Cerita

15 1 0
                                    

Kala itu, kamu berbicara lebih banyak. Kamu yang memang banyak bicara jadi semakin banyak bicara. Dan peranku di sini adalah sebagai pendengar. Aku mendengarkan semua cerita-ceritamu itu. Bagaimana kamu dan hidupmu di masa kecil. Bagaimana kamu dan hidupmu di masa remaja. Bagaimana kamu dan hidupmu sekarang.


Semakin kamu bercerita, aku semakin tahu. Kita memang banyak bedanya. Kuulang sekali lagi, banyak. Seperti dua hal yang saling bertolak belakang. Kamu utara, aku selatan. Kamu barat, aku timur. Kamu bulan, aku bumi. Sejauh itu perbedaan kita


Satu hal yang aku pikirkan saat itu Tiap orang memang punya jalan hidup masing-masing. Punya keunikannya sendiri. Dan untuk merasakan keunikan itu kita tidak perlu jadi orang lain. Tidak perlu menjalani hidup sebagai orang lain. Cukup dengarkan cerita orang lain. Itulah kenapa aku senang bertanya "Kenapa?" "Ada apa?"


Bukan berarti aku tidak pernah bercerita. Kamu seringkali melemparkan pertanyaan sekaligus perintah "Kalau kamu bagaimana? Ayo cerita!" Lalu aku juga bercerita sedikit tentang hidupku beberapa tahun terakhir. Aku bukan si pencerita yang bisa dengan mudahnya menceritakan banyak hal. Ada batasan-batasan yang ada dalam diriku. Juga pengingat-pengingat seperti ini misalnya:

Jangan menceritakan semua kisahmu pada orang lain. Kadang, mereka hanya ingin tahu, bukan ingin memahami.

Kadang, penyesalan itu datang dari cerita. Menyesal karena pernah cerita.

Itulah kenapa aku sering membungkam mulutku.

Beberapa hal dalam hidup memang lebih baik dinikmati sendiri.

Akhir yang Bukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang