━━━━°❀•°✮°•❀°━━━
𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐
┗━━━━°❀•°✮°•❀°━━━┛
★★★Telah dua bulan lamanya, Shintya bekerja di perusahaan milik Gana. Selama itu juga, hubungan Shintya dan Gana semakin membaik. Ia telah mengetahui seluk-beluk kegiatan Gana dan jadwal cowok itu sehari-hari.
Seperti pagi ini, Shintya telah menyiapkan sandwich dengan teh manis hangat yang ia letakkan di atas meja kerjanya. Saat siang hari, cowok itu akan meminum kopi, dan malamnya, harus meminum susu vanila.
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka menampakkan sosok seorang cowok berkemeja berwarna biru langit berjas hitam, celana berwarna senada, dan sepatu oxford mengkilap yang menambah kesan keren pada dirinya.
"Selamat pagi, Pak," sapa Shintya sambil tersenyum membuat Gana mengukir senyum tipis juga di wajahnya.
"Pagi," jawabnya lalu duduk di kursi dan memakan sandwich yang terletak di piring.
"Kamu udah sarapan?" tanyanya membuat Shintya menggeleng pelan. Bukan karena tak sempat untuk sarapan, tetapi akhir-akhir ini ia memang mengurangi jatah makannya karena makanan di rumahnya hanya cukup dimakan oleh Sandi dan ayahnya. Uang gajiannya selama ini selalu ia tabung untuk melunasi utang-utangnya kepada Idan dan Iza. Walaupun ia tahu bahwa Idan dan Iza tak akan pernah mengizinkan Shintya melakukan hal itu, tapi ia memaksakannya tanpa sepengetahuan mereka.
"Yaudah, makan ini," ujar Gana menyodorkan sepotong sandwich ke depan mulut Shintya. Shintya diam mengamati tangan Gana yang berada di depan mulutnya. Ia tak bisa naif, perasaannya masih sama seperti yang dulu, masih menggebu jika ada di dekat cowok itu. Apalagi perlakuan cowok itu yang akhir-akhir ini terlihat sangat manis kepadanya.
"Eh, nggak usah, Pak."
"Makan! Saya nggak mau dibilang sebagai bos yang kejam karena membiarkan asistennya kelaparan!" tegasnya membuat Shintya dengan berat hati memakan sandwich yang disuapkan Gana kepadanya.
"Enak, kan?" tanyanya dibalas anggukan oleh Shintya sebagai respon.
Gana tersenyum simpul saat Shintya merebut sisa sandwich yang ada di tangannya dan memakannya dengan lahap.
"Hari ini saya ada jadwal nggak?" tanya Gana sesaat setelah Shintya menghabiskan sandwich dan meminum teh manis hangat yang belum ia minum sama sekali.
"Cuma ada meeting sama manajer keuangan dan staf-stafnya, Pak."
"Oke, siapkan file-file untuk perencanaan satu bulan ke depan, ya."
"Baik, Pak."
"Setelah itu kita makan siang dan kamu temani saya ke butik," ujar Gana membuat Shintya mengernyitkan dahi.
"Ke mana, Pak?"
"Membelikan sesuatu untuk orang yang paling saya sayangi," jawabnya sambil tersenyum smirk menatap Shintya.
★★★
Sama seperti ucapan Gana pagi tadi, siang ini mereka berdua tengah berada di dalam restoran dengan dua piring steak di depan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkinkah Dia Kembali? [TAMAT]
Roman pour Adolescents🥈Juara 2 Writing Marathon with Penerbit Karoden Jateng 'Penyesalan itu datang di akhir, kalau di awal namanya pendaftaran', semboyan kata yang tepat disematkan kepada Shintya, gadis berusia dua puluh lima tahun yang tak bisa keluar dari circle masa...