●●●●
Dengan menarik kopernya luna menelusuri gelapnya malam hari.
Luna melihat isi dompetnya hanya beberapa lembar saja. Sedangkan semua kartu kredit ia tinggal begitu saja dikamarnya karna kesal.Luna mencoba mencari nama teman yang ia bisa mintai tolong, tapi baru beberapa detik ia teringat jika ia tak punya banyak teman.
Luna menghela nafas
"Apa aku kembali pulang saja" gumam luna lesu.
"Nona!!, apa yang nona lakukan disini?" Tanya seorang wanita tiba2
Luna mengalihkan pandangannya kearah sumber suara.
"Oh .. kenapa kau ada disini juga?" Tanya luna heran.
"Rumah saya disekitar sini, tapi kenapa nona ada disini malam2?" Tanya rena sambil melirik koper besar di samping luna.
"Ah... itu.." ucap luna tak tau harus bilang apa pada rena.
"Sepertinya sebentar lagi hujan, apa nona mau ke tempat saya malam ini?" Tawar rena membuat luna tersenyum cerah.
"Sepertinya dia malaikat yang dikirimkan tuhan untuk membantuku" batin luna
"Baiklah" jawab luna senang. Setidaknya ia tidak tidur di jalan malam ini.
***
Luna tiba di depan rumah rena. Rumah yang sangat sederhana dan jauh dari kata layak.
Di sudut rumah juga ada banyak botol bekas minuman keras. Ingin sekali luna bertanya tapi ia sadar untuk tidak melewati batas.
"Kau tinggal sendiri!" Tanya luna sambil menarik kopernya masuk ke rumah.
"Iya. Maaf nona, rumah saya tidak sebagus di bayangan nona"
"Memang apa yang aku bayangkan? Kau tak perlu seperti itu. Dulu aku juga pernah tinggal di tempat seperti ini. Jadi aku sudah biasa" jawab luna
Tiba2 hujan turun dengan derasnya.
"Sepertinya hujannya akan lama, apa perlu saya panggilkan tuan sam?" Tawar rena.
"Jangan!! Apapun yang terjadi jangan sampai sam tau aku ada disini" mohon luna pada rena. Luna tak mau pamanya berbuat yang tidak2 pada sam dan orang2 terdekatnya.
"Baiklah nona, ah.. dan juga rumah ini akan sering kosong. Jadi nona bisa sesuka hati tinggal disini" ucap rena yang lagi2 membuat luna senang.
"Lalu kau bagaimana?" Tanya luna
"Tuan sam menyuruh saya untuk tinggal di rumahnya karena saya harus bekerja disana"
"Sam, kau benar2 sesuatu" batin luna karena tau modus sam pada rena.
"Kalau begitu, nona istirahat saja. Saya akan menyiapkan makanan untuk nona"
Rena pergi meninggalkan luna sendiri.
"Kau beruntung sam" gumam luna melihat kepergian rena.
***
Di rumah bram melihat kearah luar jendela.
Diluar hujan sangat deras disertai petir yang menyambar
Ia diantara marah dan khawatir karena luna pergi begitu saja meninggalkan semua kartu kreditnya.
Bram merutuki dirinya sendiri yang terlalu keras pada luna.
Ponsel bram bergetar.
Pesan dari bawahannya, memberitahu keberadaan luna sekarang.
Dahi bram mengkerut.
"Kenapa dia bisa di sana!" Batin bram.
Setau bram luna tak punya teman di area kumuh seperti itu. Lalu bagaimana luna bisa tinggal disana.
***
Hari pun berganti pagi, luna keluar dari rumah untuk meregangkan tubuhnya.
Tapi pandangannya tertuju pada sebuah mobil yang sangat familiar dan juga tak ingin ia lihat hari ini.
Yah siapa lagi kalau bukan bram.
Tiba2 bram keluar dari mobil dan menghampiri luna.
Dengan reflek luna mundur kebelakang karena takut.
"Kenapa paman bisa tau aku disini?"
"Kau tak perlu tau, sekarang ayo pulang kerumah" ajak bram sambil menarik tangan luna.
Tapi luna tetap diam di tempatnya.
"Nggak. Aku akan tinggal disini, aku nggak mau pulang kerumah" ucap luna tegas.
"Ini masih pagi, aku tak mau bertengkar denganmu. Jadi ayo pulang saja" ajak bram dengan lembut.
Luna melepaskan tangan bram dengan lembut.
Luna mendekati bram dan memeluk bram dengan tiba2.
Di perlakukan seperti itu tentu membuat bram melongo kaget.
"Paman, ayo hidup layaknya paman dan ponakan" ucap luna pelan.
Mendengar ucapan luna yang sangat lembut membuat hati bram sangat sakit.
Lebih sakit dari 5 tahun yang lalu saat luna meminta pisah dengannya.
Bram melepaskan pelukan luna sambil menatap kedua mata luna.
Tampak keseriusan di raut wajah luna.
"Baiklah kalau itu maumu" ucap bram dan mulai berjalan pergi meninggalkan luna sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNA
Randomsetelah 5 tahun, luna kembali untuk pertama kalinya. bukan untuk kembali ke sisi bram, melainkan hadir sebagai tamu undangan di pernikahan pamannya yang dulu sangat ia cintai.