Sadar

953 76 13
                                    


Happy reading~

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sakura menggelengkan kepalanya. Menyadarkan pikirannya yang kini dipenuhi oleh dua pria tampan yang membuat wajahnya bersemu.

Ino menepuk bahunya, membuat Sakura menoleh. "Ada apa, pig?"

"Seharusnya aku yang bertanya begitu. Ada apa dengan dirimu hingga berekspresi seperti itu?" Ino mendudukkan diri disebelah sahabatnya.

Sakura mengalihkan wajahnya. "Tidak ada apa-apa." berusaha mengelak.

"Kau harap aku percaya? Ck, aku melihat kau tersipu sendiri. Pasti ini ada hubungannya dengan Uchiha bersaudara itu kan?" Ino mencibir.

"I-itu..."

"Kalau kau masih menganggapku sahabatmu. Bagikan kebahagiaanmu itu denganku juga dong."

Sakura menoleh, menatap iris mata Ino dengan serius. "Sebenarnya... Akhir-akhir ini pikiranku penuh dengan mereka."

"MEREKA?!... ITU JELAS KAU TERJERAT PESONA MEREKA, JIDAT!" Ino berteriak heboh, seketika lupa mereka sedang berada dimana.

"Sssssttt... Pelankan suaramu." Sakura mengingatkan.

Ino meringis. "Ups, gomen."

"Huh, kau ini..."

"Hehe, habisnya ini berita yang mengejutkan. Yah, meskipun aku tidak heran sih. Mereka kan sangat seksi, kalau aku menjadi dirimu mungkin aku sudah takluk sejak awal pada pesona mereka."

"Kau tahu bagaimana perasaanku setelah kejadian itu, kan? Tidak mudah bagiku untuk percaya pada mereka. Terutama pada Itachi, tapi.. setelah dia berubah, aku merasa bersalah. Seharusnya aku juga memahaminya."

"Ada apa ini? Itachi berubah? Sepertinya aku ketinggalan sesuatu." Ino merubah posisinya.

"Itu... Yang kemarin aku ceritakan padamu. Setelah dia bersimpuh dan minta maaf kepadaku. Dia benar-benar berubah. Dia menjaga jarak denganku, tapi kadang-kadang dia mengirim bunga atau hadiah untukku."

"Sugoiii... Bisa juga dia berubah seperti itu. Aku tak menyangka."

"Kau saja tidak. Apalagi aku."

"Lalu, bagaimana dengan Sasuke? Apa dia juga berhenti menguntitmu?"

Sakura mengangguk. "Ya, dia juga sama. Berubah seperti orang yang berbeda. Terkadang dia menjemputku tanpa pemberitahuan. Atau mengelus kepalaku seperti seorang kakak pada adiknya."

"Benar-benar... Diluar dugaan." Ino menggelengkan kepalanya.

"Uhm, karena itu aku merasa... ada yang salah."

"Salah bagaimana maksudmu? Bukankah mereka seperti itu karena mereka sadar kalau kalian masih saudara tiri?"

"Benar. Mungkin seperti itu. Tapi mungkin juga tidak."

"Ah, aku tahu! Maksudmu perasaan mereka kepadamu sudah berubah? Begitu?" Ino menjetikkan jarinya. Menyadari betapa dia sangat pandai perihal tebak menebak. Gadis berambut pirang itu mulai besar kepala.

Sakura mengangguk. "Sepertinya begitu... Eh? Perasaan mereka?" menyadari ada yang aneh dengan ucapan Ino, ia menoleh memandang sahabatnya yang senyam senyum.

"Iya, perasaan mereka lah. Siapa lagi?"

"Itu tidak benar. Aku yakin mereka hanya..."

"Hanya apa? Kau tahu kan kalau mereka terkenal dingin dan kaku terhadap wanita? Hanya kau yang mendapatkan perhatian mereka. Kau seharusnya paham apa yang mereka rasakan padamu."

Sakura terdiam. Hatinya tahu ucapan Ino benar adanya. Tapi pikirannya berusaha menyangkal.

Ino kembali melanjutkan kata-katanya.
"Kalau bukan cinta, lalu apa?"

###


Sasuke kembali menjemput Sakura di Cafe langganan mereka. Mobil hitam nan mewah yang biasa dikendarai oleh Sasuke mengalun pelan. Membawa sepasang insan yang diam saja sejak masuk.

"Sakura..." suara Sasuke menyadarkan pikiran Sakura.

Sakura menoleh. "Ya, nii-san?"

"Ada apa? Dari tadi kau hanya diam saja."
Sasuke menatap lembut iris giok Sakura.

"Ah, itu.. Tidak ada apa-apa."

"Benarkah? Ini tidak seperti kau biasanya."

"Memangnya biasanya aku bagaimana?" Sakura menatap jalanan didepan, mengalihkan pembicaraan.

"Sakura, jangan mencoba membohongiku. Katakan bila ada masalah. Aku akan membantumu."

"Benar-benar tidak ada masalah, Sasuke-nii."

"Hn, kau harap aku percaya? Sikapmu yang keras kepala ini benar-benar menyusahkan."

"Hehe... Gomen. Aku menyusahkan ya?"

"Bukan begitu. Bila sesuatu terjadi kepadamu, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri." ujar Sasuke serius.

Sakura mengernyit. "Mengapa?"

"Kau sangat berharga bagiku. Aku tidak bisa melihatmu terluka. Aku--"

"Cukup, nii-san. Aku tahu." Sakura memegang tangan Sasuke dengan lembut.

Sasuke terkesiap. Iris jelaganya menatap giok Sakura dengan tatapan tanya. Bibirnya ingin bertanya mengapa tapi terkunci rapat karena Sakura kini menciumnya dengan mata terpejam.

Sasuke ikut memejamkan mata, menikmati ciuman Sakura yang manis dan lembut. Untuk pertama kalinya ia sangat bahagia karena Sakura yang lebih dulu melakukannya.

Bila Itachi melihat mereka, bisa dibayangkan bagaimana ekspresinya. Dia pasti akan marah dan cemburu. Meskipun mungkin ia akan berusaha menyembunyikan perasaannya. Sasuke tetap akan menyadari isi hatinya. Karena biar bagaimana pun, mereka kakak beradik.



































Maaf kalo chap ini pendek. 🙏🙏🙏
Gantinya chap selanjutnya aku buat 2 kali lipat.
Vote nya turun trs jd kurang semangat nulisnya 🙂

Kill This Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang