Part. 5

585 75 2
                                    

Ada 2 hal yang dikatakan oleh Papa sebelum Papa meninggal. Pertama, jangan pernah menangis di depan siapapun. Kedua, tegapkan pundakmu ketika dunia membencimu.

Itu yang menjadi pegangan hidupku selama ini, mungkin itu terdengar simple atau terlalu sederhana. Tapi kata-kata itu yang membuatku menjadi seperti sekarang dan itu menguatkanku selama ini.

Tak hanya hubungan jarak jauh dengan Mama, tapi aku juga jauh dari teman-temanku di Australia. Hal itu menjadi distraksiku dalam beberapa hal yang aku harus selesaikan di Korea. Dan entah kapan aku bisa kembali kesana, aku benar-benar rindu Australia dan seisinya.

"Tak sadar aku benar-benar melamun tadi."

Kini hari sabtu, hari dimana aku bisa bersantai dengan tenang di kamarku. Dan Pak Kim juga tau aku takkan pernah meninggalkan kamarku saat hari minggu, ia mengcancel semua pertemuanku dengan dewan-dewan, CEO dan beberapa jadwal lainnya.

Kini angin bertiup tepat di wajahku dan masuk melalui jendela kamarku, meniup asap panas dari secangkir kopi yang sudah kuminum sedikit demi sedikit.

Sambil memikirkan kenapa seorang Jisoo mau berteman denganku? Kenapa? Ada apa?

Bukankah dulu ia sendiri yang bilang kalau aku bukan tandingannya. Bagaimana aku bisa mengenalnya? dulu saat masih duduk di bangku SMP, ia sering sekali datang ke rapat pemegang saham perusahaanku, bersama dengan Papanya beserta Jin, saudara kembarnya. Mereka tidak terpisahkan, dimana Jisoo berada pasti ada Jin disana yang selalu menemani.

Entah apa yang aku perbuat padanya sehingga membuatnya benci padaku. Dan sejak itu, kami benar-benar perang dingin. Tak kusangga, kami bertemu lagi disini dan bisa-bisanya kami satu sekolah.

Tiba-tiba handphone-ku berdering, terlihat ada nama Jeon Jungkook disana.

Ada apa bedebah ini menelfonku? Tumben sekali..

"Eoh jungkook-a, waeyo?"

"Stop starring at me, Chaeyoung-a. Aku tidak ingin berurusan denganmu."

"Jeon Jungkook manusia paling percaya diri sedunia. Aku juga tidak mau berurusan dengan manusia seperti dirimu, dasar bodoh."

"Kututup ya."

Bodoh.. Aish!

Jungkook benar-benar menyebalkan, terkutuknya diriku bisa menikah dengan laki-laki brengsek itu. Tidak.. ini tidak benar, aku harus membatalkan pertunangan nya terlebih dahulu. Aku tidak akan bisa bertahan satu atap dengan laki-laki itu.

"Nona Chaeyoung.. hm nona? Apakah kau mendengarku?"

"Pak Kim maaf aku tidak mendengarkan, ada apa?"

"Aku sudah menjadwalkan jamuan makan malam bersama direktur dan para petinggi lainnya nanti malam, aku ingin mengkonfirmasi apakah kau akan ikut malam ini?" balas Pak Kim dengan tatapan yang meyakinkan.

"Iya, aku ikut kali ini."

"Baiklah, tapi Nona.. Tuan Jeon juga akan datang malam ini."

"Jungkook? Dia datang? waeyo?"

"Ia akan mewakilkan Direktur Jeon yang tidak bisa hadir karena sedang melakukan perjalanan bisnis."

Aku hanya bisa menganga terdiam, "Pak.. bisakah aku tidak usah datang? Please.."

Tidak habis pikir, bahkan disekolah pun aku muak bertemu dengannya. Dan sekarang, ia juga berkeliaran di perusahaan. Ini membuatku benar-benar frustasi.

Malamnya kami berkumpul disebuah restaurant Jepang, yang bernuansa seperti rumah kuno khas Jepang dengan interior yang membuat nuansa seperti kita sedang berada di Jepang.

I Hate You || JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang