Sorry Friend

4.5K 39 22
                                    

"Kenalin Zaf, ini sahabat aku Lea" kata Sasa.

"Oh yang sering kamu ceritain itu ya?" Tangan Zafran terulur bermaksud berkenalan.

"Zafran" sebutnya, aku tersenyum saja menyahutinya.

Aku menyukai senyumnya sejak pertama kali, perkenalan ini bukanlah pertemuan pertama kami. Aku pernah melihatnya di acara pesta pernikahan putra dari rekan kerja ayah ku.

Aku ingat sekali bagaimana caranya tersenyum hangat menyambut setiap tamu yang menghampirinya. Kala itu aku sedang berdiri di samping ayah ku yang sedang bercanda gurau dengan temannya, sang ayah mempelai.

Dia masih sama. Selalu tampan, gagah dan ramah. Jas kerjanya itu seolah tak dapat lepas dari genggaman meskipun ini sudah bukan jam kantor lagi.

---

Makan malam telah kami bertiga selesaikan. Senyum ramah terus ku tebar meski kenyataan pahit sudah daritadi menusuk-nusuk.

Kalian tahu alasan makan malam ini apa? Sasa sahabat ku ini, berjanji akan memperkenalkan aku dengan lelaki yang berhasil menarik hatinya.

Dan yah.. satu-satunya lelaki pujaan Sasa yang diperkenalkan pada ku malam ini ya hanya Zafran, yang ternyata pujaan hati ku juga.

Jujur saja, aku menyesal penasaran. Aku memang senang bisa tahu nama lelaki yang ku kagumi, tapi bukan seperti ini caranya.

Kini langkah kami menuju keluar, bersiap-siap pulang ke rumah masing-masing.

Sial! Aku lupa, aku kan tidak bawa mobil sendiri hari ini. Menelpon sopir pasti kelamaan, mengingat alamat rumah ku jauh dari daerah sini.

"Lea"

"Hmm?" Kata ku tertegun dan langsung menatap Sasa.

"Kamu ga bawa mobil?"

Aku tersenyum masam sambil geleng-geleng. Sasa meraup lengan baju Zafran sampai tubuh Zafran tertarik kemari.

"Kamu anterin Lea ya" pinta Sasa yang diangguki ringan oleh Zafran.

Ah Sasa kamu beruntung punya pacar seperti Zafran yang tak menolak kehendak mu. Batin ku semakin kagum dibuatnya.

Sebelum aku dan Zafran masuk ke mobil, kami berdua berdiri di area parkir ini untuk melihat Sasa yang pulang dengan mobilnya sendiri.

Rumah ku dan Sasa berbeda arah, dan jaraknya juga sangat jauh. Itulah mengapa Sasa tak berani mengantar ku pulang dengan mobilnya, apalagi sudah larut malam seperti ini.

Ku lirik Zafran sedang melambai kecil ke mobil Sasa. Lalu dia meminta aku untuk segera masuk ke dalam mobil.

Selama diperjalanan baik aku maupun dia, kami sama-sama terdiam. Berdebar hati ku diposisi sedekat ini, aku ingin mengenalnya lebih jauh tapi Lea sahabat ku?

"Zaf" panggil ku takut-takut.

"Hmm?" Dia masih fokus pada jalanan.

Ternyata aku benar-benar tak ada artinya untuk seorang Zafran. Hati ku sedikit sakit menyadari dirinya yang memang tak mungkin tertarik pada ku.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang