Karena kondisi kesehatannya yang buruk, Ibu Claude hanya bisa terbaring di atas tempat tidur. Selama [Name] mengenal yang mulia selir, ia bisa mengatakan bahwa Ibu sang pangeran adalah orang yang baik. Wanita cantik bermata coklat itu juga terlihat sangat menyayangi putranya.
Tentu saja. Ibu mana yang tidak menyayangi anaknya? Harimau yang ganas pun tidak akan melukai anaknya sendiri.
"Bagaimana kabar Claude, [Name]?" tanya Ibu Claude saat [Name] membantunya minum obat yang harus rutin dikonsumsinya.
"Pangeran baik-baik saja, Yang Mulia."
"Apakah Permaisuri masih mengganggunya?"
[Name] terdiam mendengar pertanyaan tersebut. Haruskah ia mengatakannya? Tapi pangeran bilang untuk tidak mengatakan apapun pada sang Ibu mengenai perlakuan buruk apa yang menimpanya.
"Dilihat dari ekspresimu, sepertinya tidak ada yang berubah, ya?" Ibu Claude tersenyum sedih.
Mendengar kalimat itu, Name] hanya bisa menunduk dalam. "Maafkan saya, Yang Mulia," ucapnya penuh sesal.
"Bukan salahmu." Suara lemah itu kembali terdengar. "Bahkan sebagai Ibunya, aku tidak bisa memberikan perlindungan apapun untuk putraku. Aku benar-benar Ibu yang buruk kan, [Name]? Benar-benar tidak berguna."
Tetes demi tetes airmata jatuh membasahi wajah tirus nan pucat sang Ibu dari pangeran Claude.
[Name] ingin membantah kalimat itu, namun Ibu Claude kembali berkata sebelum [Name] bisa membuka suara.
"Bagaimana pun juga, aku yang membuat Claude harus tinggal di istana. Anak itu mendapat perlakuan buruk karena terlahir dari rahim wanita rendahan sepertiku."
"Yang Mulia ...."
"Aku hanya khawatir jika aku mati nanti, siapa yang akan menjaganya? Claude tidak punya siapa-siapa, [Name]. Jika aku mati, bagaimana nasib anak itu?"
"Saya tidak akan meninggalkan pangeran apapun yang terjadi, Yang Mulia."
Ibu Claude mendongak untuk menatap gadis muda di depannya. Manik coklat yang digenangi airmata itu menatap gadis yang balas menatapnya dengan sorot mata yang tulus dan penuh keyakinan.
"Saya akan melindungi Pangeran dengan nyawa saya sendiri. Yang mulia tidak perlu khawatir. Anda hanya perlu sembuh agar bisa melihat pertumbuhan dan menemani Pangeran hingga beliau dewasa."
Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya Ibu dari sang pangeran itu menjawab disertai senyum lembut yang kini menghiasi wajah pucatnya.
"Baiklah. Kurasa aku bisa mempercayakan Claude padamu, [Name]. Tolong jaga dia untukku."
"Tentu, Yang Mulia."
.
.
.
.
.Sementara itu, di waktu yang sama, di tempat yang berbeda ....
'plakk'
'dugh'
Suara tamparan dan tendangan menggema di seluruh ruangan yang temaram itu. Orang-orang yang berdiri di luar pintu hanya bisa menutup mata dan telinga atas apa yang menimpa Pangeran mereka di dalam sana.
Lagi-lagi Permaisuri melakukan kekerasan pada sang pangeran.
Ingin hati untuk menolong, namun diri tak kuasa untuk melakukannya. Jika melawan kehendak permaisuri, bisa-bisa mereka yang kehilangan nyawa sebagai gantinya.
"Yang Mulia?" ucap salah satu pengawal saat mereka menangkap keberadaan sang Putra Mahkota yang kini berjalan ke arah ruangan dimana sumber suara itu berasal.
"Apakah Ibu ada di dalam?" Anastasius berkata tanpa melepas pandangan dari pintu ganda di depannya.
"Ya, Yang Mulia. Tapi ..."
Tanpa mendengar penjelasan lebih jauh, Anastasius membuka pintu dan mulai berjalan memasuki ruangan setelah sebelumnya menutup kembali pintu ganda tersebut.
Semakin dalam kakinya melangkah, semakin jelas pula suara pukulan yang tertangkap indra pendengarnya.
Disana ia bisa melihat adik kecilnya meringkuk di lantai dengan lebam di tubuhnya. Sedangkan Permaisuri sendiri terlihat mengangkat tangannya dan bersiap untuk kembali membuat tanda di tubuh kecil Claude jika saja tidak ada suara yang menginstrupsi kegiatannya.
"Tolong hentikan, Ibu."
.
.
.
.Words : 535
Senin, 6 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
OLDER || Claude de Alger Obelia [✓]
FanficClaude de Alger Obelia dikenal dengan sebutan "Raja yang dingin", tahta yang didapatnya sekarang pun hasil dari kudeta karena telah membunuh saudaranya. Tapi, apakah mereka tahu bahwa si "Raja yang dingin" itu juga pernah menjadi sosok yang hangat d...