Bagian 6 𝐵𝑒𝑟𝑙𝑖𝑏𝑢𝑟

207 40 10
                                    

"Hei, Asahi! Bagaimana kalau karaoke?"

Kudengar Asahi yang tengah membersihkan papan tulis, menerima dengan riang ajakan teman-temannya itu.

Dia benar-benar ingin menikmati sisa hidupnya, kurasa.

Aku yang sedang membersihkan jendela kelas melirik kearahnya, sedikit terlintas dalam pikiranku tentang ucapannya kemarin sore di pantai.

"Permen karet?" interupsi seseorang, membuat lamunanku tentang Asahi kembali buyar,

Ah, itu Jihoon lagi.

Dia ini, apa sebegitu sukanya dengan permen karet, ya?

Aku melirik kearahnya, "Tidak usah" jawabku kembali pada kegiatan awalku, membersihkan kaca jendela yang sedikit berdebu itu,

"Apa kamu pacaran sama Hamada?" tanyanya, lagi-lagi to the point,

"Tidak" jawabku singkat, sambil terus menyapukan lap ditanganku untuk membersihkan debu halus yang menempel dikaca itu,

Kenapa pula dia selalu menanyai tentangku dengan Asahi,

"Tapi akhir-akhir ini kalian sangat dekat, apa ada sesuatu?" tanyanya lagi, menduduki bangku yang belum dia naikkan keatas meja itu, menatap kearahku,

Aku terdiam lalu ikut-ikutan menatap kearahnya, kenapa dia begitu penasaran? apa dia menyukai Asahi?

Lalu tiba-tiba air muka Jihoon berubah,

"Jangan bilang kau berpikir kalau aku bertanya itu karna aku menyukai Hamada!" ucapnya panik,

Ah, sepertinya pemikiranku terbaca olehnyaz

"Aku tidak, kok. Aku lebih menyukai pemuda yang tenang-"

"Kenapa santai-santai?" suara Mashiho menginterupsi, memotong pembicaraan Jihoon,

Ditambah pekikan sakit dari Jihoon karena bokongnya ditendang oleh kaki pendek itu, kakinya Mashiho.

Lelaki sadis itu terlihat menjinjing plastik sampah. Kami memang sedang melaksanakan piket kelas saat ini, makanya semua orang tambah sibuk bersih-bersih,

"Aku tidak santai-santai kok, A-aku cuma memberinya permen karet" sanggah Jihoon masih memegangi bokongnya.

Ya, kutebak itu pasti sangat sakit dari suara yang dihasilkannya tadi.

Mashiho berkacak pinggang, "Ternyata beneran santai-santai" lalu dia menyodorkan plastik sampah tersebut kedepan wajah Jihoon,

"Apa kamu bisa membuang sampah?" tanya Mashiho, lebih ke perintah menurutku.

"Ya, serahkan padaku," ujar Jihoon mengambil plastik sampah ditangan Mashiho itu lalu pergi sambil kudengar dia menggumam kesakitan, tentu saja masih dapat aku dan Mashiho dengar.

"Aku tidak menendang sekuat itu kok!" pekik Mashiho melihat tingkah berlebihan Jihoon.

Lalu dia mulai menatap kearahku dengan tajam, lagi dan lagi. Salahku padanya ini apa sih sebenarnya?

"Kamu juga harus bersih-bersih" suruhnya tajam, setelah itu pergi dari hadapanku,

Ketika aku akan melanjutkan pekerjaanku, Asahi terlihat memberi gestur, seakan mengatakan, 'Kalau didepan Mashiho, kamu harus senyum agar kalian bisa berteman' kurang lebih seperti itu, diakhiri dengan dia yang mengangkat jempolnya sambil tersenyum.

Aku menghela napasku lelah.

๑✿✧✿✧✿✧✿๑

Saat itu malam hari dan aku sedang membaca novel diatas ranjang ketika sebuah pesan masuk ke handphoneku.

𝙞 𝙬𝙖𝙣𝙩 𝙩𝙤 𝙚𝙖𝙩 𝙮𝙤𝙪𝙧 𝙥𝙖𝙣𝙘𝙧𝙚𝙖𝙨 | 𝙃𝙖𝙢𝙖𝙙𝙖 𝘼𝙨𝙖𝙝𝙞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang