a story written by idewsmile
*harap scroll dan baca sampai bawah, ada banyak kejutan foto dari author spesial untuk semua readers.
.
.
.
“Wendy menitipkan ini semalam,”
“Wendy?”
.
.
.
Untuk Irene,
Sebelumnya aku ingin meminta maaf atas apa yang aku lakukan dengan membohongimu dan mempertemukanmu dengan Kang Seulgi tanpa persetujuanmu. Aku benar-benar meminta maaf dengan sangat tulus atas kesalahanku itu.
Maafkan aku, Irene.
Saat kau membaca surat ini, aku sudah meninggalkan Paris dan kembali ke Seoul. Aku membeli tiket lebih awal tanpa memberitahumu. Aku belum memiliki keberanian untuk berbicara denganmu secara langsung, jadi sebelum berangkat ke bandara aku menitipkan surat ini pada temanmu.
Irene, aku sangat bahagia atas hari-hari yang sudah kita lalui selama beberapa tahun ini meskipun samar aku tidak bisa mengingat jelas kenangan kita semasa bersama saat di masa sekolah dulu. Namun aku sangat bersyukur karena telah menjadi bagian dari hidupmu. Aku tidak pandai mengungkapkan perasaanku, karena itu aku sering bertanya padamu bagaimana diriku yang dulu? Apakah aku memperlakukanmu dengan baik dulu? Orang seperti apa aku, dulu? Bagaimana sifatku di masa dulu? Dan kau selalu mengatakan bahwa aku selalu memperlakukanmu dengan sangat baik.
Aku selalu berusaha untuk bisa kembali menjadi diriku yang dulu setiap kali bersama denganmu. Selama berada di Chicago dulu, aku sering berpikir tentang keinginanku untuk bersama denganmu seperti apa yang pernah kita lalui dulu. Tapi sepertinya tidak mudah karena setiap kali aku melihat sorot matamu, aku bisa melihat ada kesedihan disana, seolah kau selalu berusaha menutupi itu dariku. Aku tahu, kau masih memikirkannya, kau masih merindukannya, bahkan aku seringkali melihatmu menangisinya. Karena itu, aku mempertemukanmu lagi dengannya berharap apa yang aku lakukan dapat menyudahi kesedihan yang aku lihat di matamu.
Irene, aku akan menunggu sampai kau kembali ke Seoul dan bertemu lagi denganku. Aku akan menunggu sampai hari itu tiba. Jadi jaga dirimu dengan baik selama aku tidak berada di sisimu.
Aku payah dalam mengatakan ini, tapi kau harus tahu bahwa aku mencintaimu, selalu.— Wendy.
.
.