👑 1/6 👑

6.9K 850 63
                                    

"Maafkan saya, Yang Mulia."

Di sebuah kamar yang lumayan luas, terlihat seorang pelayan tengah mengobati memar yang terdapat pada tubuh Tuan Muda kecilnya.

"Ini bukan salahmu. Jangan minta maaf," ucap anak berhelai pirang dengan mata biru permata yang indah tersebut. Dari matanya saja, orang-orang pasti sudah tahu bahwa anak itu adalah keluarga kerajaan.

Claude de Alger Obelia. Anak yang tengah diobati itu adalah seorang pangeran.

"Karena ketidakmampuan saya, Yang Mulia disakiti lagi oleh Permaisuri." Pelayan yang sudah melayani sejak sang pangeran masih berada dalam kandungan itu pun berusaha menahan desakan air matanya. Tak bisa dipungkiri, hatinya selalu sakit jika melihat perlakuan permaisuri pada pangeran kecilnya. Tak jarang tubuh kecil Claude salalu menjadi sasaran atas kekesalan yang dirasakan Permaisuri. Istri sah sang Raja itu tak segan untuk memukuli pangeran kecil hanya untuk sekedar meredam rasa kesalnya.

Kajam memang. Tapi sebagai pelayan yang derajatnya sangat rendah jika dibandingkan dengan sang Permaisuri yang agung, ia bisa apa? Yang bisa dilakukan hanya sebatas menangis dan mengasihani Claude atas apa yang menimpa pangeran malang tersebut.

Ternyata dengan status tinggi sebagai pangeran pun, tetap saja ada orang yang bisa dengan leluasa melukai Claude seperti ini.

Mungkin karena lahir dari rahim seorang wanita rakyat biasa, Pangeran maupun sang Ibu diperlukan dengan kurang baik. Ditambah kebencian Permaisuri pada mereka semakin membuat keduanya seolah dikucilkan.

"Aku ini kuat. Jadi mau dipukul sesering apapun tidak apa-apa." Senyum polos menghiasi wajah tampan sang Pangeran. "Lagipula, kalau aku terluka kan ada [Name] yang mengobatiku."

Pelayan bernama lengkap [Full Name] itu hanya bisa membalas senyum pangeran kecilnya. Meski begitu, tetap saja ia berharap Claude tidak pernah terluka lagi.

"Anda benar, Yang Mulia. Anda ini kuat. Rasanya kekhawatiran saya ini sia-sia saja."

Claude merasa sedikit bangga atas pujian pelayannya tersebut.

[Name] bekerja sebagai pelayan ketika gadis itu berusia 12 tahun. Saat Ibu Claude memasuki istana sebagai selir Raja, [Name] yang saat itu berusia 15 tahun pun ditugaskan untuk menjadi pelayan pribadi Ibu Claude dan merangkap sebagai pengasuh begitu Claude lahir ke dunia.

Karena mengurus Claude sejak bayi, tidak heran [Name] begitu menyayangi sang Pangeran.

"Tadi sebelum masuk kelas, aku mencari Kakak dan menemukannya sedang berdiri di taman belakang di dekat hutan. Saat itu Kakak aneh sekali."

[Name] sedikit mengernyit mendengar cerita tersebut. "Eh? Aneh bagaimana?"

"Kakak seperti terpaku pada sesuatu yang tidak bisa kulihat. Saat aku memanggilnya berulang kali, Kakak seperti tersadar dari lamunannya. Ketika aku tanya apa yang dia lakukan, Kakak bilang dia juga tidak tahu. Tapi Kakak merasa ada suara yang memanggil hingga menuntunnya ke taman belakang yang ada di dekat hutan istana. Kira-kira Kakak kenapa ya? Aku harap Kakak baik-baik saja."

Melihat Tuannya yang berubah murung, [Name] hanya bisa memeluk Claude untuk menenangkan pangeran dari segala kekhawatiran yang anak itu rasakan. Meski Claude dan Anastasius adalah saudara tiri, tapi [Name] bisa melihat kasih sayang Claude yang terlihat jelas untuk sang Kakak.

"Putra Mahkota pasti akan baik-baik saja. Yang mulia tidak perlu khawatir. Baik Anda maupun beliau kan sama-sama anak yang kuat, karena kalian adalah mataharinya Obelia."

"Benarkah?"

"Tentu saja."

"Tapi ... Aku tidak bisa dibandingkan dengan Kakak. Aku bahkan tidak bisa menggunakan pedang." Claude menunduk lesu.

[Name] tersenyum. Tangannya terangkat untuk mengelus kepala sang pangeran. "Anda hanya perlu belajar lebih giat lagi, Yang Mulia. Saya yakin, suatu hari nanti Anda bisa menggunakan pedang dan menjadi Raja yang bijak di masa depan."

Claude terdiam sesaat. Terlihat sekali pergolakan batin di wajah tampan anak itu. "Aku ... tidak mau jadi Raja. Biar Kakak saja yang jadi Raja. Aku hanya ingin bisa melindungimu dan Ibu dari bahaya apa pun yang mengincar selama kita tinggal di istana."

Mendengar kalimat tersebut, [Name] hanya bisa terpaku. Ia tidak menyangka kata-kata itu akan keluar dari mulut pangeran kecilnya.

Claude jelas tidak menginginkan tahta, anak itu hanya ingin bisa melindungi pelayan dan sang Ibu dengan kemampuannya sendiri.

.
.
.
.

Words : 634Senin, 6 September 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Words : 634
Senin, 6 September 2021

OLDER || Claude de Alger Obelia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang