(sequel) - 07. happier (from irene, to seulgi).

1K 194 20
                                    

a story written by idewsmile

i'm deeply sorry for late update, guys
something happen with me and i need a time to heal my self, to deal with my self.

well, happy reading.
please leave some comment, okay?




.

.

.



“Dia bilang ke kafetaria sebentar, tapi kenapa lama sekali,” ujar Jennie yang sedang membereskan sebagian barang-barang Nayeon, memasukkan jaket serta beberapa baju milik Nayeon ke dalam tas besar.

“Mungkin kafetaria sedang ramai?” sela Nayeon sembari memainkan ponsel, ia mendongak sekilas ke arah Jennie. “Atau mungkin pacarnya datang kemari? Siapa namanya? Wendy?”

Jennie mengangguk. “Son Wendy.”

“Tahu tidak, rasanya sangat aneh saat melihat Irene bersama pacarnya itu. Atau hanya perasaanku saja?” kata Nayeon.

“Dari dulu memang keduanya sama-sama aneh.” ucap Jennie sangat pelan, namun masih bisa di dengar oleh Nayeon.

“Aku tidak suka pacar Irene yang sekarang. Aku bahkan baru tahu, selera Irene sekarang adalah seseorang dengan keturunan Korea-Amerika seperti Son Wendy itu,”

Jennie terkekeh, “Dia bukan keturunan Korea Amerika, Wendy menetap di New York semenjak SMA, dia berasal dari Seoul sama seperti Irene.”

“Tetap saja aku tidak menyukainya. Dari penampilannya saja, dia tidak terlihat seperti orang korea pada umumnya.” kata Nayeon. “Aku lebih suka pacar Irene yang sebelumnya, bukankah dia seorang dokter? Kau mengenalnya?”

Jennie sempat terdiam sesaat mendengar pertanyaan Nayeon, namun sebisa mungkin Jennie berusaha terlihat biasa saja saat menjawab pertanyaan itu.

“Ya, tentu aku mengenalnya.”

.

.

.







Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



ANSWER : HER

“Matcha Latte?” ujar kasir kebingungan, menatap Jisoo dan juga Irene yang mengucapkan pesanan itu bersamaan.

Baik Irene maupun Jisoo terlihat canggung satu sama lain, entah suasana seperti apa yang sekarang sedang terjadi.

“Dua matcha latte, please?” kata Jisoo, tersenyum sembari mengulang pesanannya, “Dia temanku.” ujarnya menoleh ke arah Irene sekilas.

“A-annieyo—” sahut Irene menggelengkan kepalanya cepat, “Maaf tapi tidak usah,” kata Irene pada Jisoo dengan sedikit canggung.

Jisoo tersenyum, “Gwaenchana.”

answer (her)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang