Setelah dari kedai itu, kami berjalan kaki memasuki jalan melewati pasar untuk pulang.
"Cuaca yang bagus, ya!" ujar Asahi yang terus berbicara disepanjang jalan kami sejauh ini,
"Ahh, apa aku akan mati dalam cuaca yang sebagus ini nanti?" gumamnya yang tentu saja bisa aku dengar,
"Masih membahas itu?" sindirku padanya, lagi. Dia tak berhenti mengungkit kematian, sedari tadi.
"Tidak tuh" jawab Asahi yang kemudian berjalan mendahuluiku didepan sana,
Lalu tiba-tiba terdengar keributan terjadi dipasar itu ditengah perjalanan kami, ternyata didepan sana ada remaja bersepeda yang menabrak seorang nenek.
Tapi bukannya meminta maaf, anak itu dengan kurang ajarnya malah meminta bayaran dari si nenek atas pakaiannya yang kotor dan membentak siapapun yang membela nenek itu.
Aku terlalu malas untuk mencari ribut, jadi ku ajak Asahi untuk mengambil jalan memutar, tapi siapa sangka? sebelum bisa kuraih tangannya untuk kuajak pergi, anak itu malah lebih dulu mendatangi keributan itu,
Asahi ini benar-benar...
"Hey! Bukankah kau yang salah disini?" teriaknya pada remaja itu dengan marah,
"Nenek baik-baik saja kan?"
Asahi terlihat berjongkok untuk mengecek nenek itu, dan kembali mendongak setelahnya, melirik lagi si pemuda bongsor yang lebih tinggi darinya itu dengan tajam,
"Kau dengar? bukannya kau yang salah?!" teriaknya lebih keras,
"Apa sih?" kata si pemuda, Asahi bangun dari posisi jongkoknya lalu menatap nyalang pada pemuda itu,
"Dilarang mengendarai sepeda dijalan ini! Lihat tandanya tidak?! Apa matamu itu buta?!" teriak Asahi didepan wajah pemuda itu sambil menunjuk tanda dilarang bersepeda didekatku tanpa menoleh sedikitpun,
Ini memang jalan dilarang pesepeda. Jelas pemuda itu yang salah.
"Cepat minta maaf!" bentak Asahi lagi.
Lalu si pemuda itu malah menarik kerah kemeja seragam Asahi keras,
"Apa sebenarnya maumu, anak sialan! Apa kau mau disakiti?" teriak pemuda itu, membuatku geram.
Aku sudah siap berlari dan melayangkan tinju pada wajah bocah brengsek itu kalau saja tidak melihat pada pedagang saling berbisik dan mengutus orang untuk memanggil petugas keamanan,
"Apa? kekerasan didepan umum? kalau dimeja hijau, kalian akan lebih terlihat salah lagi, tau!" teriak Asahi lagi,
Hah, anak ini... kamu tidak akan menang melawan berandalan hanya dengan bicara tentang meja hijau, Asahi.
"Kalian! Hentikan!" beberapa saat, terlihatlah petugas keamanan datang dengan berlari.
Asahi terlihat menyeringai lalu kembali menghadap kearah si pemuda tadi, mundur beberapa langkah, seakan bersiap untuk melakukan sesuatu,
Bukan hanya aku tapi seisi pasar yang daritadi menonton pun dibuat bingung karnanya,
"Ini untuk nenek!" katanya menggesekkan sepatunya ke aspal lalu memasang kuda-kuda dan menendang dengan keras kemaluan si pemuda, selanjutnya menjulurkan lidah kearahnya, mengejek.
Ah... itu pasti sakit sekali. Semoga pengobatan bisa memperbaiki masa depanmu, anak muda.
Lalu terdengarlah tawa dari orang yang mengerubungi Asahi dan si pemuda. Semuanya bersorak untuk Asahi atas keberaniannya,
Bagiku lebih seperti membuat onar saja walau tadi memang sedikit keren.
"Dadah nenek!" pamitnya lalu berlari setelah melihat pemuda tadi dan temannya diringkus petugas,
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙞 𝙬𝙖𝙣𝙩 𝙩𝙤 𝙚𝙖𝙩 𝙮𝙤𝙪𝙧 𝙥𝙖𝙣𝙘𝙧𝙚𝙖𝙨 | 𝙃𝙖𝙢𝙖𝙙𝙖 𝘼𝙨𝙖𝙝𝙞
Romance[COMPLETED] a remake from the most popular anime with the same tittle, but this is boys love version, don't read if u r uncomfortable bcs this is not a homophobic areas. note : ☞ boyxboy stories ☞ bahasa baku ☞ rated T (?) ☞ i do my best, so yea.. r...