[ON GOING] Rahasia dari perjodohan Konglomerat Korea Selatan, Jeon Jungkook dan Park Chaeyoung.
‼️DISCLIMER: STORYLINE MADE BY ME
Bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia.
[Karakter, kejadian, tempat dan lainnya dalam fan fiction ini hanya fik...
Aku berteriak sangat kencang di kamarku, mengeluarkan seluruh suara dan sesak yang terpendam dalam tubuhku. Emosi yang bergejolak di dalam dadaku, mendengar Sekertaris Kim memberikan kabar duka bahwa papa sudah tiada. Entah bagaimana aku bisa melewati waktu-waktu dalam hidupku tanpa papa.
Serasa duniaku runtuh, runtuh seruntuh runtuhnya.
Aku berlari keluar rumah dan bertanya-tanya kenapa dunia baik-baik saja saat duniaku sedang runtuh?
Kenyataan yang benar-benar pahit tapi benar adanya.
Aku kembali ke dalam rumah dan melihat semua orang panik. Belum lagi celotehan Pak Kim Jaewon, sekertarisku yang sedang menelfon ke beberapa kolega papa. Tangisanku membeludak saat mama sampai kerumah dengan baju basah dan koper yang sudah kotor terkena air hujan yang bercampur dengan tanah. "Ma! Papa.." ucapku dengan nada bergetar di depan mama yang sedang menangis mematung.
Sore itu kami memakamkan papa di pemakaman Cluster Hill di Melbourne. Aku dan mama berada di barisan paling depan sambil memegang foto papa yang sedang tersenyum. Papa terlihat bahagia di foto itu, aku jadi teringat kata-kata terakhirnya pada Sekretaris Kim. Ia bilang bahwa Pak Kim harus menjagaku, kemanapun aku berada.
Papa memang kepala keluarga yang keras, bahkan kami jarang sekali mengobrol. Beliau juga jarang dirumah, ia sering sekali pergi ke luar negeri dan menghadiri konveresi dan rapat direksi di perusahaannya.
Saat itu aku pikir papa akan menemaniku setidaknya sampai aku menikah, aku bahkan ingin sekali papa yang memilihkan calon pengantin pria yang akan menjadi suamiku kelak.
Tapi ia pergi begitu cepat, papa pergi meninggalkan aku dan mama.
Terlebih lagi, ia meninggalkan ratusan bahkan ribuan karyawan tetap di perusahaan milik papa. Aku yang sedang melihat papa dikuburkan dengan tenang, menabur tanah diatas peti matinya melihat bahwa manusia hidup sangatlah sebentar.
Kau tidak akan tau kapan orang tersayangmu pergi meninggalkanmu, seperti kata papa, jangan bergantung pada manusia karena mereka tidak akan hidup selamanya. Pada akhirnya kau yang harus berada di kakimu sendiri, menopongmu saat kamu sedang jatuh, menyeka air matamu saat kamu sedih dan membantumu bangkit dari keterpurukan.
Terimakasih papa, aku akan terus mengingat jasamu dan kasih sayangmu yang tak terhingga.
* * *
Suatu hari di Melbourne, 100 hari kepergian papa..
Hari itu adalah 100 hari kepergian papa, setiap hari aku mengingat kata-kata papa padaku, yang membuatku semakin tegar menghadapi hari-hari tanpa papa.
Papa memang tidak ada habisnya untuk memberikanku banyak sekali pekerjaan di perusahaan setelah ia sudah tiada, aku harus menggantikan papa setelah ia meninggal dan itu sudah murni dan mutlak. Bahkan itu sudah ada di surat warisan papa. Mungkin ini saatnya aku menghadapi semuanya dengan dewasa.
"Nona, hari ini kau akan masuk sekolah atau haruskah aku kosongkan jadwalmu?" tanya Pak Kim.
"Aku takkan pergi kemanapun hari ini, bilang saja pada kepala sekolah hari ini 100 hari kepergian papa. Terimakasih Pak Kim." balasku sambil meminum teh di depan foto keluarga kami. "Baiklah, Nona."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.