9.Perjodohan

376 36 8
                                    

Della sudah siap dengan pakaian sekolahnya, dia segera menuruni anak tangga rumahnya, sedikit terburu-buru.

Jam menunjukan pukul 06:50 yang berarti dia kesiangan. Dia menghampiri Mamanya yang sedang menonton TV.

Naomi menoleh kearah anaknya. Dia menggelengkan kepalanya melihat anaknya yang buru-buru itu.

"Mama ih! Kenapa gak pada bangunin aku si! Kesel tau! Bentar lagi aku kesiangan nih aishhh... " dumelnya.

"Udah di bilangin kan, jangan nonton drakor sampe tengah malem, ngeyel sih!" sahut Naomi, Della yang mendengar itu memutar bola matanya malas.

"Yaudah, aku berangkat dulu,"

"Mau dianter Mama gak? Soalnya sekalian Mama juga mau ke butik." tawar Naomi. Della mengangguk setuju.

Di sisi lain Adit sedang menikmati sarapan pagi bersama keluarganya. Ia sangat begitu santai, padahal sebentar lagi bel masuk akan segera berlangsung.

Mentari menatap jengah anaknya. Begitu juga dengan Gio. "Dit! Cepet dong, nanti kamu telat loh!"

Adit yang mendengar ucapan dari Mentari pun tetap santai menikmati sarapannya.

"Jangan sengaja di telatin gitu Dit, jangan mentang-mentang sekolah itu punya Papi sama Mami, kamu jadi seenaknya gitu. Contohnya Fahmi, dia rajin banget belajarnya, dia juga berprestasi di sekolah–" ucapan Gio terpotong karena Mentari mencubit lengannya dengan kencang.

Si Sumo lagi, kumat nih bapak gue bahas Sumo mulu, jadi males gue. Batin Adit.

"Kamu harus belajar sama Fahmi Dit, biar pinter kayak dia, masa motor-motoran sama tauran mulu si, kali-kali lah belajar bareng Fahmi, Papi tuh mau kamu akur sama dia, coba kamu kerumah dia liat pialanya banyak banget, kamu harus contoh dia." ucapan Gio membuat Adit muak. Fahmi lagi Fahmi lagi, pikirnya.

Yaallah baru aja semalem gue di bangga-banggain, eh sekarang malah di banding-bandingin sama si sumo. Batin Adit.

"Ya ya ya. Banggain terus anak 'Kesayangan' Papi itu." sahut Adit dengan menekan kata 'Kesayangan'.

"Adit berangkat dulu." pamitnya lalu mencium tangan kedua orangtuanya, dan mengecup kening Aurel.

Heran gue, bilangnya jangan di telat-telatin, halah! Dia sendiri yang nelatin. Batin Adit sangat kesal.

"Anak haram ko di banggain" gumamnya kecil tapi masih terdengar di telinga ketiganya. Adit langsung melenggang pergi dari hadapan ketiganya.

Gio yang akan berbicara pun terhentikan oleh tangan Mentari yang membekapnya.

"Anak halam itu siapa Papi, Mami?" tanya Aurel. Gio menggeleng.

"Sayang kamu ke kamar ya, katanya tadi mau nonton YouTube." ucap Mentari. Aurel pun yang mendengar kata YouTube segera berlari menuju kamarnya.

"Hati-hati nak!" teriak Mentari.

Mentari menatap kesal Gio, lalu bercap. "Kamu keterlaluan tadi Gio! Udah aku bilang jangan banding-bandingin Adit sama Fahmi, Adit jadi marah kan, acara nanti malam kalo Adit gak setuju gimana?"

"Mentari, aku hanya ingin Adit sama Fahmi akur, aku kasian kalo Fahmi tinggal sendirian,"

"Ya terus kamu gak kasian sama anak kamu? Apalagi nanti malem dia akan di jodohkan, kamu egois Gio, kamu lebih mentingin kebahagiaan Fahmi dari pada Adit," ucapnya.

"Adit gini juga karena kesalahan kamu, Gio."

"Iya Maaf." lirih Gio.

********

Aditya| Possessive HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang