Apakah Nyata?

30 24 20
                                    

"Assalamualaikum, Gita pulang...."

Gue mengucapkan salam sebelum memasuki rumah. Melewati ruang tamu, mendadak gue berhenti melangkah. Menatap sekeliling ruangan itu membuat gue heran, pasalnya beberapa guci kesayangan mama gue udah enggak ada di tempatnya.

"Mungkin dipindahin," pikir gue.

Baru aja gue mau melangkah tapi tatapan mata gue tertuju pada beberapa tetes noda darah di lantai. Darah?

"Mungkin, tangan Mama kena pisau dan darahnya nggak sengaja netes waktu mau ngambil kotak p3k," batin gue mencoba berpikir positif.

Gue melanjutkan melangkah ke kamar, sampai di kamar gue langsung melempar tas ke atas ranjang kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah 15 menit dari kamar mandi, lengkap dengan pakaian tidur bergambar doraemon. Gue langsung menghempaskan diri ke kasur kemudian mengaktifkan hp dan membuka aplikasi wattsaap.

Nama Ardhal tertera paling atas dengan 12 pesan. Ardhal itu sahabat gue, tapi karena tingkahnya yang menyebalkan dan suka bikin gue kesel kadang buat gue mikir 'kok gue betah ya, sahabatan sama dia?'

Gue yang penasaran langsung membuka chat dari Ardhal. Gue mendengus sebal saat tau isi chat Ardhal enggak jelas. Gue memutuskan ngebales chat Ardhal.

Ardhal
P
Al
Gita
Syah
Altina
Regita
Stasyah
Oi
Bestiii
Yuhuyy
Kembaran
Dahlah

Gabut ya kang?

Ardhal
B aja

Ngapain nyepam bang?

Ardhal
Sibuk!!!

"Orang sibuk kok masih sempat nyepam," gerutu gue

Halah, kangen ya mas?

Ardhal
G

Masa sih?

Ardhal
Y

SGM lo!


Ardhal
SGM apaan?

Sinting Gila Miring wkwk

Ardhal
Anjir-_-

Canda bestii, skip baperan:)

Ardhal
Gue kira SGM itu kepanjangannya Sangat Ganteng Maksimal

Dih, percaya diri sekali

Ardhal

Ingat? 

Apaan?

Ardhal
Orang ganteng mah bebasss

Bodo amat!

Melihat chat gue yang di read doang sama Ardhal membuat gue langsung mematikan ponsel.

Gue turun ke bahwa buat makan malam. Terdengar suara gaduh yang membuat gue mempercepat langkah. Dan saat di tangga terakhir, gue kaget karena mendengar benda jatuh di susul dengan teriakan mama.

Gue yang khawatir langsung berlari ke sumber suara, tepatnya di ruang tamu. Gue melihat mama yang terduduk sambil menangis dengan pecahan kaca di sekitarnya. Gue berhati-hati melangkah kearah mama, tapi selangkah lagi gue tiba di dekatnya, tiba-tiba papa muncul dari pintu luar dan mengucapkan kalimat yang membuat gue langsung lemas.

"Sidang perceraian kita akan dilaksanakan tanggal 16 dan awas saja kalau kau sampai tidak datang," tegas papa.

Setelah mengucapkan itu, papa menatap gue dengan tatapan yang terasa asing, ini pertama kalinya tatapan papa tidak sehangat seperti biasanya, sedangkan gue menatap papa dengan tatapan tidak percaya.

Papa baru pulang setelah beberapa hari meninggalkan rumah. Seharusnya kami berpelukan untuk melepas rindu lalu berjalan menuju sofa di ruang keluarga. Gue akan menceritakan apa yang gue alami di sekolah dan papa akan senantiasa mengelus pelan rambut gue.

Seharusnya itu yang kami lakukam sekarang, bukan malah saling menatap satu sama lain dengan jarak jauh.

Papa seperti mengucapkan kata maaf walau tak ada suara yang terdengar sebelum berlalu pergi. Maaf? entah kata itu ditujukan gue, mama atau mungkin kalimat terakhir yang papa ucapkan.

Tunggu? tadi papa bilang apa? Perceraian? Tanggal 16?

Tidakkah mereka ingat jika hari itu sangat spesial bagi gue? Hari yang selalu gue tunggu. Hari yang gue bayangkan akan menjadi hari yang enggak akan bisa gue lupakan.

Kenapa harus tanggal 16? Apa mereka lupa hari itu atau pura-pura lupa? Apakah mereka benar-benar akan bercerai tepat hari dimana umur gue menginjak angka 17 tahun?

Lamunan gue buyar mendengar panggilan mama.

"Gita."

Mama mendongak menatap gue, gue membalas tatapan mama dengan tatapan khawatir karena penampilan mama sangat kacau, kedua pipi mama  memerah ditambah lagi dengan kedua matanya juga memerah dan di bawah matanya bengkak.

Rasanya gue pengen banget meluk mama saat ini dan minta penjelasan kenapa mereka memutuskan untuk bercerai. Gue berharap yang gue liat tadi hanya drama yang dibuat mereka berdua untuk memberikan gue kejutan ulang tahun dua hari lagi. Tapi, melihat keadaan mama yang seperti itu membuat gue yakin kalau kejadian tadi bener-bener nyata tanpa ada sandiwara.

Gue berlari ke kamar tanpa mempedulikan mama yang kembali memanggil gue. Menutup pintu dengan keras kemudian gue menangis dengan kencang. Hati gue sakit banget bagai ditusuk ribuan pisau.

Mengapa keluarga gue jadi seperti ini? Kenapa mama dan papa yang terlihat saling mencintai setiap harinya, akan bercerai? Kenapa di saat hari ulang tahun yang sangat gue nantikan mereka berpisah? Ya, gue mendapat kejutan sebelum hari spesial itu. Kejutan itu membuat perasaan gue campur aduk, tetapi perasaan senang dan bahagia enggak termasuk di dalamnya.

Keluarga gue yang selalu harmonis bahkan orang yang melihatnya bisa iri, hari-hari gue yang selalu berwarna dengan canda dan tawa, gue yang selalu mendapat kasih sayang dari orang tua. Tapi, semua itu akan hilang setelah dua hari kemudian dan hanya satu kata yang membuatnya hilang, perceraian.

Gue tertawa miris memikirkan  kehidupan gue setelah orang tua gue bercerai. Apa gue masih bisa tersenyum, tertawa,dan bahagia? sedangkan orang yang membuat gue merasakan semua itu harus berpisah dan gue enggak tau penyebabnya apa.

Lelah menangis, gue memutuskan untuk tidur.

~~~~~*****~~~~~

Kalian kalo jadi Gita gimana?

AgistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang