4. Kakak Kelas

110 55 27
                                    

Kami memang tidak satu frekuensi tetapi kami satu Persepsi~TataHyekie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami memang tidak satu frekuensi tetapi kami satu Persepsi
~TataHyekie

Shezan dan kembar semakin akrab, banyak yang bilang wajah mereka mirip, tak jarang mereka bahkan disangka kembar tiga.

"Nak...nak...nak, kembar tiga ya?" Panggil Ibu Guru dari belakang, saat Shezan dan kembar hendak ke kantin, mereka terdiam sesaat mendengar pertanyaan Guru itu.

"Mereka yang kembar, Saya nggak bu." Jelas Shezan pada Guru itu.

"Lo kok bisa mirip, Ibu pikir kalian kembar tiga." Ujar bu Guru matanya tak luput mengamati tiga sekawan itu.

"Enggak bu," Shezan menyakinkan lagi sang Guru sembari menampilkan senyumannya.

"Kalau begitu kami pamit ya bu, mau ke kantin." Ujar Syakira, yang sudah tidak sabar ingin menyantap bakso Bibik Glowing.

"Oh iya, silahkan."

Tiga sekawan bersemangat sekali menuju kantin sampai-sampai mata tidak melihat adanya selokan.

"Aw...selokan nggak ada otak!!!"Teriak  Syakira kesal.

"Siapa yang taruh selokan di sini woii! cecan kan jadi jatuh." Shezan pun ikut terjatuh, sedangkan Syahira dia tidak terjatuh seperti Shezan dan kembarannya.

"Kalian ngejar apa coba? sampai-sampai selokan didepan mata dimasukin segala." Kata Syahira seraya membantu Shezan dan Syakira.

"Bakso Bibik Glowing!" Jawab Shezan dan Syakira barengan. Syahira hanya menggelengkan kepala sampai segitunya demi bakso.

Mereka melanjutkan lagi perjalanannya, setibanya di kantin Bibik Glowing ternyata sudah dipenuhi oleh pelanggannya.

"Tuh kan telat," Ucap Syakira dengan muka yang sedih didukung oleh bibir manyunnya.

"Udah deh, jangan terlalu mendramatisir." Tegur Syahira tak suka.

Selagi menunggu tiga sekawan itu mengamati orang-orang yang berlalu lalang dan mereka terfokus oleh satu cowok berseragam batik coklat yang wajahnya ke koreaan. Yups cowok tersebut adalah KAKEL (Kakak Kelas).

"Oppa Saranghae," Dengan refleks Shezan berbisik seperti itu, berbarengan dengan memberikan love tangan, telunjuk dan jempol yang disilangkan. Kakak kelas itu melihat ke arah Shezan dia tersenyum dan tersipu malu.

Sedangkan kedua temannya hanya tersenyum mengagumi dalam hati, namun terlihat jelas bahwa ada ketertarikan di dalamnya.

"Gila, Senyumnya diriku langsung diabet. Enghah..hah...hah!" Shezan mulai bertingkah layaknya orang yang sesak nafas.

"Jodohku..." Syahira bersenandung ria.

"Aku padamu kak!" Teriak kecil Syakira melihat kakak itu pergi.

"Itu jantungan, bukan diabet bodoh!" Syahira membenarkan kekeliruan, Tapi Shezan tidak menghiraukan.

"Eh goblok lo ngapai!" Tanya Syakira yang mulai merasakan hawa-hawa tak enak.

"Bangun Ce! malu Gue jadi temen lo, sumpah!" Kata Syahira yang mulai risih dipandangi orang-orang sekitar karena ulah Shezan.

"Apa Lo liat-liat!" Kata Shezan menatap tajam orang-orang yang memandang aneh dirinya.

"Ck, Nih anak beneran udah gila kali ya. Orang dia yang bertingkah, diliatin malah nyolot." Syakira heran sendiri dengan tingkah sahabatnya itu.

"Punya Gue!" Shezan mengklaim kakak itu miliknya.

"Apanya?" Tanya kembar barengan.

"Kakak itu, yang tadi."

"Dih pedenya, emang dianya mau sama Lo?" Tanya Syahira.

"Emang kakak itu nggak mau sama Gue?" Tanya balik Shezan dengan muka polosnya.

"Udah, Kakak itu milik bersama!" Ujar Syakira berusaha adil.

Cukup lama mereka di kantin, lebih tepatnya cukup lama mereka ngantri di kantin. Memang seenak itu bakso Bibik Glowing, Sebenarnya nama kantinya 'Kantin Antara' tapi bibik yang punya kantin itu mukanya glowing sekali epribadeh, makanya di sebut Bakso Bibi glowing.

Pada akhirnya bakso mereka telah siap dibungkus, dengan terburu-buru Tiga Sekawan itu mengejar kakak kelas yang ganteng. Tapi langkah mereka terhenti, karena hampir saja menabrak orang lain. Orang itu yang kini bediri tegak dihadapan mereka dan orang itu adalah Kakak kelas yang baik hati pada Shezan sewaktu MOS.

"Eh, Kak Azlam."

Happy reading ya ✨

SMA itu seperti senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang