i'm done

1.1K 12 0
                                    

Suhu ruang terasa lebih dingin dari biasanya, tangan semakin ku kepal erat seiring udara mencekam. Ragu terus menghantui tapi tekad ku sudah bulat, aku tak boleh lupa akan resiko yang ku terima jika masih disini.
Pertanyaan di kepala ku cuma satu "seberat apakah nanti?"

Meninggalkan zona nyaman ternyata sesulit ini. Selesai orang-orang ini bicara, dihadapan atasan langsung aku buka suara,

"Tutup buku bulan ini, saya akan mengundurkan diri Buk!"

BOOMM !!

Aku sudah menduga bahwa hal ini pasti mengejutkan banyak pihak. Tapi lebih dari siapapun aku sudah menyiapkan diri atas segala konsekuensi. Bagiku menyesal bukanlah hal yang buruk jika dibandingkan dengan tetap diam tanpa melakukan apapun.

Mereka pasti menerka-nerka alasan dibalik kepergianku yang tiba-tiba. Aku sendiri sejujurnya penasaran, ada apa dengan aku? Aku yang menjadi berani karena menghentikan sebuah kesalahan? Atau sebenarnya, aku yang menjadi pengecut karena menghindari perasaan?

Singkatnya adalah AKU MENCINTAI LAKI-LAKI YANG HENDAK MENIKAH.

Jujur saja aku tidak tahu sesuatu yang seperti apa yang harus aku pertahankan. Kadang aku hanya ingin mencintai tanpa dipintai syarat, tapi mencintai seperti itu 0,1% bunganya adalah tak boleh protes.

Aku tersenyum simpul mengakhiri hari yang berat ini.

Setibanya dirumah, nafsu bicara ku hilang. Bibirku terus membisu tetapi fikiran ku runyam, mencoba memahami keadaan asing ini. Memikirkan pekerjaan serta memikirkan mu yang sebentar lagi ku tinggalkan. Rasanya kepalaku mau pecah!

Aku benar-benar gambang. Aku takut kondisimu tak baik ketika ku tinggalkan, tetapi keputusanmu sendirilah yang sudah mengusirku dari sini.

Membicarakan tentangmu, rasanya semua teka-teki ini hanya bisa terpecahkan oleh jawabanmu, tapi aku tak mau terlihat seolah-olah aku mencintaimu, menahanmu, penasaran akan hidupmu, perlu akan hadirmu. Itu sebabnya aku bungkam, agar kamu yang mencari tahu tentang aku, semoga.

"Apakah benar aku mencintaimu, lantas kenapa aku tak pernah sedikitpun mencari tahu tentang mu?
Kenapa aku terlihat tak perduli tentang latar belakangmu?"

Aku ingin sekali kamu bingung dengan sikap ku!

*Tring*

Sebuah pesan singkat singgah di ponsel ku.

"ik, nanti setelah magrib aku pergi kerumahnya" - Bima

Harus berapa kali lagi hatiku terhenyuk karena kalimat seperti ini Bim? Aku bukan selingkuhanmu. Tapi kenapa kamu memperlakukanku layaknya demikian?

"Lama ga?" - Aku

Tidak ada balasan. Aku memutuskan langsung menelponnya

"Ada apa?" Tanyanya diseberang sana.

"Lama ga?"

"Lama"

"Kenapa?"

"Ada urusan"

Again? Hahahahahhahaha ! Langsung aku marah. Aku tau tidak wajar memang aku marah tapi entahlah rasa kesal itu mengalir begitu saja.

Dia tidak menghubungiku lagi, yah dia tau aku sedang marah sekarang. Selalu seperti itu, meremehkan kemarahanku karena dia tahu aku pasti memaafkannya.

Aku hanya menunggu tidak tau untuk apa, sesaat setelahnya hujan mengguyur kota seakan tau apa yang ku rasa.

-

Pagi telah datang, mataku masih sembab bukan karena menangisi kecemburuan tetapi bekas menangisi kebodohanku sendiri.

Maaf aku jahat,

Kamu tau apa yang membuat aku marah? Bukan kesibukanmu, tetapi keadaan. Aku marah kenapa di akhir cerita kita yang sudah ku susun dengan baik perpisahannya, kita justru punya waktu yang singkat.

Aku marah karena sudah dituntut rindu sebelum waktunya, sama sekali tak pernah terbesit dipikiranku untuk merebutmu dari wanita yang mencintaimu. Karena logika ku slalu mengatakan "bahwa aku tidak harus mengambil ikan milik nelayan lain, hanya karena jenisnya adalah favorite ku".

Aku cuma ingin memberikan hatiku pada orang yang memang aku sukai, aku cintai. Selebihnya? Terserah keputusanmu.

-

Hari terus berlalu dan aku semakin lelah menghindarimu. Ragu dan terus ragu, aku pasti sudah kehilangan akal karena terlalu keras memikirkanmu.

Cemohan sana-sini terus terdengar, dan aku masih belum mendengar pembelaan mu. Aku tau posisi ku salah disini makanya mereka memakiku

Tetapi kamu yang paling tau. Aku tidak pernah melarang mu bertemu dengannya, aku tidak pernah memintamu menjauhinya, aku juga tidak pernah menghalangi niat baikmu terhadapnya. Tolong beritahu itu pada mereka Bim!

Aku hanya terlanjur mencinta dan kemudian harus pergi. Harapan ku hanya satu, kita berpisah baik, kita menciptakan perpisahan yang baik.

Bahkan saat kamu tak bisa mewujudkan impian ku, kamu tak bisa membela ku, aku juga tak memakimu kann?? Iya kan Bim?

Cuaca di hati ku ikut naik turun, misal ketika amarahku memuncak aku memilih melakukan hal yang tidak kamu suka, dan saat rasa cintaku yang memuncak aku memilih melakukan hal yang kamu suka, hal yang kamu butuhkan ketika aku sudah tak ada.

Sejujurnya aku ingin kamu bahagia, tapi aku juga ingin kamu bahagianya karena bersama ku. Tapi sepertinya semesta punya cara lain untuk kita berdua yaa cara itu adalah dengan memberi kita jalan yang bersimpangan.

Bolehkah aku bertanya? Andai kata ada cara lain, apakah kamu mau mempertimbangkan keberadaanku?

"Haha berfikir apa kamu ini!? Tidak mungkin ada hal semacam itu, yang ada itu hanya harapan mu saja iik. SADAR!"

Katakan! Apa ada hal lain yang bisa ku lakukan selain pasrah? Aku benar-benar tidak tahan, rasanya aku ingin sekali berlari kencang menuju ke arahmu, memeluk tubuhmu, meluapkan segala rasa tertahan yang hampir membuatku gila.

Aku lelah Bim! Aku tak bisa apa-apa diruang yang menjebakku disini. Tolong selamatkan aku:)

-

End

Senin, 27 Desember 2021

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang