Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu 💓
Happy Reading 🌸
•••
••
•Sudah dua hari Caca tinggal bersama dengan kedua orangtuanya, setelah ditinggal kerja bisnis di Amerika selama setahun penuh.
Awan sore kali ini sangat mewakili diri Caca yang memang dilanda kekesalan yang begitu dalam. Tidak ada matahari sore, hanya ada awan mendung tanpa gerimis. Seperti Caca, tidak ada kebahagiaan, hanya ada kesedihan tanpa air mata.
Biasanya dijam seperti sekarang, akan ada cowok yang meledeknya habis-habisan, membuat kamarnya seperti kapal pecah bahkan mencoret wajahnya saat Caca kalah adu gulat.
"Abang ... Caca kangen ..."
Tok tok tok.
"Ck. Siapa?" seru Caca malas beranjak dari kursi santainya.
"Ini gue"
Caca langsung bangkit mendengar suara berat yang tentu saja hanya dimiliki kakak laki-lakinya. Suara yang terdengar seperti baru bangun tidur, perpaduan serak-serak berat, pokoknya LAKIK.
Caca membuka pintu, Cowok dengan kaos putih dengan jaket kulit warna hitam dan celana jins hitam tengah tersenyum kepadanya.
"Abang ih lama banget baru dateng ..." Caca memeluk pinggang Mozza.
"Iya nih, mau nagih utang"
Caca melepas pelukannya. "Abang kerja jadi rentenir? sejak kapan?"
Mozza mendengus pelan, Candaannya tidak sampai diotak adiknya. Sudahlah.
"Abang ... sejak kapan Abang kerja jadi rentenir? Pengen ikut juga dong" rengeknya.
"Ngapain ikut? Mau apa emang?" Mozza bingung adiknya pasti sedang depresi.
"Ya ... pengen jalan-jalan naik motor, bosen pake mobil terus"
"Yaudah nih beli motor "Mozza memberikan black card miliknya santai.
Caca cepat menunjuk meja belajarnya. "Caca juga punya, enggak pernah ke pake tuh, ambil aja"
"Yaudah nanti Abang ambil". Niat pamer, Mozza justru kalah pamer.
"Dibawah enggak ada Ayah? Kok tumben enggak ada badai ngamuk"
Caca kembali duduk di kursi santainya. Sedangkan Kakaknya hanya rebahan menatap langit-langit kamar nya. Suasana canggung ini membuat kedua adik kakak itu saling membisu.
Tidak ada kesempatan bercanda tawa jika kedua orangtuanya ada, terutama Ayahnya. Bagi Ayahnya waktu adalah uang, uang sangatlah penting.
"Otak gue capek Bang belajar terus, baru sebulan bebas masa gini lagi" lirih Caca menunduk kepala.
"Sama kok, Abang juga Capek, Abang enggak mau nerusin bisnis Ayah tapi itu enggak mungkin" keluh Mozza menanggapi.
Caca kembali membisu. Bukan itu yang ia ingin dengar. Bukan keluhan lagi yang justru membuat nya kepikiran. Caca menarik nafas dalam-dalam. Bibirnya perlahan tersenyum.
"Abang pasti bisa!!" serunya tiba-tiba. Mozza bangun dari tidurnya dan mendekat.
"Abang kan Abang Caca, pinter,kuat, apa-apa bisa masa sih cuma nerusin bisnis Ayah enggak bisa, impossible"
Bumi mengusap ujung kepala adiknya. Bahkan senyuman itu terlihat menyakitkan dibandingkan rasa lelahnya ia dalam mengahadapi obsesi Ayahnya.
"Cacs juga pasti bisa juga dong, adik Abang yang paling imut, pinter, tahan banting, tukang jajan, Fangirl buaya---Aahkkh!!! Ampun Ca ... jujur itu indah loh"
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDING (On Going)
Teen Fiction⚠️ plot twist bertebaran ⚠️ "Bumi seleranya bukan cewe bego kaya Lo Caca, yuk ngaca dulu" 🌸 "Cinta gue enggak mandang harta tapi muka, keren kan gue?" 🌸 "Lo capek nunggu gue capek halu" 🌸 "Kalo Lo udah ORI bilang biar gue siapin mahar" 🌸 "Gue y...