok konsepnya cerah ceria semangata gitu sih, gue belum fix mau bawain yang mana, antara Melukis Senjanya Budi Doremi atau Try Everythingnya Shakira," jawab Amel sambil menarik nafas panjang.
"Gue takut banget dah, Ki. Ini pertama kalinya gue bawain lagu di acara semacam itu. Mana gladinya sekali doang, besok sore."
"Gue ikut ya? Kali aja lo kikuk sama lingkungan baru," tawar Kiara.
Amel hanya tertawa kecil, "Tau aja lo!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
H E L L O
Teen FictionKata orang, jatuh cinta akan membuatmu bahagia. Tapi tidak dengan apa yang dirasakan Amel. Anak yang baru masuk SMA itu tanpa sengaja harus berurusan dengan kakak kelas yang digandrungi hampir semua murid perempuan di sekolahnya. Siapa lagi kalo buk...