Gue nggak ke sekolah, pipi tambah bengkak:(
Gue membaca pesan dari Ardhal dalam hati.
"Pantas aja dari tadi gue tungguin belum datang," gumam gue.
Gue menatap sekeliling ruang kelas. Sehari tanpa Ardhal mungkin lebih tenang atau malah kesepian? Eits, opsi terakhir itu kayaknya enggak mungkin deh.
"Ta, nanti jam ngajar bu Kila masih kosong, kan?" tanya gue pada Talita yang sedang asik berselancar di media sosial.
Bu Kila itu, guru Fisika. Lagi hamil tua, makanya 1 minggu yang lalu dia ngajuin cuti buat nunggu waktu kelahiran bayinya.
"Yang gue denger dari ketua kelas, katanya bakal diisi sama pak kepsek." Talita menatap gue sekilas.
"Bukannya pak kepsek itu dulunya guru sejarah, ya? Kenapa malah mau ngegantian bu Kila buat ngajar fisika? Emangnya dia bisa apa?" tanya gue heran.
Atau pak kepsek mau ngejelasin sejarahnya fisika? Terkait apa, dimana, siapa, kapan, kenapa dan bagaimana fisika itu bisa ada?
"Ya kali pak kepsek ngajar fisika. Paling ke sini buat cerita-cerita doang supaya kita nggak berkeliaran di luar kelas."
Nah kalau gitu, gue punya banyak peluang buat kabur. Daripada gue ngantuk denger pak kepsek ngedongeng trus ujungnya gue dihukum kan gak lucu jadi kayaknya gue lebih baik menghindar. Ngejengukin Ardhal mungkin pilihan yang enggak buruk.
Gue memijat kepala dengan pelan sambil meringis. Gue pura-pura merasakan pusing, supaya bisa keluar dengan alasan sakit.
Gue terus meringis, buat nyari perhatian Talita yang masih saja sibuk bermain hp.
"Lo kenapa Al?" Talita menatap gue dengan tatapan bertanya.
Kejebak juga nih Talita.
"Nggak tau kenapa, kepala gue tiba-tiba sakit nih."
Kalau gue ngedaftar jadi pemain film, mungkin langsung di terima deh.
"Gue antar ke uks, ya?" Kini Talita menatap dengan raut wajah khawatir.
"Gue kayaknya mau pulang aja, Ta. Badan gue, juga nggak enak gitu." Gue mengucapkannya dengan suara lemah
"Lo pulang naik, apa? Gue antar aja, deh."
Gue kasian liat Talita khawatir. Tapi, kalau gue ngasih tau sebenarnya, takutnya Talita keceplosan.
"Nggak usah, Ta. Gue bisa nelpon sopir, gue."
"Yaudah, gue antar ke depan aja."
Gue mengangguk.
"Oiya, Ardhal hari ini nggak masuk. Sakit gigi katanya."
Talita mengangguk lalu bangkit dari kursinya dan melangkah mendekati Irzul, si ketua kelas.
Gue segera menghubungi pak Haeril untuk menjemput gue dan kebetulan posisinya pak Haeril lagi deket sama sekolah jadi gue nggak perlu nunggu lama.
Tak lama, Talita kembali dan langsung mengapit lengan kanan gue.
"Yuk, gue udah minta izin sama Irzul."
KAMU SEDANG MEMBACA
Agista
Teen FictionIni kisah tentang seseorang yang bernama Altina Regita Stasyah. Gadis remaja yang berharap bahagia di hari spesialnya, namun nyatanya dia malah mendapat kenyataan yang merubah kehidupannya. Mungkin inilah yang dinamakan, ekspektasi tak semanis reali...