Waktu selalu membawa paradoks
bersamaan
*
*
*
______________________________SAAT aku duduk di bangku SMP aku pernah memiliki beberapa teman. Kami berada dikelas yang sama, memiliki hobby dan kesukaan yang sama.
Aku pikir kami bisa berteman lebih lama dan menjadi sahabat sampai ke jenjang SMA ataupun universitas. Karena itu adalah impian kami, kami terlalu sering membicarakan nya walaupun saat itu masih di tahun pertama sekolah.
Sama seperti kebanyakan orang, semua itu hanya menjadi angan- angan. Bahkan sebelum kami merasakan indahnya menikmati akhir pekan bersama, berebut Tteokbokki di wadah kecil saat jam kosong, juga saling merekomendasikan drama terbaik versi kami masing-masing.
Pertemanan itu sudah lebih dulu terputus, kami bahkan sudah tidak saling mengenal satu sama lain. Bukan tanpa alasan, dan aku adalah alasan terbesar dari hilangnya semua harapan itu.
Semejak pertengkaran di sungai Han pada minggu terkahir musim panas waktu itu, aku sudah tidak lagi berteman dengan mereka. Aku makan siang sendiri, ke perpustakaan sendiri dan semuanya kulakukan sendiri saat disekolah.
Aku pikir hanya hubungan pertemanan dengan grup ku yang retak, tapi ternyata tidak. Hampir seluruh isi kelas menjauhi ku, tidak ada yang merespon ketika ku ajak bicara dan berkelompok saat harus melakukan gerakan olahraga dengan beberapa orang.
Aku menjadi bahan Bullyan, aku terlalu sering dicaci tanpa sebab. Saat itu aku dan Seokjin oppa tidak satu sekolah, karena Eomma memasukkan ku di sekolah khusus wanita. Jadi tidak ada yang bisa membela dan menjaga ku.
Aku terlalu sering meminta untuk dipindahkan ke sekolah yang sama dengan Seokjin oppa. Hingga sampai hari dimana eomma benar-benar marah besar kepadaku,
Aku sudah tidak sanggup untuk menerima semuanya, mereka memang tidak menyentuhku secara fisik.
Tapi mental ku terguncang, aku bahkan takut hanya untuk melihat wajah teman sekelas ku ketika aku harus mengambil buku di depan meja guru. Aku juga terlalu sering melewatkan jam makan siang ku, hingga akhirnya aku menginap asam lambung.
Sampai akhirnya Seokjin oppa curiga dengan perubahan sikapku yang cenderung diam dan menutup diri, oppa mencari tahu tentang apa yang terjadi.
Hingga suatu sore di hari minggu, kami pergi kesebuah restoran mewah yang berada di salah satu hotel berbintang di Ganggnam.
Disitulah aku pertama kali bertemu dengan Appa setelah 9 tahun, aku lupa bagaimana bentuk wajahnya, penampilan nya juga aroma badannya. Yang jelas hari itu, Appa terlihat baik-baik saja. Sangat baik dengan setelan jas yang membuat Appa terlihat seperti pria berkelas.
"Wahh Rara sudah sangat besar dan cantik." Itu kalimat pertama yang keluar dari mulut appa setelah sekian lama kami tidak bertemu.
Tidak ada sepatah kata pun keluar dari bibirku, aku hanya fokus menikmati sepiring steak dan mendengar pembicaraan Oppa dengan appa yang juga terdengar ala kadarnya.
Setelah pertemuan canggung itu, beberapa minggu kemudian aku dipindahkan ke sekolah Seokjin oppa. Aku tidak tahu siapa yang mengurus kepindahan ku, yang jelas aku sudah sedikit lega karena bisa terlepas dari sarang semut itu.
Sejak satu sekolah, aku dan Seokjin oppa selalu makan siang bersama, pergi dan pulang sekolah bersama, walaupun terkadang aku harus menunggu oppa sedikit lebih lama karena ada kelas tambahan.
Meskipun itu sekolah yang berbeda dengan sekolah ku, tapi aku tetap takut untuk memulai pertemanan dengan siswa-siswa yang ada disana.
Kejadian waktu itu, sudah sangat mengubah kepribadian ku yang ramah menjadi sedikit takut untuk percaya pada orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your'ra || Min Yoongi (Fanfiction)
FanfictionNgak pandai bikin sinopsis :') baca ajalah ya Tidak ada yang gagal, dan tidak perlu ada yang disalahkan. Karena mencintai bukan kesalahan dan memilih untuk tidak membalas cinta itu juga bukan kegagalan. "Orang beruntung bukan penunggu, tapi petarung...