21.) Extra Part (Akhir dari Segalanya)

11 0 0
                                    

Tiiiiiiittttt

"Dia kehilangan banyak darah."

"Semua tubuhnya terluka parah."

"Sulit untuk selamat."

"Semoga ada keajaiban."

Angin dingin menerpa wajah gadis yang tengah duduk melamun di kursi kayu yang berada di pinggir tebing tinggi berhadapan dengan lautan lepas. Suara hantaman ombak saling bersahut-sahutan seolah tak mau kalah suara siapa yang paling keras dan hantaman siapa yang paling kuat.

Mata gadis itu terus memandangi pertunjukan ombak itu. Rambutnya yang sebahu sengaja ia urai, membiarkan angin memainkan rambutnya bebas menari-nari.

"Anna?"

Seorang pria datang dari arah belakangnya, pria itu ikut duduk di samping gadis itu, ikut memandang ke arah luasnya lautan yang berwarna biru bersih.

"Sudah sore, sebaiknya kita pulang." Ucap pria itu lagi, yang tak lain Abil. Gadis yang tak lain Anna menoleh pelan ke arahnya.

"5 menit lagi." Pintanya sendu lalu kembali menatap ke arah depan, menatap ombak laut yang indah.

Abil tak bisa menolak, dengan satu anggukan ia menyetujui permintaan gadis itu.

"Minum?"Ray datang dengan tiga buah minuman dingin, di tangannya. Ia menyodorkan pada mereka berdua. Tanpa ragu, Abil dan Anna menerima pemberiannya, Ray ikut duduk di samping Anna, membuat gadis itu kini berada di tengah-tengah mereka.

"Wabah itu membuat kita kehilangan banyak orang terdekat." Ucap Ray pelan lalu meneguk minumnya sekali.

Anna tersenyum kecut, matanya kembali memanas mengingat semua kejadian yang menimpanya. Tangannya mencengkram minuman pemberian Ray.

"Tak disangka, sudah 1 tahun kita menjalani hari-hari yang normal, setelah wabah mengerikan itu." Abil menimpali dengan senyuman tak percaya. Tubuhnya jauh lebih sehat dan bugar dibandingkan tahun lalu. Begitu juga Ray, tangannya bisa selamat tanpa harus diamputasi. Tapi beberapa jejak luka di tubuh mereka masih membekas jelas, meski sudah sembuh.

"Anna, maafkan aku waktu itu tak membiarkan mu mengejar Julie." Abil menghembuskan nafasnya pelan dengan wajah yang melemah, sorot matanya menggambarkan penyesalannya karena telah gagal melindungi teman-temannya.

"Itu pilihan Julie, sama dengan Riki dan Leo." Sahut Ray pelan.

"Hahaha!" Abil tertawa sumbang, menutupi matanya yang memanas.

"Pertama Riki, dia rela membuangnya dirinya untuk menjadi umpan biar kita semua bisa menjauh dari tempat itu."

"Kedua Leo, dia harus diterkam rakus dengan begitu kita bisa naik lolos ke rooftop."

"Dan terakhir Julie, dia juga menyerahkan dirinya untuk menjadi umpan, biar kita bisa keluar dari apartemen itu."

Ray dan Anna terdiam mendengar ucapan Abil, meski setahun telah berlalu, rasa sakit kehilangan itu masih membekas jelas. Mereka berjuang bersama, tapi pada akhirnya mereka bertiga yang masih tersisa.

Anna menarik nafasnya panjang. "Tak bisa dihitung lagi, kau sudah banyak kali meminta untuk hal yang sama. Dan untuk jawabannya masih hal yang sama." Ucap Anna tegas, tak mau menunjukkan gelombang suaranya yang bergetar.

"Kau brengsek." Ucap Anna lagi.

Abil dan Ray tersenyum kecil lalu merangkul pundak Anna pelan. Anna merasakan kedua pundaknya berat, lalu membalas memeluk keduanya.

"Sejak prajurit Nino menolong kita, kau sudah menjadi adikku," ucap Abil.

"Kami berdua akan menjagamu, Ann."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 02 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TRAPPED ZOMBIE'S (COMPLETED)Where stories live. Discover now