04. See

82 34 143
                                    

Everyone sees what they want to see

*
*
*
____________________________

AKU berulang kali menelfon Seokjin oppa untuk menyuruhnya segera pulang, bagaimana bisa dia selalu meninggalkan ku sendiri dirumah seperti ini.

Dasar kakak tidak bertanggung jawab!

Aku mengecek jam dinding, dengan nafas sedikit terengah aku terus mencoba menelfon Seokjin oppa lagi dan lagi.

Aku mengelap sisa-sisa air mata yang sudah mengering karena terlalu lama ku biarkan menempel di pipi dan mendorong sisa lendir yang menyumbat hidung ku sejak tadi.

Ini sudah telfon ke sepuluh kali setelah beberapa saat yang lalu Seokjin oppa menelfon Kookies untuk menemaniku, karena dia akan pulang terlambat malam ini.

Kepalaku terus mengingat kejadian tadi. Satu jam berlalu sejak aku duduk di lantai dengan terus merutuki diriku sendiri.

Apa yang harus aku lakukan dengan Kookies? Kenapa aku begitu gegabah dan bodoh? Seharusnya aku tidak melakukan hal konyol itu. Tidak tidak, seharusnya aku tidak lagi mengatakan hal konyol itu.

Halo. Ya! Kenapa kau menelfon terus? Oppa sedang sibuk.

Wah, suara Oppaku memang tidak diragukan lagi. Sangat melengking.

Aku menjauhkan ponsel dari telingaku, mencoba menjaga pendengaran ku sebaik mungkin, sebelum menjawab ucapannya.

"Oppa kapan pulang? Aku tidak mau Kookies menginap disini."

Apa kalian bertengkar lagi? Sepertinya oppa tidak akan pulang malam ini, oppa akan meng-

"Ya! Oppa keterlaluan! Bagaimana bisa oppa meninggal kan ku bersama seorang anak laki-laki?" Terdengar Seokjin oppa mengumpat dibalik telfon karena nada bicara ku yang meninggi.

Apa masalahnya? Kookies kan sudah biasa menemanimu selama 3 tahun ini, kenapa baru sekarang kau berkomentar?

Kookies memang sudah biasa menginap disini ketika Seokjin oppa akan pulang larut. Ataupun ada kegiatan yang membuat oppa tidak bisa pulang dan lebih memilih menginap ditempat yang aku juga tidak tahu dimana.

"Oppa aku tidak mau Kookies disini malam ini." Ujarku dengan nada memohon.

Kenapa kalian selalu bertengkar? Oppa tidak bisa pulang, kalau kau tidak mau dia menemanimu suruh pulang saja.

Aku menarik nafasku kasar, tidak ada yang bisa dilakukan jika Seokjin oppa sudah langsung menutup telfon sepihak seperti ini.

Aku melempar badan ku ke atas kasur, memejamkan sejenak mataku yang terasa sedikit perih karena terlalu lama menangis.

Ini bukan salahku kan? Wajar dong aku marah dan membentak Kookies, aku adalah yang tersakiti disini.

Aku kembali mengingat perkataan Kookies sebelumnya. "Menyembunyikan perasaan karena seorang sahabat? Heh bodo amat."

Aku mencibir sendiri dengan terus mengingat setiap kalimat tidak berguna yang keluar dari mulut laki-laki kecil itu.

Your'ra || Min Yoongi (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang