━━━━°❀•°✮°•❀°━━━
𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐
┗━━━━°❀•°✮°•❀°━━━┛
★★★Shintya mengusap lembut pipinya yang basah air mata. Matanya melirik sekejap gadis yang tengah duduk di atas pasir yang berada di sebelahnya. Gadis itu tersenyum namun, dapat Shintya lihat, sebuah penyesalan besar tersirat dari pancaran matanya.
Anindya tersenyum dan menepuk pelan pundak Shintya dan berkata, "sekali lagi, gue minta maaf, Kak."
Shintya tersenyum samar dan mengangguk. Ia berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu berdiri.
"It's okay. Semua ini udah takdir. Mungkin udah takdir gue dan Saka nggak akan pernah bisa bersatu." Anindya mengangguk dan berjalan pelan meninggalkan Shintya yang mengikutinya dari belakang.
"Kalau Kak Gana ada di sini, apa yang pengen lo lakuin, Kak?"
"Gue bakal minta maaf sama dia, gue bakal peluk dia, dan gue nggak akan pernah biarin dia pergi lagi dari gue."
Shintya menatap hamparan lautan luas di depannya dengan tatapan tenang. Andai ketidakmungkinan itu dapat terjadi, ia pasti akan sangat bersyukur untuk hal itu. Satu keinginannya untuk bertemu dengan Gana di dalam mimpi pun belum pernah terwujud, apalagi bertemu secara nyata? Sangat mustahil hal itu akan terjadi. Anindya menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya dan menatap ke arah Shintya.
"Kalau seandainya Kak Gana udah ada pengganti lo, gimana?" tanya Anindya membuat Shintya melunturkan senyumnya.
★★★
Sejak bertemu dengan Anindya tadi, Shintya mendadak sering melamun, bahkan terlihat sangat tak menikmati liburan kecil ini. Raga Shintya memang ada di sini, tetapi pikirannya entah melanglang buana entah ke mana.
Diajak mengobrol pun okeh Reidan dan Iza, Shintya hanya sekedar membalas anggukan kepala ataupun gelengan.
"Shin," panggil Iza tak dihiraukan sama sekali oleh gadis itu.
"Shintya."
Karena tak direspon, Iza mencolek lengan Reidan yang tengah asyik mengobrol bersama dengan Fando, membuat cowok itu menoleh dan mengangkat sebelah alisnya isyarat tanda bertanya 'kenapa?'. Iza melirik ke arah Shintya yang hanya diam tak memakan sama sekali mie cup yang ada di tangannya.
"SHIN!"
Shintya tersentak saat tangan besar Reidan memukul punggung tangannya. Gadis itu memanyunkan bibir sambil menatap Reidan dengan tatapan horor.
"Jelek lo kalau kayak gitu! Ntar Fando diambil tante-tante waria pinggir jalan baru tau rasa lo!"
Shintya memutar malas bola matanya tak menghiraukan ucapan Reidan, lalu menatap harap ke arah Fando yang juga tengah menatapnya sambil tersenyum.
"Nanti anterin gue ke pemakaman, ya."
"Mau ngapain lo ke pemakaman?" tanya Reidan merebut mie cup milik Shintya dan memakannya terburu-buru. Andai suasana hatinya sedang tenang sekarang, pasti ia akan memukul tangan laknat Reidan yang sembarangan memakan mie cup-nya, kalau perlu menjambaknya.
"Mau pesen tanah makam," jawab Shintya mengambil es teh milik Fando yang masih utuh belum sama sekali terjamah dan meminumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkinkah Dia Kembali? [TAMAT]
Novela Juvenil🥈Juara 2 Writing Marathon with Penerbit Karoden Jateng 'Penyesalan itu datang di akhir, kalau di awal namanya pendaftaran', semboyan kata yang tepat disematkan kepada Shintya, gadis berusia dua puluh lima tahun yang tak bisa keluar dari circle masa...