Intro: Accident.

7.8K 578 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Seoul, 25 Maret 2014

Suara ambulance yang memekakkan telinga menyatu dengan suara hujan pias yang membuat jalanan licin serta basah oleh genangan air. Mobil ambulance itu berdesing cepat, melewati belokan tajam dengan brutal sementara petugas didalamnya mengumpat kesal sambil terus mempertahankan Ambu Bag tetap tersambung baik pada sesosok pemuda berambut coklat terang; wajahnya berlumuran darah dengan luka memar ditulang air matanya yang mencuat menyedihkan. Ia tidak menginginkan hal buruk terjadi, karena kondisi si pasien sudah lebih dari kata buruk.

Tidak mau membuang waktu, si supir menginjak gas lebih dalam dan membuat suara sirenenya berbaur menjadi satu dengan gemeletuk hujan lebat yang turun di perempat malam yang sepi. Ia menginjak rem saat sampai pada pelataran rumah sakit luas yang di nauingi oleh tembok-tembok kuat bercat putih sembari melirik petugas yang mendorong tempat tidur beroda keluar dari dalam mobil Ambulance yang masih berbunyi membangunkan seisi kota.

Dari balik pintu Instalasi Gawat Dararut yang tebal dan kaya oleh aroma antiseptik, terlihat pemuda berusia awal tiga puluh tahun dengan kacamata bundar dan raut wajah khawatir, juga ketakutan. Stetoskop yang tergantung dilehernya terguncang dan kacamatanya melorot begitu ia sampai di tepi tempat tidur beroda.

"Bagaimana keadaannya?" Tanyanya kacau sembari mengecek denyut nadi si pasien.

"Dia mengalami henti jantung dan nafas saat di perjalanan," jawab petugas itu dengan kalut, "Kami melakukan CPR dan-"

"Kapan?" Ia menatap nanar kearah si petugas.

"Sepuluh atau lima belas menit yang lalu uisa-nim," ujarnya dan tangannya masih menggenggam erat Ambu Bag yang menutupi mulut dan hidung si pasien

"Sial," dokter itu mengumpat "Tunggu apalagi, sialan!" jeritnya kalut "Cepat bawa dia ke dalam-" ia memperhatikan pengembangan dada si pasien yang melemah, ia berlari; rambutnya semakin acak-acakan dengan peluh meneleh di keningnya.

Suster dan dan para asisten dokter itu dengan segera membawa si pasien kadalam Unit Gawat Darurat, melakukan kompresi dada sebanyak 100 kali dalam satu menit hingga akhirnya deru nafas tipis terdengar kaku diruangan penuh teriakan dan mesin-mesin berbunyi nyaring. Memindahkan tubuh kurus si pasien pada tempat tidur besar di ruangan Gawat Darurat dengan cepat lalu menghubungungkan infusan di punggung tangannya

"Bawa dia ke ruang operasi, cepat!" Teriak dokter itu dan segera mengganti bajunya.

"Bertahanlah, aku mohon bertahanlah," bisiknya pada sosok pasien yang membuka matanya lambat lalu mengernyit sakit ketika dentaman kuat nan menyakitkan memenuhi kepalanya.

Roda itu bergelincir cepat, memasuki lift dan melalui lorong panjang yang terang benderang menyilaukan mata.

"Joohyun.." pasien itu berbisik pelan di antara Ambu Bag yang menutupi mulut dan hidungnya, air mata mengalir disudut matanya yang lelah dan bengkak "Bae Joohyun," suaranya semakin terdengar lemah, sangat lemah "Joohyun-" ulangnya lalu memejamkan mata, membuat dokter itu terkejut dan mempercepat langkah kakinya.

Mereka memasuki ruang operasi, menyalakan lampu besar hingga sosok si pasien yang bertubuh kurus dan terdapat pecahan kaca menancap mengerikan di sekitar tubuhnya terlihat semakin nyata, dokter itu meneriakkan beberapa perintah; Instrument Table yang penuh oleh peralatan operasi, salah satu dokter khusus memberikan si pasien Anaestesi Umum yang disuntikkan melalui infusan sambil menghubungkan organ si pasien dengan Bed Side Monitor yang berkedip nyaring saat ditekan tombol ON; seluruh detak jantung, respirasi, tekanan darah juga tekanan oksigen berlomba memberikan pemberitahuan sementara si dokter memakai masker di sekitar mulut dan hidungnya.

"Bertahanlah!!! Ku mohon,"

.

.

.

TO BE CONTINUED

answer (her)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang